P R O L O G

379 19 0
                                    

Haii haii!! Kenalan dulu yuk! Kalian bisa panggil aku decin, biar akrab okayy 3>

Kenal cerita ini dari mana? Dan kenapa mutusin buat baca?

Inspired by a song (kalian wajib banget sambil dengerin lagu ini):

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Lima.. empat.. tiga.. dua.. satu! Yang tas merah, balik lagi ke sini!"

Umpatan kecil juga dengkusan kesal terdengar seiring dengan barisan murid-murid berseragam putih abu-abu itu terbentuk setelah hitungan dari Laura Anatasya—wakil ketua Osis—berakhir. Mengawali hari dengan harus bangun pagi saja sudah seperti cobaan untuk murid-murid yang suka telat seperti mereka, terlebih jika sudah berhadapan dengan Laura dan Dimas—seksi keamanan Osis. Gak usah di tanya berapa banyak doa yang meraka rapalkan jika sudah masuk hari Senin, sangat-sangat banyak pokoknya. Berharap kedua orang yang di kenal super disiplin itu mendadak sakit perut dan tidak harus menjadi penjaga di gerbang depan.

"Yah, Ra.. gue pas-pas loh tadi masuknya, selesai lo nyebut angka satu. Masa yang sama-sama dengan gue tadi lo kasih, gue enggak?" protes Elang—teman sekelas Laura, sekaligus sosok bertas merah yang di tegur Laura tadi.

"Lo tadi jalannya santai banget, sedangkan yang cewek tadi sambil lari-lari, jadi lo beda 2 detik sama dia,"

Sumpah, demi neneknya Tapasya, ingin sekali rasanya Elang menelan temannya ini hidup-hidup, tapi sayangnya dia bukan megalodon. Nanti deh, kalau udah jadi megalodon dia akan makan Laura sewaktu gadis itu berenang di laut.

"Semuanya baris sesuai angkatan ya, kelas satu di sini, kelas dua dan tiga mengikuti ke kiri!" komando Dimas.

Sedangkan Laura sudah pergi menuju meja piket guru untuk mengambil absensi. Tapi saat langkahnya akan kembali menuju Dimas, iris cokelat terangnya justru menangkap objek lain yang tengah berusaha masuk lewat pagar lainnya yang memang berada 5 meter dari posisi mereka saat ini.

"Absensi dulu, gue mau ngurus sesuatu!" secepat ucapannya dan sodoran buku absensi ke arah Dimas, begitu pula langkah Laura yang kini sudah berlari menuju ke arah cowok-cowok yang kini sudah masuk ke dalam sekolah sambil bersorak riang.

"Jangan pikir gak ada yang liat kelakuan kalian!" tegur Laura keras. Matanya sudah memicing menatap wajah-wajah dari 5 anak badung yang suka menjadi langganan guru BK itu.

"Yah Ra.. 5 menit doang ini, masih boleh ya?" bujuk Putra. Cowok tan skin itu sudah menunjukkan wajah memelasnya yang dengan cepat mendapatkan tamparan kecil di wajahnya dari Kafka--si pemilik tindik di telinga, padahal di hari Jumat kemarin sudah kena tegur dan sita dari bu Jehan, tapi masih juga ada tindik itu di telinga sebelah kirinya.

AmertaWhere stories live. Discover now