Zaki

177 2 0
                                    

Lima menit Zahra memegang sepatu indah itu, kemudian memasukkannya kembali ke dalam kotaknya. Zahra memandang kotak coklat itu, sekarang pernikahannya sudah dekat. Ada perasaan takut dihianati menyusup dalam dirinya, namun tak dapat ia pungkiri kebahagiaan jelas merekah di wajahnya.

Undangan yang belum dibagi hanya sisa beberapa lagi, terletak di atas meja belajar. Zahra meraihnya, memperhatikan nama orang yang belum menerima undangan, memperhitungkan kapan waktu mengantarnya.

Hati Zahra merasa haru biru, ahirnya namanya tercetak di sebuah undangan setelah banyak hal yang ia lalui dalam hidupnya. Zahra dan Zaki, tertulis di halaman depan, kemudian dicetak tebal dua huruf Z dengan gambar hati yang indah.

Sekarang, apakah Zahra mencintai Zaki?

Jawabannya tidak, tapi ia yakin bahwa setelah akad nikah, ada dua hati yang dipersatukan oleh takdir hingga cinta akan bersemi lebih indah dari yang ia bayangkan.

Jaka dan Zaki jelas dua lelaki yang jauh berbeda. Jaka periang, humoris dan manja. Zahra sudah terbiasa hidup berdampingan dengan Jaka yang selalu membuatnya tertawa riang. Zaki jelas berbeda, ia lelaki pendiam, dingin. Tapi Zahra yakin Zaki lelaki baik. Setidaknya ia tak suka banyak bergaul dengan wanita. Zaki tak akan menghianatinya dengan pergi bersama wanita lain. Zahra merasa keceriaannya akan mencairkan wajah kaku Zaki hingga mereka bisa bahagia.

Lalu apa yang membuat Zahra yakin?

Zahra bukanlah wanita yang mau mengambil keputusan sembarangan. Ia mengenal Zaki setahun yang lalu, sebelum Jaka pergi ke Jakarta. Zaki bekerja ditempat yang sama dengan Zahra. Mereka berteman sejak perkenalan itu. Zahra tau Zaki sudah lama menyukainya, Zahra juga tau Zaki lelaki baik dan taat beribadah. Mereka sering saling bercerita.

Sebulan sebelum Jaka pindah ke jakarta, Zahra mendapat pesan pertama dari Zaki. Zaki bukanlah pria yang suka berkirim pesan pada wanita, ia tau itu. Meski sudah lama berteman baru kali itu ia mendapat pesan dari Zaki. Isinya, "Zahra sudah makan?"

Sejak itu ada saja orang dekat Zahra yang menyampaikan titipan dari Zaki. Coklat, pisang gorengan, cemilan, bahkan air mineral saat air di kantor habis.

"Ra, Zaki kemarin bilang ke aku, dia serius mau melamar kamu. Dia takut kamu menolak, jadi dia tanya ke aku kira-kira kamu nya mau gak nerima dia." Tika sahabat dekat Zahra di kantor menyampaikan pesan Zaki setelah enam bulan ia berusaha melupakan Jaka.

"Nanti aja lah Ka, aku masih mau sendiri." Kemudian Tika meraih tangan Zahra lembut.

"Ra, aku tau tak mudah berdamai dengan masa lalu yang menyakitkan. Tapi saranku, kamu harus mulai mencoba membuka hati untuk orang lain. Hidup ini harus terus berjalan Ra. Aku tau, Zaki sudah lama selalu mengirim pesan perhatian padamu, temannya Tito juga udah pernah kan bilang ke kamu kalo dia mau melamarmu tapi dia takut kamu tolak."

"Ra, Zaki itu orang baik. Paling enggak dia baik pada perempuan. Kemarin aku lembur, aku yang bukan siapa-siapa nya aja Ra, dia beliin aku minuman dan roti karna takut aku kelaparan. Apalagi orang yang dia cintai, pasti dia jaga dengan baik." Lanjut Tika.

"Iya sih Ka. Aku terlalu takut."

"Yaudah Ra, aku gak mau memaksa kamu, itu hak kamu, keputusan juga di tangan kamu. Aku cuma ingin kamu bahagia." Tika tersenyum, kemudian pamit kembali bekerja.

Sejak hari itu Zahra mulai membalas pesan-pesan Zaki hingga tibalah hari saat Zaki menyatakan ingin melamarnya.

Sepatu Pengantin ZahraWhere stories live. Discover now