Orang Ketiga

92 2 0
                                    

Malam ini, pukul sebelas malam, Zahra duduk di depan rumah Zaki, menunggu Zaki yang masih asik bermain di kedai kopi. Untuk mengusir kantuk, Zahra berbincang dengan kakak Zaki, Lena.

"Dulutuh Ra, Zaki pernah punya pacar, namanya Mia, mereka sudah lama dekat". Zahra mendengarkan.

"Zaki malah berniat menikahi Mia. Nah, tapi Zaki gak pernah bawa Mia kesini, cuman Mia nya aja yang datang waktu Zaki sakit. Tapi kamu Ra, langsung dibawa dan dikenalkan ke keluarga, itulah jodoh ya?!"

Zahra tersenyum dan menanggapi percakapan Lena dengan santun. Sebenarnya Zahra sudah lama tau tentang Mia.

Di hari pertama pernikahan mereka, Zaki memberi tahu pola kunci hp nya pada Zahra. Hari itu tanpa sengaja Zahra membuka pola itu dan langsung sampai di list pesan whatsApp. Mungkin Zaki lupa menutup sebelum hp terkunci.

Disana Zahra melihat beberapa list percakapan Zaki dengan beberapa temannya. Mata Zahra menatap beberapa percakapan dengan nama kontak wanita. Sekedar ingin tau, Zahra membuka beberapa, dan ia tersenyum karena Zaki tak pernah menanggapi percakapan dengan wanita terlalu serius.

Sampai pada kontak Mia, disana Zaki mengirim softcopy undangan pernikahan mereka dan memberitahu Mia tanggalnya. Ada yang menggelitik di hati Zahra. Untuk apa Zaki sepertinya wajib memberitahu Mia? Benar saja pesan berikutnya ucapan selamat dari Mia dengan emoticon menangis, namun Zaki tidak membalasnya.

Kemudian beberapa hari setelah mereka pulang dari kampung, Zahra sempat melihat nama Mia di list chatting Zaki, namun Zaki tak pernah membalas pesan Mia.

Minggu lalu, sebelum Zahra jatuh sakit, mereka baru saja pulang dari rumah ibu Zaki, Zahra menyiapkan susu hangat untuk Zaki. Zaki menghabiskan susunya sambil duduk di atas karpet, membuka hp. Saat Zahra lewat, tanpa sengaja ia melihat Zaki sedang Chat dengan Mia. Zaki tak sadar Zahra memperhatikan. Esok lusa dan seterusnya, hingga hari ini setiap malam Zaki sibuk berkirim pesan, dengan Mia.

Zahra tau, tapi ia berusaha berprasangka baik, kemudian berpura-pura tidak tau.

***

Esok sorenya, Zahra menanyakan tentang Mia pada Rahman, sahabat terdekat Zaki.

"Iya, dulu mbak, Mia itu dekat dengan Zaki sudah dua tahun lebih. Tapi jujur aku gak suka sama Mia itu."

"Lho, emang kenapa?"

"Tuh anak gayanya selangit. Dulunya aku juga dekat dengannya, sama seperti aku sekarang dekat dengan mbak. Kami sering nongkrong di kosnya. Nah, suatu hari ada acara pernikahan teman Zaki. Rencana kami pergi bareng. Aku dan Zaki udah ngisi bensin motor sampe penuh karena perjalanan lumayan jauh. Eh, gitu kami sampai di kos tu anak, dandanan dia heboh kayak ibu negara. Trus dia bilang gini", Rahman mencontohkan.

"Yakin naik motor? Aku gak mau ah, nanti aku kena debu, sayang donk udah dandan cantik gini naik motor, aku maunya naik taksi online aja."

"Nah ujungnya, kami naik taksi online. Aduh, gimana mau jadi istri Zaki dia? Kan mbak tau Zaki dibesarkan seperti aku, di keluarga yang pas-pasan. Terus aku langsung bilang ke Zaki "Masih yakin kamu Ki, mau nikah dengan perempuan kebanyakan gaya kayak Mia?", jadi mulai saat itu Zaki berpikir."

"Oh, gitu ceritanya."

"Iya mba, emang kenapa ya?"

"Eh, gak papa" Zahra buru-buru menggeleng

"Mbak, ayo cerita ke aku, kalo mbak ada masalah apapun jangan sungkan cerita ke aku. Aku dan Zaki sudah seperti abang dan adik. Dia gak pernah sembunyikan apapun dari aku. Nah siapa tau aku bisa bantu mbak. Aku anggap mbak juga seperti keluarga. Tolong jangan dipendam sendiri ya mbak, aku takut nanti mbak sakit lagi.

"Gini Man, sejak kami nikah, Mia sering Chat dengan Zaki. Dulunya sih gak pernah dibalas Zaki. Nah tapi kamu tau kan, namanya pernikahan pasti ada donk pertengkaran atau kesalah fahaman. Sejak aku dan Zaki bertengkar, Zaki semakin dingin, dan sekarang dia sering balas chat dari Mia."

"Aku gak abis pikir deh mbak lihat sikap Mia ini. Ngapain coba gangguin orang yang udah nikah. Yaampun tuh anak, padahal dulu Zaki udah pernah ngajak dia nikah tapi dia menolak."

"Kenapa?"

"Karna katanya Zaki belum mapan."

"Kok gitu?"

"Ya karena dia matre. Lah sekarang kok bisa-bisanya malah mengganggu saat Zaki udah nikah gini."

"Man, aku harap kamu jaga ini dari Zaki ya. Aku cuman sekedar pengen tau siapa Mia. Aku masih pura-pura gak tau di depan Zaki, untuk menghindari pertengkaran."

"Iya, aman mbak, tenang aja. Yang sabar ya mbak."

"Man, maen ke rumah ibu yuk!" Zaki tiba-tiba datang bersama Ikbal dan Fikri. Zahra terkejut, untung saja percakapan mereka sudah selesai. Memang sejak pernikahan mereka, beberapa teman Zaki sudah akrab dengan Zahra, jadi mereka sudah berbaur dan Zaki biasa dengan hal itu. Malah terkadang mereka sering makan bersama. Jadilah Zahra memasak banyak untuk porsi makan mereka berdua plus teman-teman Zaki.

"Hei bu Zek", sapa ikbal pada Zahra, artinya bu Zaki, karena Zaki sering mereka panggil dengan panggilan akrab "Zek".

"Oiiii" sapa Zahra melambaikan tangan dan tersenyum ramah.

"Besok masak apa lagi? Enak-enak ya masakan bu Zek"

"Iya kan Bal, beruntung bener mas Zaki punya istri pinter masak kayak mbak Zahra" Sambung Fikri.

"Eh, ada aja. Biasa aja kali." Zahra menepiskan tangan sambil tersenyum ramah.

Sore itu Zahra dibonceng Zaki, Fikri bersama Ikbal, dan Rahman bersama adiknya Bambang, mereka memacu motor ke rumah ibu Zaki. Rahman, Bambang, Fikri, dan Iqbal berencana ikut nongkrong malam itu di warung dekat rumah Zaki.

Sepatu Pengantin ZahraWhere stories live. Discover now