Bumi kembali bernyanyi, segera merdunya sampai pada batin-batin yang hampir mati
Merebak embunnya membasuh jiwa para ksatria yang bahunya lebih tinggi dari dahiHum semesta mengiringi
Ibu bumi bersuara tanpa bahasa
Deru merambat melewati doa-doa yang dipundaknya tersusun rasa percaya
Hum semesta
Terniang dikepala anak manusia tentang tangisan duka dan bahagia, namun kehilangan keduanya
Kini nyanyian ibu tiada terdengar
tiada terniangDibungkam keluh yang meronta dimana-mana bersama kefakiran yang merata membuat budak tak lagi bertali hingga tuhan tak lagi bernyali
Oh demi masa
Demi masa yang manusia pernah tiada diantara gemerlap yang tak lagi nyata
Demi nyawa yang tiada kendali untuk memeliharanya
Demi doa-doa memaksa di depan cermin yang kusam bahkan retak oleh bayang keangkuhan
Demi air mata yang mengobati tiap sesaknya dada
Demi angin demi hujan demi tanah demi neraka demi hitam demi putih demi satu sepuluh seratus berapapun dan demi segala unsur semesta!
Kau ada dimana?Hum semesta
Mengais bulu mata diluasnya belantara asa hingga membeku matahari menunggunya
YOU ARE READING
Diam
RandomPada akhirnya, kata hanyalah sebuah kata. Seperti buih dilautan yang tak ada artinya.