4. Pojok Perpustakaan

98 9 0
                                    

"Gimana motornya, gak ada masalah lagi?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Gimana motornya, gak ada masalah lagi?"

Laura baru saja membuka helmnya saat tiba-tiba saja Bumi sudah berdiri di sisi motornya yang lain. Pemuda dengan tampilan yang selalu sama-kemeja sekolah yang tak di masukkan, kancing seragam yang terbuka 3 hingga menampilkan kaos hitam, juga dasi yang tidak terpasang di tempatnya-sangat urakan, ciri khas Pradipta Bumi Baskara sekali.

Untuk beberapa sekon Laura menghela napas kecil bersama gelengan samarnya, sedikit kesal akan kelakuan Bumi yang selalu melanggar aturan sekolah, padahal hanya perihal seragam tetapi pemuda itu suka sekali melakukan pelanggaran.

"Hei?"

"Oh... udah gak kenapa-napa kok. Thanks ya kemarin udah mau nolongin," ucap Laura bersama satu tarikan tipis di bibirnya.

Tentang Laura yang pulang bersama Bumi itu memang terjadi. Setelah selesai dengan pelajaran peminatan Jerman, Laura memang langsung menghubungi Bumi yang ternyata sedang menunggunya di kantin sekolah bersama keempat sahabatnya.

Selesai mengambil motornya yang sesuai ucapan Bumi dia bawa ke bengkel bersama Putra di jam istirahat pertama, keduanya lanjut makan walau harus ada sedikit insiden siapa yang akan membayar-bahkan sampai membuat sang pelayan kebingungan harus mengambil kartu ATM siapa. Tapi beruntungnya perdebatan itu tak berlangsung lama, karena Bumi menyuruh sang pelayan memilih dan pada akhirnya ATM Noah lah yang di ambil.

Hanya se-singkat itu kegiatan mereka kemarin, sebelum akhirnya berpisah setelah Laura meyakinkan Bumi bahwa dirinya bisa pulang sendiri.

"Iya, nanti kalau kenapa-napa lagi, telfon gue aja," ucap Bumi ikut menarik kurva bibirnya.

"Bumi!" satu panggilan dari suara yang sangat di kenali mereka membuat keduanya menoleh, melihat Kafka dan Pati yang sepertinya baru saja sampai.

"Ke warung BUSET yok!" teriak Pati yang langsung mendapatkan acungan jempol dari Bumi.

Menarik kembali atensinya ke arah gadis yang selalu menggunakan headband di depannya, Bumi lantas berpamitan ke arah Laura. "Gue pergi dulu," dan sepert biasa, dua tepukan kecil kembali mendarat di atas puncak kepala Laura-seakan hal itu sudah menjadi kebiasaan.

"Hm, jangan bolos lo pada, kasihan bu Jehan," peringat Laura.

"Iya bu wakil," kekeh Bumi mengangguk kecil.

Jika ingin tahu, sebenarnya Bumi dan keempat sahabatnya itu selalu datang pagi ke sekolah, hanya saja terkadang mereka suka mampir ke warung BUSET terlebih dahulu, entah hanya untuk nongkrong semata dengan para cowok-cowok yang memang sarapan di sana, atau ikut menikmati nasi uduk buatan bu Siti yang enak banget. Itu lah kenapa cowok-cowok yang kerap kali menjadi langganan BK itu suka telat masuk ke sekolah, karena mereka terkadang suka lupa waktu jika sudah di warung BUSET.

Simpelnya, jika jalan di depan warung BUSET mereka masih menemukan murid-murid sekolah mereka lewat, ya berarti mereka belum terlambat. Padahal gak tahu aja gerbang sudah di tutup, hingga pada akhirnya jalan di samping masjid selalu menjadi alterlatif kalau-kalau bu Jehan atau para anggota Osis khususnya Dimas dan Laura sudah nangkring di dekat pos satpam.

AmertaWhere stories live. Discover now