Tanda Tanya

147 1 0
                                    

Akhirnya, setelah bergelut dengan air mata yang tak sedikit, hari ini Zaki menemani Zahra berangkat ke kampung halamannya.

Perjalanan enam jam itu dinikmati Zahra sambil melihat-lihat pemandangan yang indah. Kereta api melaju dengan cepat membelah sawah yang terlihat luas sepanjang mata memandang.

Zaki tertidur di sebelah Zahara. Penumpang lainnya pun tampak menikmati perjalanan. Seorang wanita tua menyenderkan kepala di bahu lelaki tua di sebelahnya. Zahra tersenyum melihatnya, semoga kelak dia bisa begitu dengan Zaki, pikirnya. Dua pasangan lainnya di seberang kursi mereka asik makan sambil bercakap-cakap. Anak-anak mereka sibuk bermain permainan di hp masing-masing.

Zahra memandang sawah yang menguning, beberapa burung terbang di sekitarnya. Sesekali dia melihat Zaki yang lelap, mungkin kelelahan karena tak pulang semalaman.

Sebenarnya Zahra ingin menangis, mengingat pernikahannya yang mungkin jauh dari kata sempurna. Dia sangat ingin punya anak, dia suka anak-anak. Tapi apalah daya, Zaki selalu menolak untuk melakukan malam pertama mereka.

Tiga bulan usia pernikahan mereka, namun Zahra belum tau arti malam pertama. Kata orang, ada baiknya memakai pakaian yang seksi agar suami tergoda, namun itu tak berlaku bagi Zaki. Setiap hari pakaian Zahra sangat seksi, ia bahkan membeli pakaian "HARAM" berwarna merah yang mencolok dengan kulit putihnya. Namun tetap saja ia ditinggal Zaki setiap malam.

"Nanti aja ya kita punya anak. Aku takut kamu hamil pas kita lagi resepsi ngunduh mantu." Jawab Zaki seminggu setelah menikah, di atas tempat tidur saat Zahra berusaha memberikan isyarat pada Zaki. Waktu itu Zaki melepaskan pelukan Zahra dan kemudian tidur membelakanginya.

Setelah resepsi ngunduh mantu, kegiatan itu tak kunjung dilakukan Zaki, dia pulang hampir pagi setiap malam. Padahal, saat Zaki pulang selarut apapun, Zahra selalu bangkit, Menghangatkan air, membuat susu hangat, bahkan memeluk Zaki.

Suatu hari kesabaran Zahra terasa hampir habis, ia pernah mencoba menggoda Zaki hingga kegiatan suami istri itu hampir saja terjadi, namun dibatalkan Zaki dengan bangkit dan beranjak ke kamar mandi.

Sejak saat itu hingga hari ini, Zahra hanya diam dan tak berani menanyakan pada Zaki mengapa dia tak mau menyentuhnya. Zahra takut pertanyaannya akan membuat Zaki merasa terbebani seandainya ia punya masalah dengan kesehatan seksualnya ataumasih mencintai wanita lain dan tak sanggup melakukannya. Zahra takut mereka akan bertengkar lagi nantinya.

"Ra, udah sampe mana? Aku haus." Zaki terbangun. Zahra buru-buru mengambilkan air minum.

"Masih jauh, tidur aja lagi, nanti aku banguni."

"Yasudah, kamu tidur juga."

"Oke"

Hingga sampai di stasiun terakhir, sekalipun mata Zahra tak terpejam. Di benak nya masih banyak pertanyaan-pertanyaan menggantung, hingga suatu saat nanti ia sadar bahwa keegoisan dan gengsi adalah hal yang mampu meruntuhkan kesabaran.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 26, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Sepatu Pengantin ZahraWhere stories live. Discover now