Another Family : Kalau Terbuka Lebih Baik

393 90 43
                                    

- 𝘼𝙉𝙊𝙏𝙃𝙀𝙍 𝙁𝘼𝙈𝙄𝙇𝙔 -

Sowon menaruh secangkir teh di hadapan Yerin, ketika Yerin hampir beranjak Sowon lebih cepat mencekalnya sehingga mau tidak mau Yerin kembali duduk di kursi tersebut.

"Teh herbal itu bisa membuatmu lebih tenang, minumlah."

"Aku tidak butuh hal seperti itu."

"Tapi kau membutuhkan seorang teman untuk bercerita. Benarkan?"

Yerin tersenyum picik. "Jangan sok tahu. Aku tidak membutuhkan apapun, apalagi teman bercerita."

"Yerin ah."

"Yak, apa maksudmu?" Yerin beranjak dari duduknya malah tersulut. "Kau melakukan ini untuk mendapatkan perhatian lebih dari Ayah? Kau ingin membuatku lebih hina karena tak begitu becus dalam mengatasi adik-adikku, iya?"

"Sebaiknya tenangkan pikiran dan hatimu, Yerin. Aku datang menemuimu saat yang lain tidak di rumah, jadi aku melakukan ini karena keinginanku sendiri."

"Bohong."

"Apa yang kau inginkan, sih?"

Kedua tangan Yerin reflek mengepal, membuat Sowon yang berada di sana dengan jelas melihat bagaimana tangan tersebut menahan amarah. Sowon beranjak berdiri juga, ia menghadap ke Yerin dengan berani.

"Maaf jika mungkin aku mengambil posisimu sebagai seorang kakak untuk Eunha dan Sinb. Aku tidak bermaksud apa-apa, lagipula mereka berdua tidak sedekat itu denganku."

Bibir Yerin gemetar, matanya berkaca-kaca di sana. Melihat hal seperti itu membuat Sowon jelas ikut merasa sedih, dan hanya dalam hitungan detik saja air mata Yerin meluruh. Sowon mengangkat kedua tangannya, ia mengusap air mata yang membasahi pipi Yerin tersebut.

"Sekarang kita sudah bersama, Yerin. Takdir kita adalah se-ayah, kita tidak bisa mengubah hubungan sedarah kita, bagaimana pun kita se-ayah."

"Aku hanya, aku hanya merasa tidak becus." aku Yerin gemetar. "Mengapa aku sampai tidak sedekat itu dengan adik-adikku? Bahkan aku tidak tahu jika Eunha menjalani hubungan seburuk itu dengan kekasihnya, aku merasa iri saat kau bisa langsung mengatasi masalah Eunha hari itu."

"Ah, begitu rupanya." kata Sowon sambil merengkuh Yerin. "Kau iri karena aku lebih awal mengetahui masalah adikmu, ya?"

Yerin menganggukan kepalanya.

"Tapi, kau yang memeluk Eunha hari itu. Kau yang menenangkannya, Yerin."

"Tapi aku merasa sangat bodoh, aku merasa sangat tidak becus, aku menyesal karena selama ini tak sebegitu dekat dengan mereka," tutur Yerin masih dengan suara yang gemetar. "Aku menyesal karena hanya dekat dengan mereka ketika di depan Ayah dan Ibu saja."

"Sssstt, itukan dahulu." Sowon menenangkannya dengan beberapa usapan di surai hitam Yerin. "Sekarang, dekatlah dengan mereka. Masih belum terlambat Yerin, bersikap egois hanya akan melukai dirimu sendiri dan orang terdekatmu."

"Aku iri padamu~" isak Yerin sambil meremas baju Sowon melampiaskan perasaan marahnya. "Aku marah pada diriku sendiri, aku merasa bahwa aku bukan seorang kakak yang baik untuk mereka. Aku iri padamu~"

"Kalau begitu jadilah adik yang baik untukku sekarang, Yerin." pinta Sowon sambil menaruh dagunya di pucuk kepala Yerin. "Dan jadilah kakak untuk Eunha, Yuju, Sinb, dan Umji."

"Apa aku bisa?" tanya Yerin, ia menengadah mempertanyakan hal itu.

"Bisa."

"Sungguh?"

"Sungguhan."

Yerin kembali menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Sowon, tangisnya pecah lagi karena merasa sangat tersentuh oleh perkataan Sowon. Mungkin jika berbicara seperti ini maka semuanya akan baik-baik saja, tidak akan terjadi perdebatan sengit di antara mereka.

Another Family || GfriendWhere stories live. Discover now