Mahar

171 2 0
                                    

"Apa alasanmu ingin menikahiku?"

"Ibadah, karena Allah."

"Baiklah, aku terima"

"Kapan bisa bertemu dengan ibuku?"

"Besok."

Sesingkat itu percakapan mereka hari itu. Zahra sangat yakin menerima ajakan nikah dari Zaki karena alasan ibadah. Zahra yakin bahwa sesuatu yang diawali dengan niat baik akan mendatangkan kebaikan.

Hari itu Zahra tau ia akan merekahkan senyum diwajah kedua orang tuanya yang sempat bersedih karena ulah Jaka. Untuk esok lusa tanpa dia tau akan menyaksikan luka yang lebih dalam lagi dihati keduanya.

"Apa Ra, kamu akan menikah?" Sarah berloncat kegirangan saat pertama kali diberitahu Zahra kabar baik itu. "Syukurlah Ra, ahirnya kamu bahagia. Aku senang sekali. Mengapa secepat itu kamu mengiyakan Ra?"

"Sarah," Zahra menatap mata sarah dengan lembut, hatinya terasa hangat.

"Aku bercita-cita, ingin menjadi seorang istri yang suaminya bersyukur atas hadirnya aku dihidupnya hingga nanti saat di ahirat, dia akan katakan pada Tuhan bahwa dia Ridha padaku. Kedua, aku bercita-cita, ingin menjadi seorang ibu yang anak-anaknya tumbuh dengan cinta, hingga mereka mampu memberikan hal terbaik bagi sekelilingnya dan aku beruntung memiliki mereka di dunia dan diahirat kelak."

Sarah meneteskan air mata, ia kemudian memeluk Zahra.

Hari ini Zahra berkunjung ke toko Sarah, mereka menghabiskan waktu sambil bercerita, tiba-tiba hp Zahra bergetar. Pesan dari Zaki. Hari ini ibu Zaki ingin membeli mahar untuk Zahra. Tak lama kemudian Zaki tiba di depan toko Sarah, lalu mereka berpamitan pada Sarah.

"Ra, apa mahar yang kamu mau?"

"Aku mau cincin aja Ki?"

"Kenapa cincin bukannya seperangkat alat shalat?"

"Karena aku mau, saat nanti aku mati, cincin itu yang dijual untuk biaya penguburanku, supaya pemberian kamu aku bawa sampai ke kubur."

Zaki terdiam, ekspresi wajahnya datar. Di dalam hati Zaki sebenarnya ingin mengatakan sesuatu karena haru dan bahagia, tapi urung karena ia pemalu. Zahra yang mengharapkan ekspresi lebih dari sekedar diam dari Zaki, kemudian merasa sedikit kecewa, tapi ia faham karena tau sifat pemalu Zaki, mungkin jika itu film, sudah diberi musik yang romantis sampai-sampai penontonnya menangis terharu atau malah ada yang sibuk mengatakan "Cie...so sweet".

Zahra memang belum mencintai Zaki, tapi dia wanita penyayang. Banyak temannya yang tak pernah bertengkar dengan Zahra, mereka juga tau sifat Zahra yang selalu menyayangi mereka apa adanya. Maka itulah yang dia praktekkan pada Zaki, apalagi Zaki selama ini sudah baik, mau menerima dan menikahinya sedangkan lelaki lain pergi meninggalkannya dengan alasan wanita lain.

Sepatu Pengantin ZahraWhere stories live. Discover now