41. Mendatangi Bukan Berarti Kembali ☑️

68.6K 5.5K 457
                                    

"Seperlunya dan secukupnya, karena berlebihan hanya akan membuatmu sakit."

***

Alda menghela napasnya saat nama dia sendiri sudah tertera di white board dan berada dalam satu kelompok bersama Raksa. Selain itu, Raksa yang di tunjuk menjadi ketua kelompoknya, kesialan yang membuatnya frustasi.

"Pak, gak bisa di ganti gitu pak?" Usul Alda dengan nada memelas.

"Udah Al, lo untung sekelompok sama Raksa." Saut Jiva.

Alda menutup wajahnya, ia menggerutu dalam hati. Pasalnya kegiatan pengerjaan kelompok pameran ini dilakukan di luar sekolah. Otomatis mereka akan berkumpul di salah satu rumah anggota, sudah pasti Alda tebak itu adalah rumah Raksa, mengingat anggota kelompoknya adalah Raksa, Arza, Gibran, Kenzo, Syabina dan dirinya. Ketiga terong itu bisa-bisanya ada di kelompok yang sama.

"Hufft.."

Syabina terkekeh, dan melirik Alda yang saat ini tampak tidak berminat. "Gak papa pak, kelompoknya juga udah bagus. Kalo di ubah takutnya nanti rumah-rumahnya bisa jauhan pak."

Pak Anton selaku guru Seni Budaya itu tersenyum dan mengangguk. "Baiklah. Karena jam mengajar saya sudah habis, saya harap kalian bisa mengerjakan tugas ini dengan baik."

"Dan kamu Alda, nanti kasih tau anggota kelompok kamu ya, mereka bolos terus kerjaannya." Pesan Pak Anton.

Alda mengangguk lesu. "Iya pak,"

Kemudian guru tersebut pergi meninggalkan kelasnya bersamaan dengan bel istirahat yang berbunyi. Alda menelungkupkan wajahnya di antara kedua tangan.

"Lesu nih, gak ada ayang," Saut Syabina yang mendekati Alda.

Alda memejamkan matanya, baiklah, pertama ia harus menemui Raksa, kedua ia harus memberitahu Raksa dan berdiskusi karena cowok itu yang menjadi ketuanya sedangkan Alda sekertaris dan pada akhirnya mereka pasti yang ditugaskan untuk membeli bahan-bahan pameran. Yang terakhir, Alda harus mengirim chat kepada cowok itu lebih dulu.

"Harga diri gua!"

Alda misuh-misuh tidak jelas di tempatnya membuat Syabina menatapnya aneh. "Sakit lo ya?" Tanya Syabina.

"Malu gua malu!" Cicit Alda memukul keningnnya beberapa kali.

Syabina yang melihatnya sedikit ngeri. Selain ditinggalkan, ternyata meninggalkan juga bisa berefek, rupanya bisa membuat seseorang gila. Syabina hanya bisa mendesah berat dan menatap sahabatnya prihatin.

"Gua tau lo cape dengan keadaan, tapi gak gila juga Al dampaknya. Masa depan lo masih panjang Al, jangan terlalu mentingin cowok deh, nanti gua cariin sugar daddy biar lo gak cape." Kata Syabina.

Alda mendongak dengan wajah kusut. "Yang bisa ngasih gua black card 10 ada Bin?" Tanyanya.

"Sialan ngelunjak!" Maki Syabina.

Lantas Alda tertawa, ia merapikan rambutnya dan bangkit. "Anter yu," Ajak Alda.

"Kemana?"

"Nyari tukang ghosting."

Syabina mengernyit bingung. "Sekalian nyari pacar lo." Tambah Alda membuat Syabina sumringah.

KANAGARA [END]Where stories live. Discover now