Pindah

88 1 0
                                    

"Udah, tinggalin aja ni rumah, semua juga udah pada rusak. Masak sih kita mau perbaiki semua yang rusak di kontrakan semahal ini? Kemana tanggung jawab pemilik rumah?" Zaki terlihat kesal saat Zahra bilang ingin tinggal di kontrakannya hingga masa kontrakan habis, dua bulan lagi.

"Lagipula kamu tau kan, aku tuh gak mau jauh-jauh dari ibuku, keseringan ditinggal kamu marah, udah mending pindah aja kesana, ke rumah ibu." Lanjut Zaki sambil mengambil baju kaos dan bergegas mau menuju ke rumah ibunya padahal ini hari minggu. Zahra berharap hari libur bisa berjalan-jalan atau sekedar makan bakso murah bersama Zaki.

"Yaudah terserah kamu." Zahra menunduk, membayangkan akan seperti apa hidupnya tinggal di lingkungan keluarga Zaki.

Zahra tak pernah berniat menentang kemauan Zaki meski harus menghapus egonya. Dia sudah merasa bersyukur bahwa Zaki mungkin sudah memaafkannya karena pertengkaran beberapa hari lalu. Zahra merasa Zaki memaafkannya tanpa dia tau bahwa dendam di hati Zaki masih mengakar.

Tanpa berpikir panjang lagi, Zahra merapikan barang-barang, memasukkan semuanya ke dalam kotak.

"Ibu, Zahra pamit ya. Maafkan jika ada salah kata dan tingkah laku Zahra pada ibu-ibu semua." Pamit Zahra pada tetangga-tetangganya.

"Aduh nak, kenapa cepat sekali pindah? Kalau masalah air, Zahra bisa ambil dari rumah ibu saja." Air mata ibu Nuri menetes, menggenggam tangan Zahra.

"Iya nak, kami selalu mau bantu apapun itu. Zahra disini aja, kita udah sayang sama kamu nak." Bu Atik ikut memeluk Zahra.

"Tak apa ibu-ibu, nanti Zahra sering maen ke sini ya. Suami Zahra mengajak pindah ke rumah mertua. Zahra harus ikut suami bu".

"Iya deh, kalau sudah ajakan suami ya memang harus menurut. Semoga kamu terus jadi istri yang baik ya. Bahagia selalu."

"Amin... terimakasih atas doa-doanya ya ibu-ibu."

Air mata Zahra berlinang, ia terus berdoa agar Zaki mencintainya.

Zahra hanya berberes, terserah kapan Zaki mau mengangkut barang itu, sore ini, besok atau lusa sama saja bagi Zahra. yang terpenting ia tak ingin Zaki marah karena barang-barang belum dipersiapkan.

Benar dugaan Zahra, Zaki pergi mencari mobil pengangkut barang. Sore itu Zaki dan teman-temannya mengangkut semua barang Zahra ke mobil.

Melihat Zaki lelah mengangkut barang dengan sabar, hati Zahra terasa sedikit senang, ia merasa masih ada rasa sayang Zaki padanya. Ia melihat Zaki tak mengeluh membawa barangnya yang banyak, mengangkut bunga-bunga di pekarangan, membersihkan rumah sebelum ditinggalkan. Paling tidak, hati Zahra sedikit merasa lega, meski akan tinggal di lingkungan yang mungkin tidak akan membuatnya nyaman, tapi masih ada Zaki yang bisa menjadi orang yang setia melindunginya.

Sepatu Pengantin ZahraWhere stories live. Discover now