3. Berangkat Bersama

128 10 0
                                    

Tentang Laura dan segala sikap disiplinnya, nyatanya semua itu tertanam sejak dini dari kedua orang tuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tentang Laura dan segala sikap disiplinnya, nyatanya semua itu tertanam sejak dini dari kedua orang tuanya. Tumbuh dengan latar belakang orang tua yang sibuk di dunia perkantoran nyatanya sebuah keuntungan untuk Laura, sehingga dia akan bangun lebih awal. Jam 5:20 WIB, terlalu pagi memang. Tapi mengingat kemacetan kota, jam seperti ini memang sangat pas untuk memulai aktivitas agar tak terlambat nantinya.

Masih ada 10 menit sebelum jam 6 dan Laura sudah siap dengan seragamnya, juga polesan make-up tipis di wajahnya. Anyway, dirinya masih tipikal gadis yang mementingkan penampilan, sehingga polesan lip tint pada bibir jelas tak akan terlewatkan. Lagi pula beruntungnya aturan sekolah mengenai make-up tak begitu ketat.

"Kak.. buruan makan!"

Teriakan dari luar kamarnya dengan cepat di sahuti Laura, "iya ma.." sebelum mengais kaos kaki juga tas sekolahnya.

Semangkuk sereal yang di campur susu, juga segelas susu vanila-kesukaan Laura-sudah tersaji rapih di atas meja. Tak lupa kedua orang tuanya yang sudah siap dengan seragam mereka. Sedikit info, mama Laura kerja sebagai seorang PNS di polda, sedangkan ayahnya seorang HRD di sebuah perusahaan.

"Motornya udah di isi bensin kan kak?"

"Iya, udah pa, kemarin pas pulang dari sekolah,"

"Jangan ngebut-ngebut bawa motornya kak, kemarin banyak banget kasus kecelakaan anak sekolah,"

"Iya ma,"

Nasihat yang selalu sama. Mengingat Laura hanya seorang anak tunggal dan perempuan, kedua orang tuanya memang jauh lebih protektif pada dirinya. Sebenarnya Laura punya adik, hanya saja dia hanya bertahan selama 1 tahun di dunia ini.

"Hati-hati ya kak, inget nasihat mama tadi,"

Dan perpisahan kecil itu di awali dengan kepergian motor Laura, di susul mobil papa, dan mamanya yang keluar dari pekarangan rumah.

Jam 6:16 dan Laura sudah berbaur dengan kendaraan lain di jalan raya. Seperti biasa, jalanan belum begitu macet, hanya ada para ojek-ojek online yang sibuk lalu lalang dan nangkring di pinggir jalan-suasana yang cukup menghibur dan sudah di hafal Laura.

Baru saja dia berbelok di sebuah perempatan lampu merah, tiba-tiba saja Laura merasa motor yang di tungganginya sedikit oleng. Dengan cepat dia meminggirkan motornya, melepas helm, dan segera turun dari motor matic kuningnya.

"Yahh... malah bocor," desahnya begitu mendapati ternyata ban belakang motornya kempis.

Menatap sekitarnya, Laura semakin berdecak kala mendapati tak ada bengkel di sana, hanya ada toko-toko yang masih tutup. Di tambah jalanan yang mulai ramai dengan kendaraan lain.

"Huft! Semoga aja mama belum pergi jauh," monolognya sembari membuka ponsel, menghubungi sang mama yang semoga bisa sesuai harapannya.

Masih mencoba menghubungi mamanya sembari mengabari kedua sahabatnya, tiba-tiba Laura di kejutkan akan kehadiran seseorang bersama motornya yang ikut berhenti di belakang motor Laura, bahkan suara knalpotnya sudah berhasil mengundang perhatian.

AmertaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang