Another Family : Perselisihan

369 94 39
                                    

- 𝘼𝙉𝙊𝙏𝙃𝙀𝙍 𝙁𝘼𝙈𝙄𝙇𝙔 -

"Kau makan pedas lagi? Makanan apa kali ini? Topoki? Topoki pedas lagi, iya? Kenapa kau tidak pernah jera dengan peristiwa lama? Kau hampir kehilangan nyawamu hanya karena memakan makanan itu!"

Membiarkan orang di seberang sana mengomel, memberi ruang agar seseorang di seberang sana tidak cemas lagi.

"Aku sudah lebih baik sekarang, maaf."

"Kau tahu seberapa takutnya Ibu saat mendengar kau sakit perut lagi, hah? Apalagi saat ini Ibu tidak di sampingmu, bagaimana bisa Ibu bisa tenang?"

"Iya Ibu maaf," sesal Sinb. "Aku salah, seharusnya aku tidak membeli topoki pedas itu."

"Tidak, bukan maaf yang ingin Ibu dengar darimu. Tapi Ibu ingin kau tidak menyentuh makanan pedas itu lagi, paham? Ibu tidak mau mendengar anak Ibu ini sakit lagi."

Sinb terkikik. "Siap Ibu!"

"Syukurlah jika kau sudah baik-baik saja, Ibu hanya takut kau masih terbaring dan sendirian, mengingat kedua saudarimu sedang sekolah, 'kan? Jika Ibu ada di sana, Ibu sudah peluk dirimu. Ah, sayang sekali~"

"Jangan khawatir, sekarang ada yang menemaniku, kok." ucap Sinb sambil melirik Sowon yang sedang duduk santai sambil membaca majalah di sana. "Yah, walau aku sedikit tidak suka dengannya."

"Siapa? Siapa? Siapa? Dia bukan laki-laki, 'kan? Tidak ya, jangan dulu pacaran!"

"Ibu lupa? Sekarang aku serumah dengan tiga makhluk buatan Ayah dengan istri pertamanya."

Sowon terpantau mengalihkan atensinya begitu mendengar Sinb mengatakan tiga makhluk buatan itu. Bukannya takut ditatap tajam oleh Sowon, dengan tengilnya Sinb menjulurkan lidah meledek.

"Ibu bisa bekerja lagi sekarang, Ibu tidak perlu khawatir tentang aku, aku sudah besar."

"Maaf ya, kau masih bayi di mata Ibu. Dan lagipula usiamu masih belum legal, jadi jangan harap menyebut dirimu sudah besar."

"Baiklah iya. Aku bayi~"

"Ya, bayiku~"

Sowon meringis mendengar percakapan itu, entah kenapa dia geli melihat tingkah Sinb yang super kekanakan di sana. Bahkan adiknya Umji tidak pernah bersikap seperti itu saat berinteraksi dengan ibu mereka. Mungkin sikap seorang ibu dapat menentukan interaksi antara anak dan ibu.

"Kau mau ikut?" tanya Sowon.

"Ah, perutku masih sakit," keluh Sinb berlagak. "Biarkan aku di rumah saja, aku lemah, letih, dan lesu."

Sowon merotasikan bola matanya malas. "Tidak, aku takut kau diam-diam memesan minuman. Usia masih di bawah umur sudah sok minum, dasar!"

"Yak, memangnya umurku di bawah?" Sinb beranjak dari sofa dan membungkuk ke lantai. "Di mana? Di mana umur yang di bawah itu, hah?"

"Bodoh!"

"YAK!"

"Kau bodoh."

Sinb hendak melayangkan sumpah serapahnya, namun Sowon dengan cekatan mengangkat buku majalah siap melempar.

"Apa, hm?" tanya Sowon sambil menaik-turunkan alisnya. "Ayo siap-siap, kau harus ikut!"

"Ck, kenapa kau berlebihan sekali, sih?" tanya Sinb sewot. "Lagipula aku tidak akan memesan minuman, aku akan rebahan, aku akan menonton drama, aku akan tidur, dan aku—oke aku siap-siap!"

"Cepat."

"Iya sabar!"

- 𝘼𝙉𝙊𝙏𝙃𝙀𝙍 𝙁𝘼𝙈𝙄𝙇𝙔 -

Another Family || GfriendWhere stories live. Discover now