7 - Tertipu Oleh Bayangan

58.5K 4.1K 18
                                    

[18+]

Genggaman tangan yang begitu erat seolah tak memberi ruang pada sang empu untuk beranjak dari sana. Membuka pintu apartemen tanpa memalingkan fokusnya pada pemuda yang tersenyum miring ke arahnya adalah wujud dari rasa bangga atas kemenangan mendapatkan hatinya.

Berlari kecil, melempar ranselnya ke sembarang arah, mencoba mengejar gadis di depannya, namun berulang kali gagal dan justru mendapat bayangan semu ketika hendak dipeluk.

"Gue nggak suka main-main."

Gadis itu mengangkat satu alisnya, "yakin?" dan direspon dengan anggukan kepala dari pemuda yang saat ini bersiap melepas satu persatu kancing kemejanya.

Membuka pintu kamar sebelum menutupnya rapat-rapat, tanpa sadar sebuah dorongan setan membuat keduanya beradu pada satu titik yang sama. "Mata yang indah." Berseru begitu lirih, perlahan mendekat guna mengikis jarak, detik setelahnya kesadarannya mulai hilang dengan nafsu yang tak mampu dibendung lagi.

Sapuan lembut dari bibir yang saling beradu pada ritme yang sama seakan menambah malam semakin panjang. Membantu sang gadis membuka satu persatu kancing kemejanya, lalu tanpa sadar kembali tersenyum sembari memberikan gigitan kecil pada leher jenjangnya.

"Wangi lavender akan selalu menjadi favoritku," kata sang lelaki, mengusap lembut lengan yang tak terbalut dengan satu helai kain lalu menciumnya dalam-dalam. Menghirup aroma yang selalu menjadi candu baginya sebelum semuanya berakhir.

Tatapan keduanya kembali beradu pada satu titik yang sama. Saling menginginkan, saling membutuhkan sentuhan, hingga merasa lebih intens kala malam memihak pada keduanya. 

Ragu-ragu, namun mau. Ungkapan yang cocok untuk menggambarkan betapa gugupnya cowok yang berulang kali menelan ludahnya. Primadona yang menjadi impian hampir seluruh siswa di sekolah ternyata mampu ia luluhkan dan berhasil menjadikannya gila.

"Seriously, Tha?" Pertanyaan tersebut terlontar kala tangan kekarnya perlahan dituntun ke arah buah dada yang sejak tadi telah membusung, seakan menantang, dan dalam sekejab mampu membuat mereka lupa akan dunia.

Kedua matanya sontak membelak selepas sadar jika semua hanya halusinasi semata

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kedua matanya sontak membelak selepas sadar jika semua hanya halusinasi semata. Ia bahkan segera mengubah posisinya menjadi duduk, mengusap peluh yang menetes di sekitar pelipis, sembari berusaha melupakan mimpi singkat yang menghantui pikirannya. "Tai, bisa-bisanya gue mimpiin dia!"

Mengusap wajahnya kasar, bangkit berdiri guna mengambil handuk, lalu pergi ke kamar mandi. Nampaknya efek dari bau badan adalah wujud mimpi kotor itu tercipta. Sebelumnya, Dirga tak pernah bermimpi hal-hal aneh walaupun di saat menuju proses remaja, dirinya tak munafik untuk mengakui sebab mimpi tersebut tercipta karena iseng menonton video plus yang tak sengaja muncul di beranda sosial media.

Menghidupkan shower, membasahi seluruh tubuhnya dari ujung rambut hingga kaki, terpejam beberapa menit guna menghilangkan segala pikiran mesum setelah Agatha memberi ruang pada titik sensitif pada dirinya.

Mengingat nama gadis itu, membuat Dirga berdecak dan ingin memukul siapa saja yang berada di sebelahnya. Tembok pun seakan tak ada harga dirinya ketika berpindah wujud layaknya samsak.

"Ga, udah tidur?"

Ketukan pintu beserta suara dari luar mampu membuat Dirga mendongak. "Belum, baru selesai mandi," jawabnya, cukup keras agar Arini mendengar suaranya.

"Ya sudah, setelah ini turun ke bawah, ya. Kita makan dulu."

Menghela napasnya panjang, memberikan sahutan berupa deheman sebelum berganti pakaian. Padahal niat awal Dirga bukanlah, makan. Melainkan tidur untuk menunjang energinya yang telah terkuras habis pada hari ini.

"Hari ini gue ngapain aja, dah? Capek banget perasaan."

***

Sendiri kembali membelenggu walau pada layar ponsel terdapat beberapa gadis yang menjadi penenang kala ketakutannya mulai melanda.

"Sini lah, ke Bandung. Udah satu minggu setelah party di rumah Alice, lo nggak ke sini lagi."

Agatha mengubah posisi berbaringnya menjadi telentang, melihat mereka tengah have fun membuatnya ingin segera menyambar kunci mobil agar bisa bergabung dengan teman-temannya yang lain.

Minggu lalu, tepat di party sweet17 Alice, Agatha masih bisa hadir tanpa alasan-alasan klasik seperti saat ini. "Sorry, guys. Gue nggak bisa, soalnya gue lagi ada masalah di sekolah. Jadi, you know lah, kalau Bokap gue bakal larang gue untuk keluar dalam beberapa waktu mendatang?"

"Come on lah, Tha. Sampai kapan lo harus nuruti kemauan Bokap lo? Dia aja nggak pernah nuruti apa yang lo mau, tapi seenak jidat kekang lo!"

Bukan salah seorang papa tak memberikan ruang pada anaknya untuk tak keluar rumah. Akan tetapi ini murni kesalahan Agatha, dan dirinya harus menanggung akibat setelah berita skandalnya viral.

From : Papa Sabara

Jangan pergi keluar rumah kecuali pada saat sekolah.

Jika kamu membantah, terpaksa akan saya kirim bodyguard untuk menjaga kamu selama 24 jam.

Agatha tentu tidak mau adanya orang lain di area apartemennya. Apalagi seorang bodyguard yang asal-usulnya belum ia ketahui, bisa-bisa Agatha menjadi gadis kuper yang kerjanya hanya merenung di dalam kamar.

Daripada memaksa, merengek sambil menangis sesenggukan, lebih baik mengalah dan menuruti perintah pria itu meskipun bila dirinya keluar tak akan ketahuan.

Iya, tidak akan ketahuan jika pria itu tak menyebar mata-mata di sekitar apartemennya.

Mematikan ponsel, bangkit berdiri untuk menutup tirai kamarnya. Suhu dingin malam hari rupanya kembali Agatha rasakan setelah kemarin dibuat menggigil ketika tengah malam. Sama sekali tak menyalakan AC ruangan, dan hanya bermodalkan jaket tebal untuk menghangatkan tubuhnya.

Jika boleh jujur, sebenarnya Agatha tak butuh jaket ataupun pakaian tebal membalut tubuhnya. Dia hanya butuh dekapan serta pelukan hangat untuk membantunya menyelam ke alam mimpi.

"Ada-ada aja lo, Tha," bergumam pelan, merasa gila bila mengingat khayalan barusan. Agatha bahkan tak yakin jika ada seseorang yang bersedia datang kepadanya. Memintanya untuk menjadi sang kekasih, ataupun menjadi orang tua angkat yang senantiasa tulus sayang kepadanya.

Tapi itu semua hanya sebuah mimpi yang tak kunjung menjadi kenyataan. Memiliki orangtua kandung selayaknya teman-temannya yang lain justru membuat ulu hatinya merasakan nyeri setiap hari.

Ya, lebih baik hidup sendiri tanpa butuh bantuan orang lain. Walau sebenarnya..

"Agatha rindu Mama."


***

vote, follow, and share

Seriously, Tha? [TERBIT]✅Where stories live. Discover now