Usaha Zahra

78 1 0
                                    


Kata orang hidup ini usaha, rumah tangga itu perjuangan, penuh dengan duri untuk meraih impian bahagia. Karena itu Zahra berusaha menuruti sikap Zaki yang baginya sudah sangat menyebalkan, namun karena ia ingat cita-citanya ingin menjadi istri yang dikenang baik oleh suaminya, Zahra melakukan segala cara yang ia rasa masih bisa ia usahakan.

"Kak, gimana aku harus menyikapi tingkah Zaki yang suka pulang pagi?" Zahra bercertia di telpon dengan kakak kandungnya di kampung, meminta saran dari orang terdekat yang berpengalaman dalam mengarungi rumah tangga.

"Emang dia kemana Ra?"

"Ke ke rumah ibunya kak, adik sepupunya juga bilang dia disana setiap malam."

"Kenapa kamu gak coba ikut kesana?. Kamu yakinkan dia bahwa dia udah punya istri. Kamu ikut aja kemana dia pergi, kalau bisa melakukan hampir semua hal bersama. Tapi ingat, kamu harus jaga sikap baik, jangan terlihat seperti mau memonitor. Hanya terlihat sebagai pasangan yang siap ikut kemana aja. Itupun kamu tanya dulu, dia keberatan gak kamu ikut".

"Dia makin pendiam kak, aku takut."

"Coba deh kamu bersikap happy, ajak canda, gombal, apalah. Kakak rasa kamu udah biasa tuh dulu membuat nyaman Jaka, pasti Zaki juga bakal bisa nyaman dengan kamu."

"Iya kak, aku coba deh. Makasih ya kak."

Mulai saat itu Zahra memasak lebih enak lagi, tak sehari pun ia biarkan Zaki makan di luar tanpa dirinya. Dia berusaha makan bersama di kantor, berganti menu agar Zaki senang, walau harus mengorek tabungan, menghabiskan gaji untuk memenuhi kebutuhan mereka.

"Sayang, yuk makan!" Zahra di pintu ruangan Zaki saat istirahat jam makan siang. Zaki diam, mereka makan dalam diam.

"Ki, ntar pulang kerja ke rumah ibu?" Zaki mengangguk.

"Aku ikut ya?" Zaki mengangguk lagi.

Zahra menghabiskan makanannya, membereskan sisa makan mereka, mengambilkan air minum untuk Zaki.

Jam lima sore saat Zahra ikut ke rumah ibu Zaki. "Ki, kamu tau gak? Akutuh suka ketawa kalo temen kamu Dika itu melucu, dia lucu juga ya." Zaki diam.

"Tuh kemaren dia melucu di ruangan Tika, kami ketawa. Emang dia humoris ya?, maksud aku, dari dulu gitu? Kok aku baru tau."

"Ya, dia emang lucu." Jawab Zaki berkonsentrasi memacu motor dengan kencangnya. Zahra terdiam. Menatap jalanan sore yang lengang, mereka lewat di dekat persawahan.

Apakah Zahra putus asa dan menyerah? Jawabannya tidak, Zahra bukan tipikal cewek cengeng yang mudah menyerah. Cobaan hidup silih berganti membuatnya tetap kuat menghadapi sikap Zaki.

Saat Zahra memutuskan ikut ke rumah ibu Zaki, di dalam hatinya sudah ia kuatkan rasa tahan banting terhadap resiko yang akan ia hadapi. Zaki selalu pulang tengah malam bahkan subuh, jadi dia udah siap jika harus merasakan angin malam, atau menunggu Zaki di ruang tamu rumah ibunya, seolah masih kuat menahan kantuk dan rasa lelah seharian bekerja, kemudian besok subuh bangun lebih awal untuk memasak bekal, mencuci dan menggosok pakaian.

Benar saja, mulai saat itu Zahra menunggu Zaki yang nongkrong bersama teman-temannya hingga larut malam. Setiap malam merasakan angin malam, kemudian pukul empat subuh sudah menyiapkan semua pekerjaan hingga ahirnya ia jatuh sakit.

Sepatu Pengantin ZahraМесто, где живут истории. Откройте их для себя