14 - Ranah Setan

49.5K 3.3K 7
                                    

Mungkin ini semua ada kaitannya dengan kinerja setan yang berada pada sisi kirinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mungkin ini semua ada kaitannya dengan kinerja setan yang berada pada sisi kirinya. Mengangguk guna menyetujui tawaran Agatha, hidup Dirga nampaknya akan terancam setelah kecupan singkat dari gadis yang saat ini berdiri di sebelahnya.

"Cuma pacaran pura-pura bukan berarti lo bisa nyosor seenak jidat!" Menjauhkan wajah gadis itu dari hadapannya, lalu melenggang ke perpustakaan lantaran tujuan utamanya keluar kelas di saat jam istirahat adalah ke ruangan tersebut.

Mendapat telepon dari coach Fandi yang mengatakan bahwa pria itu ingin berbicara empat mata dengannya. Membahas mengenai kalimat yang tadinya sempat terlontar, sembari menepuk bahu Dirga empat kali. "Maaf jika ucapan saya tadi telah berdampak buruk padamu."

Semakin mengernyit dengan penuturan pria di depannya, namun pada detik setelah gadis tanpa undangan tiba-tiba datang dan berdiri di belakang Fandi, bertepatan dengan sebuah kalimat penenang dari sang pelatih keluar.

"Kamu akan bermain di pekan olahraga mendatang. Sebagai tim inti, dan masih menjadi kapten futsal Trijaya."

Terkejut, akan tetapi lebih terkejut lagi ketika Fandi mengatakan bahwa Dirga harus berterima kasih dengan sang kekasih.

Hei, Dirga jomblo, btw.

"Dia yang sudah meyakinkan saya untuk kembali menarik kamu ke dalam tim inti."

Menatap gadis yang saat ini tersenyum sembari melambaikan tangan padanya. Dirga hampir dibuat tak percaya jika yang dimaksud coach Fandi adalah gadis rese yang saat ini mendekat ke arahnya.

Dirinya bahkan tak tahu bagaimana cara Agatha meyakinkan Fandi perihal kemampuan yang ia miliki. Walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa power Agatha cukup kuat. Semua terbukti satu persatu. Orang yang notabene sulit menarik ucapannya kembali seperti halnya Fandi justru mengikuti arahan dari gadis itu.

Entah pelet apa yang Agatha gunakan hingga dirinya mampu memikat banyak orang, termasuk Dirga.

Eh, yang terakhir tidak. Karena sang empu tidak mau menyebut bahwa dirinya telah terlena dengan seorang gadis yang selalu mengenakan seragam press body di setiap harinya. Bukannya tergoda, justru semakin ilfeel dan menggeram kala alam bawah sadar menuntun dirinya masuk ke dalam lubang yang telah diciptakan oleh sang iblis.

"Ini hanya perihal balas budi, lo nggak perlu kegeeran!"

"Ini juga perihal pencitraan gue di Trijaya, lo nggak usah kepedean!" Saling menyahut sebelum akhirnya masuk ke ranah yang sama sekali belum pernah Agatha injak selama bersekolah di sana.

Selain tidak ada niat, juga tidak ada satu teman yang mengajaknya meluangkan waktu di perpustakaan sekolah. Jika menolak mengikuti langkah kaki Dirga, mungkin dirinya akan kembali merasakan kesepian ketika kembali masuk ke dalam kelas.

"Ngekor mulu, cari jalan lain sana!" bentakan yang hanya bisa didengar oleh Agatha. Mungkin jika bukan di area perpustakaan, beberapa pasang mata akan menatap keduanya tajam.

Agatha menggeleng. Tidak setuju dengan perintah Dirga lantaran tak mau menjauh dari cowok itu. Agatha takut kesasar di perpustakaan sebesar itu.

Tidak kebagian tempat duduk di atas kursi nampaknya tak menjadi masalah besar bagi Dirga. Memilih duduk di antara rak-rak besar yang menjulang, diikuti Agatha ... melakukan hal sama. Keduanya duduk saling berhadapan, sempat bersitatap beberapa saat sebelum akhirnya memalingkan wajahnya pada buku-buku yang saat ini berada di tangannya.

Dirga tak mau mengambil pusing dengan kehadiran gadis itu. Memintanya menjadi pacar pura-pura agar dapat menyombongkan status tersebut pada Reyma, lantaran tahu jika Reyma tergila-gila dengan Dirga, namun tidak bisa memiliki.

Dan ketika Agatha mendapat ruang untuk dekat di sekitar cowok itu, ide buruk muncul kala mengingat Reyma. Segala rencana serta ekspektasi melihat raut cemburu serta terbakar dari yang bersangkutan, tak sabar untuk Agatha nikmati.

"Ngantuk?"

Telonjak setelah menguap panjang, lalu mengangguk sebagai jawaban.

Cukup paham dengan jawaban Agatha, Dirga kembali fokus pada buku di tangannya tanpa menyuruh Agatha untuk keluar dari sana dan merebahkan diri di UKS.

Dirga bahkan tidak menyuruh gadis itu untuk beralih duduk di sampingnya, menyender pada bahu kosong yang tidak pernah berfungsi hingga sekarang, serta membuat sang empu menautkan alisnya. Ingin menjauhkan Agatha dari sana, tetapi dirinya tak tega lantaran gadis itu terlihat sangat kelelahan.

"Lo habis berenang dari ujung Sungai Nil ke ujung lain atau gimana, Tha?"

***

Hari sebelumnya masih mencoba positif dengan kedekatan yang diperlihatkan oleh dua sosok murid yang sempat menjadi perbincangan hangat di sepanjang Trijaya.

Reyma sama sekali tak percaya jika keduanya telah menjalin hubungan asmara a.k.a pacaran tanpa sebuah tipuan. Memberikan statement pada Kevin dan juga Jaya, hingga dalam sekejab mampu mengalihkan berita perihal Reyma yang baru saja membeli mobil baru.

"Kev, Agatha sama Dirga nggak pacaran, kan?"

Kevin mendongak setelah selesai menempelkan kertas pada mading. "Nih, baca!" kata cowok itu sembari mengarahkan telunjuknya pada kertas berisikan berita serta foto Dirga dan juga Agatha menebar senyum lebar tanpa tekanan.

Berita masih seperti minggu lalu. Pernyataan yang mengatakan bahwa keduanya telah resmi berpacaran, akan tetapi karena berita sebelumnya menimbulkan polemik dari pihak sekolah, Kevin sengaja men-takedown.

Berbeda dengan hari ini, Dirga dan juga Agatha sama-sama mempertegas perihal kejelasan status hubungan mereka.

Bukan hanya Reyma, Gerry pun bereaksi sama. Belum sepenuhnya percaya jika bukan Agatha yang mengatakan langsung perihal berita tersebut. Bisa jadi itu semua hanya foto editan dan juga berita yang sengaja dibuat oleh oknum jurnalis agar mendapat cuan lebih atas artikelnya.

"Dirga paling anti sama cewek modelan Agatha. Ta-tapi kenapa dia malah..." Menggantungkan kalimatnya sembari menggeram kesal.

"Ini cuma hoax, kaya nggak tahu aja gimana liciknya Kevin sama Jaya kalau udah menyangkut cuan!"

Gerry mencoba tetap berpikir logic, memberikan afirmasi positif bila mereka berdua hanya terkena fitnah.

Tidak sepenuhnya memiliki hubungan lebih, namun berani bergandengan tangan ketika melintas di depannya. Sorot keempatnya kontan terhipnotis dengan langkah yang baru saja melewatinya begitu saja. Tanpa sebuah sapaan, Reyma merasa jika kekalahannya telah menunggu di depan mata.

"Kayanya kali ini bukan hoax, deh," gumam Mona.

"Gue juga mikir gitu. Mana mungkin Dirga mau gandengan tangan sama cewek yang nggak ada hubungan apa-apa sama dia." Nabil ikut menimpali bersamaan dengan punggung keduanya yang perlahan menjauh.

"Kita satu pemikiran, Bil! Dirga itu cowok kulkas yang hatinya nggak gampang buat diketuk."

"Menurut lo, siapa yang nembak duluan? Agatha atau Dirga?"

"Kalau menurut gue, sih---aww" Belum sempat melanjutkan ucapannya, Reyma lebih dulu memotong kalimat Mona dengan sebuah geraman serta sengaja menubruk bahu gadis itu cukup kencang.

Merasakan nyeri hingga mengusap-usapnya, Mona lumayan kesal diperlakukan demikian walau akhirnya ia mengikuti langkah Reyma guna mengembalikan mood sang sahabat.

"Lagi-lagi lo kalah dari Dirga, Ger."

***


Seriously, Tha? [TERBIT]✅Where stories live. Discover now