9. 911

78 3 0
                                    

Entah sejak kapan, tapi Laura merasa intensitas bertemunya dengan Bumi semakin tinggi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah sejak kapan, tapi Laura merasa intensitas bertemunya dengan Bumi semakin tinggi. Saat baru sampai di sekolah, saat Laura free class, saat di kantin, atau paling sering saat pulang sekolah. Pasti akan ada satu titik di sekolah yang menjadi tempat keduanya bertemu. Mungkin ini hanya perasaannya saja, atau memang Bumi begitu niat untuk mendekatinya seperti janji pemuda itu?

"Ayo buruan, 10 detik lagi bel bunyi!" Dimas berteriak bersiap menutup gerbang. Sedangkan siswa-siswi yang baru saja datang sekuat tenaga berlari agar tak bernasib buruk masuk dalam catatan pelanggaran. Apalagi yang jaga gerbang hari ini adalah Laura dan Dimas—dua combo yang benar-benar di hindari. Bahkan mereka akan memilih untuk terlambat di hari lain daripada harus terlambat di hari Senin, siapa lagi penyebabnya kalau bukan keduanya.

"Lima. Empat. Tiga. Dua. Satu! Yang cowok dua orang balik sini!" Laura menunjuk dua cowok yang baru lewat dua langkah darinya. Padahal Laura sudah berhenti menghitung, tapi tetap saja mereka menerobos masuk.

"Yang telat, buruan buat barisan sesuai angkatan di sini." Dimas mengarahkan sembari menunjukkan letak-letak barisan. Sedangkan Laura sudah berjalan masuk ke barisan-barisan untuk mencatat nama-nama yang terlambat hari ini.

"Yang baru datang, bentuk barisan baru."

See? Inilah alasan kenapa banyak yang suka mendoakan agar Dimas dan Laura sakit atau di tugaskan untuk berhenti menjaga gerbang, pasalanya dua combo itu suka sekali membagi orang-orang yang terlambat berdasarkan waktunya. Dan sudah bisa di tebak, hukuman yang paling telat akan lebih menyusahkan.

"Lain kali, walaupun telat tetep harus lengkap atributnya ka," nasihat Laura sembari menatap kakak kelas cewek di depannya.

"Gak usah sok ngatur deh, cuma adik kelas juga!"

Beruntungnya Laura sudah biasa menghadapi kejadian seperti ini. Mengerti kan sekarang kenapa Laura suka malas menghadapi kakak kelas yang melanggar aturan? Terlebih orang-orang yang memegang teguh motto bahwa senioritas itu harus di jalankan.Sehingga yang bisa Laura lakukan adalah tersenyum simpul dan lanjut mencatat.

"Bumi, jangan coba-coba pindah barisan kalian!" tegur Dimas menunjuk Bumi, Kafka, dan Tria yang memang datang terlambat.

"Padahal yang pindah bukan cuma gue, tapi gue mulu yang di sebut," gerutu Bumi kembali ke barisan yang baru saja di bentuk—yang mana barisan paling telat.

Selesai dengan barisan yang terlambat 5 menit di awal, Laura lanjut mencatat nama-nama yang terlambat lebih dari 5 menit. Dan barisan yang terdiri dari 4 banjar itu di isi oleh anak-anak kelas 11 dan 12.

"Hai, Lau," sapa Bumi begitu Laura tiba di depannya.

"Minggu kemarin udah gak telat, kenapa sekarang telat lagi?"

"Gue sarapan dulu di BUSET Lau. Lo udah sarapan belum?"

Laura tak menanggapi, hanya berlalu setelah menandai nama Bumi di buku absen. Dia tak punya waktu untuk meladeni celotehan Bumi, karena masih banyak hal yang harus di urusnya, terutama hukuman untuk mereka yang terlambat.

AmertaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang