Trappet || Dua Puluh

2.6K 365 217
                                    

Sejak saat itu, Loli menjadi tidak tenang. Apapun yang dia kerjakan menjadi sedikit berantakan dan di kuasai oleh ketakutan. Sebenarnya Loli tidak tau respon seperti apa yang akan Chatra lakukan jika bertemu dengannya.

Tapi, ketika dia melihat pria itu menatapnya waktu itu dengan penuh minat dan seringai di bibir, Loli rasa tidak ada yang baik. Akan ada bencana besar yang jelas terjadi entah itu kapan.

Beberapa hari terakhir pun Loli selalu pulang kantor dengan penuh ke hati-hatian dan mencoba untuk menyamarkan diri. Bukan kepedean atau apa, Loli hanya mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Untungnya atasannya kemarin hanya mengajaknya di hari itu saja, pertemuan selanjutnya dia sudah tidak ikut lagi.

Menghela napas kesekian kali, Loli segera masak dengan cepat. Anaknya sejak tadi sudah memanggilnya karena kelaparan, kemarin juga Ken baru pulang rumah sakit, seperti biasa Ken selalu mendapatkan transfusi darah setiap bulannya. Untuk darahnya sendiri, Loli tidak tau, semua itu benar-benar berkat bantuan para sahabatnya. Jadi, sebisa mungkin Loli tidak akan mengecewakan mereka.

"Ma Ken lapel lohh!"

"Iya sayang, sebentar yaa."

"Ma, nanti tambah ya nasinya. Ada Cila soalnya!"

"Apa sih Ken, orang aku gak laper kok!"

"Gak papa, kita kan makan baleng-baleng."

"Bareng-bareng kali."

Loli terkekeh kecil, dia menggeleng saja mendengar perdebatan dua anak itu. Menyelesaikan kegiatan menumis jamur dan memasakan daging untuk kedua bocah itu, Loli menyiapkan makanan di piring dan membawanya ke ruang televisi. Disana dua anak itu sedang bermain bersama, sesekali saling berebut.

"Makanan datang!"

Keduanya langsung menoleh dengan binar indah. "YEAY!" serunya barengan.

"Aku seneng banget bisa makan masakan tante lagi." kelekar Cila membuat Ken mendengus.

"Tadi Cila sok-sokan gak mau."

"Kan malu, Ken. Kata kakak Cila mah, kalo di tawarin tolak dulu, padahal sebenarnya Cila mau banget loh."

Loli sontak tertawa geli mendengarnya, teman anaknya ini memang lucu sekali. Dia menatap keduanya yang mulai makan dengan lahap, apalagi Ken, dia yang biasa malas makan jadi bersemangat karena diajak balapan oleh Cila.

Biasa, anak kecil memang suka seperti itu.

"Hati-hati ya makannya, kalo udah jangan lupa minumnya di habisin. Terus Ken, nanti kita minum vitamin lagi."

"Siap Mama kuu!"

Loli tertawa kecil seraya mengacak rambut anaknya, dia elus pula rambut Cila karena anak itu sangat lahap makan, suka sekali dia melihat Cila yang menyukai masakannya.

"Nan—"

Tok! Tok! Tok!

Ucapan Loli terpotong karena suara ketukan pintu, tidak tau kenapa jantungnya langsung berdetak sangat cepat. Dia menatap sekitar, lalu melenggokan ke halaman belakang. Itu Bibi Mala yang izin keluar ternyata sudah datang, lalu siapa yang mengetuk pintu rumah? Mereka tidak mengenal banyak orang disini.

Loli langsung menelan saliva susah payah saat mengingat kemarin baru bertemu dengan Chatra. Jantungnya langsung berdetak sangat cepat apalagi ketukan di pintu tidak kunjung mereda juga. Napas Loli memburu, dia bingung harus melakukan apa sedangkan anak-anak sedang makan.

Loli sudah terlalu panik, padahal belum tentu yang dia pikirkan itu benar. Belum tentu ini adalah Chatra, bisa saja orang lain.

Namun, tetap saja, Loli tidak bisa tenang.

Trapped [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang