12. Langit Favorit

121 7 0
                                    

"Hahahahahaa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hahahahahaa... si anjir!"

"Bisa-bisanya dia bilang perwakilan Osis."

Tawa dari Melda dan Zellyn berhasil memenuhi kamar Laura. Dua sahabatnya yang berada dalam layar ponselnya itu tidak berhenti tertawa sejak Laura menceritakan kisah Bumi hari ini. Tetang cowok itu yang datang ke rumahnya dan mengaku perwakilan Osis.

"Terus, terus? Gimana bokap lo?" tanya Zellyn. Gadis yang mengenakan piyama pink itu sedang berbaring di kasurnya.

"Ya tentu aja gak percaya, apalagi waktu denger nama Bumi. Kan dia pernah ngomong sama papa, jadi langsung papa simpulin kalau Bumi pasti suka sama gue," jelas Laura.

"Wahh! Insting bapak lo boleh juga Lau."

"Ya tapi siapa juga sih yang percaya, mana dia datang-datang bawa bunga," kekeh Zellyn.

"Gila, masker gue sampe retak nih karena ketawa dari tadi," gerutu Melda.

"Tapi dia jujur juga, malah izin ke bokap buat suka sama gue," lanjut Laura bercerita.

"Gimana-gimana bilangnya?" Zellyn semakin semangat untuk mendengar kelanjutan cerita dari Laura.

"Tunggu-tunggu elah, gue cuci muka dulu," sela Melda mencegah.

"Yaudah, buruan cepat!" teriak Zellyn.

Laura hanya tertawa mendengar Zellyn yang sudah sangat penasaran. Beranjak dari kursi meja belajarnya, Laura berjalan keluar kamar sembari membawa hpnya. Dia berniat mengambil yogurt di kulkas. Tapi baru sampai di meja makan dia sudah di buat terheran dengan keberadaan yogurt-yogurt di atas meja.

"Banyak banget mama belinya," ungkap Laura.

"Bukan mama, tapi pacar kakak tuh," ujar sang mama sedikit menggodanya.

"Hah?"

Bukan hanya Laura, Zellyn dan Melda yang masih tersambung video call dengannya pun berteriak karena terkejut.

"LO UDAH JADIAN?!"

"Bentar-bentar." Dengan cepat Laura mematikan sambungan telfonnya dengan kedua sahabatnya.

"Maksud mama dari Bumi?" tanyanya memastikan.

"Ohh.. jadi pacar kakak—"

"Bukan pacar kakak ma..." rengek Laura menyela.

"Terus apa dong? HTS-an?" sang mama masih terus menggodanya.

"Ihh maaa..."

Mama hanya tertawa melihat Laura yang sudah memalingkan wajahnya—berusaha menutpi kesaltingan dan wajahnya yang memerah.

"Mama setuju aja sih kalau sama Bumi. Dia kan yang anterin kakak waktu itu?"

"Iya." Laura mengangguk. Matanya kembali melihat sekantung yogurt yang masih berada di dalam plastik, sedikit terkejut mengetahui Bumi kembali membawakan yogurt untuknya. Ternyata cowok itu mengingat kesukaan Laura dengan baik.

AmertaWhere stories live. Discover now