bab 19

31.7K 916 19
                                    

BuDewi datang sekitar pukul setengah delapan malam. Beliau membawakan pakaian ganti untuk Ana dan Yusuf. Serta beberapa kebutuhan untuk cucunya.

Beliau mendekati Ana yang nampak melamun, di tepuknya pelan punggung Ana.

"Na.. saya minta maaf. Kamu jadi orang yang paling di salahkan oleh Yusuf. Padahal memberi sufor juga atas ijin saya."

" gak apa2 Bu. Saya memang salah tidak bisa produksi ASI lebih banyak."

"Jangan bilang gitu. Ini sudah kehendak Tuhan. Mungkin sudah saatnya kamu hidup normal. Kamu masih remaja, kamu bisa menjalaninya seperti teman2mu. Nanti saya yang akan jelaskan sama Yusuf saat kondisinya lebih baik."

"iya Bu."

"Kamu makan dulu, biar saya jaga Ery sebelum saya pulang. Sebentar lagi supir akan jemput saya"

Ana mengiyakan saja, ia sudah terlalu lelah. Di makannya apa yang sudah buDewi siapkan dari rumah. Ada dua buah rantang dengan isi yang sama, Ana mengambilnya satu. Ia harus banyak makan agar ASInya lancar.
Dipaksanya kerongkongannya untuk menelan makanan, bukan ia yang sakit tapi mengapa lidahnya yang pahit.

~~~

Cklek

Refleks Ana menolehkan kepalanya saat  mendengar pintu terbuka. Namun buru2 ia tundukkan kepala saat tahu Yusuf yang datang. Ana berdiri dari duduknya, menyiapkan makan malam untuk Yusuf di meja.

"Pak, silahkan makan malam dulu. Ini tadi buDewi yang antar ke sini. "

"Hemm." Hanya suara deheman, namun menakuti Ana.

"Punya kamu sudah keluar ASI?" tanya Yusuf saat makanannya habis.

"Belum saya pompa lagi Pak. Takutnya saat non Ery menyusu malah gak keluar. Jadi niatnya saya tampung dulu."

"Coba sekarang."

Ana gemetar. Di raihnya alat pompa dan memasangnya dengan benar. Diliriknya Yusuf yang mengawasinya dari sofa.
"ya Allah tolong. Bantu payudaraku untuk produksi ASI. "  Doa Ana di dalam hati.

"Sudah?" Terkaget. Yusuf tanpa suara sudha berada di belakangnya memandnag ke arah dadanya.

"Belum Pak." Ana mendongak mencoba  melihat ekspresi Yusuf.

"Mungkin masih butuh beberapa waktu lagi Pak." Ana mencoba tenang.

Yusuf berjalan ke arah pintu, menguncinya. Lalu kembali ke sofa, "lepaskan alat itu dan kemarilah!!"

Dengan gerakan cepat anak menyimpan alat pompa di atas nakas. Ia tak mau membuat Yusuf marah.

"Duduk. Dan lepas bajumu !!" Yusuf manatap Ana tajam.

"Me me mele pas ss ba ju Pa ak?" Ana syok. 'Allah. Apa yang akan dilakukan majikanku ini padaku. Tolong lindungi aku.'

"Iya. Lakukan perintah saya. Dan tanamkan dalam otak kecilmu, bahwa yang saya lakukan ini hanya untuk memperlancar payudaramu memproduksi ASI." Ujar Yusuf serius.

Ana ragu melakukannya. Ia memang polos tapi tak bodoh. Perempuan  dewasa tidak boleh melepas pakaian di depan laki2 yang bukan suaminya karena akan mengundang syahwat, apalagi bukan dalam keadaan darurat.

"CEPAT. kenapa lelet sekali." Karena bentakan itu, tangan Ana bergerak cepat membuka kancing bajunya. Lalu melepasnya dan meletakkan di sofa. Yuusf masih menatapnya tajam. Ia tahu kalau harus membuka BRA juga namun ia sungguh dilanda malu.

Dengan tidak sabaran Yusuf menarik BRA Ana. Hingga Ana memekik dan mencoba menutupi asetnya.

" lepaskan tanganmu !"

Ana menutup matanya rapat2, tak sanggup ia melihat apa yang akan di lakukan Yusuf padanya. Jantungnya berdebar kencang. Pelan2 di pindahkan kedua tangannya ke samping tubuhnya, menggenggam sofa erat.

Yusuf takjub. Payudara Ana lebih indah dari bayangannya selama ini. Bentuknya masih bulat dan padat meski  katanya tak ada ASI - katanya - . Di usaokan jemarinya ke payudara bagian atas Ana. Kenyal.

Gelenyar aneh tubuhnya mulai aktif. Namun ia harus melakukan tugasnya. kata Friska tadi saat ia konsul, Yusuf harus merangsang payudara Ana agar hormon produksi ASInya aktif.

Jarinya bergerak mulus ke arah bawah lalu memutar ke area puting Ana. Di genggamnya erat. Sangat pas di telapak tangannya yang besar. Di remasnya pelan2. Di lihatnya ekspresi Ana yang memejam sambil menggigit bibir. Sungguh ekspresi macam apa ini hingga membangunkan juniornya  di bawah sana.

Yusuf fokus !!

Diremasnya lagi, kini sedikit lebih keras.

Engh engh ahh

Ana mendesah, sepertinya Ana tak sadar berlaku demikian. Dengan kesadaran yang semakin menipis, di remasnya payudara Ana kanan-kiri. Lembut kuat lembut kuat. Ia atur tempo sebisanya. Semakin ia memandang wajah Ana semakin ia tak sanggup menahan gejolak.

Di dekatkannya mulut ke arah puting Ana. Di jilatnya perlahan, memutar di sekitar areola Ana yang membesar.
Kenikmatan tiada tara. Tanpa sadar Yusuf melakukan lebih dari sekedar membantu merangsang. Yusuf kalap. Di kenyotnya payudara Ana, di gigit kecil2 dan di tariknya panjang...
Kegiatan itu berulang.

Sungguh Yusuf lupa tujuan, yang ia tahu kenikmatan ini harus ia nikmati tak ingin berhenti.

~~~

Tahan - tahan..
Ini puasa ,

🤭

ibu susu untuk Ery (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang