bab 16

29K 872 2
                                    

Setelah ijin di kantonginya, Ana bergegas pergi. Ana takut Friska terlalu lama menunggui dirinya. Yang ia tahu shift malam itu hanya sampai jam 7 pagi. Jadi saat ia sampai di RS lebih dari jam 7 sudah bisa dipastikan jika sang Dokter harus meluangkan waktu istirahatnya hanya untuk Ana.

Jam 7 lewat 20 menit.
Ana berlari di sepanjang koridoe rumah sakit. Setelah sampai d ruangan Friska, ia melihat Friska sarapan.

"Sarapan dulu Na." Friska menyerahkan  satu kotak di depannya pada Ana.

"Sudah mbak. Tadi sarapan dulu sebelum kesini. Saya temani mbak Friska aja." Ia menyamankan diri dengan duduk di salah satu kursi di ruangan itu.

"Na, semalam aku sempat konsul sama temenku  yang spesialis onkologi.karena kamu bisa produksi ASI karena hormon kamu yang berlebih, kemungkinan ada masalah hormonal sehingga membuat ASImu kurang karena produksi ASI bergantung pada sinyal hormonal yang dikirim ke payudara.Dalam beberapa kasus, pengobatan masalah hormonal dapat membantu meningkatkan produksi ASI. " Friska menjeda kalimatnya.

"Pernah gak kamu menyusui Ery langsung dari payudara kamu??"

"Hah?? Yah enggak lah mbak. Aku biasa pompa aja. Masak boleh non Ery minum ASI dari saya langsung." Ana malu campur kaget dengan pertanyaan Friska yang menurutnya cukup aneh.

" salah satu penyebeb ASI seret itu juga karena jarang menyusui langsung Na. ASI keluar sedikit saat dipompa.  Semakin sering  menyusui si Kecil, semakin payudara akan terangsang untuk memproduksi lebih banyak ASI. Jadi untuk tindakan awal, sebaiknya kamu coba buat susui Ery secara langsung deh Na." Solusi dari Friska yang sangat membagongkan bagi Ana.

Mana ada anak majikan yang menyusu pada pembantunya, meski nama pekerjaannya keren yah babysitter tapi kan tetep ajaa kasarnya dia itu pembantu.
Jelas takutlah ia bertingkah aneh2, meski ia merasa Yusuf sudah sehangat mentari. Ia tetap sadar batasan.

"Gak ada solusi lain mbak?? Misal obat atau suntik2 apa gitu??" Ana mencoba nego pada Friska.

"Na.. semua dokter biasanya menyarankan tindakan yang tidak membahayakan pasiennya terlebih dahulu. Baru ada tindakan lanjutan atau obat2an penunjang. Tapi harusnya kamu seneng. Berarti hormon kamu sudah mulai seimbang. Gak ada itu rembes2 atau payudara penuh karena ASI. Hidup kamu jadi normal lagi."

"Tapi non Ery gimana?? "

"Kamu jujur aja sih Na menurutku bilang aja semua yang terjadi. Nanti keputusan biar Yusuf dan keluarganya yang ambil."

"Gitu yah mbak?? Biar nanti sampai rumah saya bilang sama buDewi mbak, sesuai saran mbak Friska." Ana pasrah. Ia harus siap2 angkat kaki dari rumah buDewi dan mencari pekerjaan baru.

~~~

Assalamu'alaikummm..

Ana masuk rumah melalui pintu samping saat dilihatnya jam sudah pukul 11 siang. Ia bisa pastikan Ery sedang tidur siang sama neneknya. Pak Yusuf dan pakHarto pasti sedang di luar rumah bekerja. MbokNah jelas emmasak makan siang.

Door

"Copot .. copot.. copot...  "

"Hahah.. mbokNah latahnya lucu." Ana terpingkal2 melihat mbokNah yang masih mengelus dada.

"Halah yooo harusnya kamu itu gak boleh ngagetin orangtua loh. Nanfi kalau jantungan gimana !!" MbokNah pura2 marah sambil mengangkat sutil di tangan kanan dan tangan kiri berada di pinggang..

"Ampun mbok.. ampun.. kabuuuuuuuuurrrr" Ana lari menuju kamar.

"Bocah edyan."

Selepas majikannya makan siang Ana memberanikan diri menghadap buDewi.
Ia tak mau lama2 menyimpan rahasia dari orang yang selama ini sudah baik membantunya.

"BuDewi saya mau ngomong sesuatu." BuDewi yang kebetulan masuk kamar cucunya menoleh heran pada raut muka  Ana.

"Kenapa Na?? Tetumbenan kamu serius sekali mau ngomong sama saya."

Ana pun menjelaskan masalah yang terjadi serta solusi yang di berikan oleh dokter Friska. Ana juga memohon ijin keluar dari pekerjaan menjadi pengasuh jikalau memang ASI sudah tidak bisa di produksi lagi.

"Oalah syukur alhamdulillah kalau hormon kamu berangsur-angsur normal Na. Tapi kalau mau coba merangsang payudara kamu biar terus produksi ASI yah gak papa, kamu coba langsung kasih Ery dari pabriknya." BuDewi tersenyum melihat wajah Ana yang memerah.

"Tapi saya belum bisa caranya Bu. Ibu bisa bantu saya?"

"Boleh. Tuh lihat Ery bangun. Biasanya dia langsung minum dot kan?? Coba kamu ASIhi."

Dengan telaten buDewi mengajari Ana, ia juga memastikan posisi mulut  Ery di puting sudah pas.

Aahhw

Sshhh

"Duh Bu.. kok rasanya gak nyaman ya. Kayak ketarik sampai ubun2." Ana meringis merasakan kenyotan Ery.

"Awalnya gitu. Lama2 kamu juga terbiasa. Apa mau berhenti aja, biar kita coba kasih Ery sufor. Udah setaun kok, gak apa2 pasfi ada sufor yang cocok." BuDewi menenangkan.

Aaaahhhs

"Bu maaf ya. Sepertinya saya  tidak bisa mnyusui secara langsung. Rasanya aneh dan ngilu." Ana melepas putingnya.
Ery mengeliat tak nyaman hampir menangis karena kenyotannya terganggu. BuDewi cepat2 memasukkan dot ke mulut Ery.

~~~

Happy reading :)

ibu susu untuk Ery (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang