6. 5 Detik

87 5 0
                                    

Bel tanda pelajaran selanjutnya akan berlangsung sudah berbunyi 10 detik yang lalu

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

Bel tanda pelajaran selanjutnya akan berlangsung sudah berbunyi 10 detik yang lalu. Tapi Bumi dan Kafka masih saja menghabiskan waktu mereka untuk nyebat di rooftop sekolah. Walau matahari terik menyengat kulit, tetap saja keduanya belum ada niatan untuk beranjak pergi.

"Jadi bener? Jas hujan waktu itu buat Laura?" Kafka bertanya sembari melirik sekilas ke arah Bumi yang tengah sibuk menyandarkan diri di dinding belakang mereka.

Kursi-kursi hasil curian dari gudang sekolah—yang memang berada di sana sejak lama—sudah di susun mereka menjadi kasur dadakan. Dan Kafka akan menempatinya nanti untuk tidur. Semalam cowok bertindik itu begadang karena sibuk mabar online.

"Hm. Kasian nanti kehujanan."

"Cih! Kasian sama perhatian beda-beda tipis kali," decih Kafka mencibir.

Brakk!!

Pintu rooftop terbuka begitu saja—sepertinya di tendang oleh sang pelaku. Bumi dan Kafka pun tersentak, langsung siaga, siapa tahu ternyata bu Jehan atau guru killer lainnya yang menemukan mereka di sini.

"Kampret lo berdua! Bolos gak ngajak-ngajak!"

Tria dan Pati ternyata yang datang. Keduanya langsung melayangkan pukulan ke arah Bumi dan Kafka saking kesalnya.

"Mana kita lagi yang kena ceramah sama introgasi pak Kasno karena ulah lo berdua yang tiba-tiba bolos," omel Tria. Cowok yang mudah emosian itu tak berhenti mengoceh sejak di keluarkan pak Kasno untuk mencari kedua sahabatnya ini.

"Terus lo berdua? Mau ikut bolos juga?" tanya Bumi sembari membuang puntung rokoknya di lantai. Menginjaknya dengan ujung sepatunya hingga bara apinya padam.

"Kita di suruh nyari lo berdua. Buruan balik, pak Kasno mau meriksa catatan sebelumnya," jelas Pati. Di antara mereka berlima, hanya dia dan Putra lah yang tak merokok. Sehingga di saat Tria mulai menyalakan ujung rokok yang di ambilnya dari Bumi, Pati memilih untuk mengambil kursi kayu lainnya dan ikut duduk di area yang tak terkena sinar matahari.

"Putra mana?" tanya Kafka saat menyadari tak ada cowok jenaka satu itu.

"Dia di tahan pak Kasno, katanya biar kita semua gak bolos," jelas Tria.

Bumi dan Kafka hanya bisa tertawa—malang sekali nasib Putra yang harus tinggal dan mencatat segala materi pak Kasno.

"Padahal tanpa Putra kita juga bisa bolos," tawa Pati menggeleng.

"Pak Kasno berapa jam di kelas kita?"

"Tiga jam, istirahat kedua baru selesai." Pati menjawab pertanyaan dari Kafka.

"Gue mau ke kantin, nitip gak?" Bumi beranjak. Menyugar rambutnya sebelum menatap ketiga sahabatnya.

"Gue serah aja, yang penting minuman dingin."

"Gue juga," sahut Pati dan Tria mengikuti pesanan Kafka.

Setelahnya Bumi benar-benar keluar dari area rooftop. Koridor sedang sepi sekarang—apalagi alasannya kalau bukan karena jam pelajaran yang tengah berlangsung. Tak ada hal penting yang berlangsung selain Bumi yang beberapa kali harus menghindar dari koridor-koridor tertentu saat melihat guru killer.

AmertaUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum