bab 22

31.7K 991 45
                                    

Tiga bulan sudah Ana menjalani rutinitas intim bersama Yusuf. Selama itu pula Ana sering mencari artikel2 yang berhubungan dengan reaksi tubuhnya terhadap kelakuan Yusuf.

Ternyata apa yang dilakukan Yusuf sudah melenceng jauh dari apa itu yang di namakan pijat laktasi. Ana kini mengerti, Yusuf seperti memanfaatkan keadaan dan rasa bersalahnya. Setelah dipikir2 , apa nanti ada yang mau dengan wanita seperti dirinya yang sudah di sentuh sana-sini oleh lelaki. Bukan hanya di sentuh ,bahkan sudah dijilat dan di emut. Tak jarang Yusuf menggigit dan menghisap daerah payudaranya hingga meninggalkan bekas. Tak hanya di satu tempat, ada beberapa bekas yang sampai kini masih tercetak manis di payudaranya. Kini ia tahu bekas itu namanya kissmark. Dan itu biasanya dilakukan oleh pasangan kekasih atau suami-istri. Duh Ana, betapa bodohnya dirimu dalam dunia merah jambu.

Ery kini sudah tidak begitu mau minum ASI, semakin bertambah umur semakin banyak pilihan makanan yang bisa dipilih oleh Ery. Hingga terkadang lupa minum ASI. Payudaranya sering penuh dan kencang,jadi Ana menyetok kembali ASInya di kulkas. Dilihatnya stok yang lumayan banyak. Ia bertekad untuk berhenti bekerja saja dari pada hidupnya semakin di manfaatkan Yusuf melampiaskan nafsunya. Ery sudah di daftarkan sekolah oleh Yusuf. Biasanya jikalau di rumah buDewi yang mengantar sambil bertwmu teman2nya yang juga mengantar cucunya.

Ana di rumah tak tahu mau melakukan tugas apalagi karena Ery tak di rumah. Hanya saja kini di jam makan siang Yusuf pulang ke rumah untuk makan siang, lalu menyempatkan diri menyusu pada Ana. Ya !! Kini Ana seperti menjadi pendonor ASI untuk Yusuf. Terkadang di sela jam2 kerja jikalau ada meeting di luar, Yusuf pulang katanya untuk mengambil berkas namun menarik Ana ke dalam kamarnya hanya untuk menyusu.  Yusuf kini semakin berani meraba-raba di tempat yang lain. Entah itu di punggung atau pun di daerah paha meski belum sampai ke miss V. Ana takut kelepasan, mengiyakan saja apa yang Yusuf lakukan karena takut. Sikap Yusuf belum berubah, masih dingin, kini ditambah bossy. Yang apa2 harus di lakukan Ana sesuai perintah. Jika tidak Ana biasa mendapat hukuman.

Yusuf masih merasa Ana penyebab sakit Ery, meski buDewi sudah menjelaskan detail masalah yang terjadi sebelum Ery masuk RS. Namun oenjelasan itu tak mengubah pandangan Yusuf, di matanya Ana bwrsalah dan harus di hukum. Jika di lihat oelh buDewi, hukuman yang di berikan Yusuf hanya sekedar menjaga Ery tanpa lengah, wajib di samping Ery terus. Namun jika buDewi tak ada di rumah, Yusuf masuk ke kamar Ery dan  meraba- raba Ana. Ana sudah tak tahan.

Menunggu waktu kosong buDewi selama berhari-hari. Namun tak juga bertemu. Banyak sekali kegiatan yang di ikuti nenek satu cucu tersebut sepulang mengantar cucunya sekolah.

Dalam keadaan seperti ini, tak ada buDewi pakHarto pun jadi.  Malam ini beliau sedang duduk di ruang keluarga menontoj TV sambil meminum kopi.

"Permisi pak. Saya mau ijin berhenti bekerja." Ucao Ana tanpa aba2.

"Loh. Kenapa?"

"Saya ingin mencari pengalaman lain pak. Lagipula non Ery sudah bisa lepas ASI, saat sekolah pun saya bingung mau mengerjakan apa. Jadi saya merasa sudah tidak begitu di butuhkan lagi."

"Kamu sudah berfikir matang2?" Ana mengangguk.

"Ya kalau itu keputusan kamu yah gak apa2. Ujtuk pesangon dan gaji kamu nanti biar ibu yang transfer seperti biasa. Mungkin kamu tidak bisa berpamitan sama ibu, karena beliau lagi menginap di rumah saudaranya samapi 2 hri ke depan. Tak apa2 nanti saya sampaikan pamit kamu."

"Makasih pak. Makasih. Salam buat ibu." Ana tak menyangka semudah ini ia bisa pergi.

"Tapi kamu masih menginap di sini kan? Pulang besok pagi saja. Nanti Ery biar di asuh mbokNah selama ibu  belum pulang. Kamu sudah punya tempat tinggal keluar dari sini?"

"Sudah Pak." Di jawabnya saja sudah agar ia  segera keluar dari rumah ini. Ana sudah menghitung banyaknya uang di atm-nya. Gaji selama di sini utuh tak pernah ia ambil, karena makan dan tidur di sini gratis. Terkadang saat menemani Ery keluar di ajak buDewi, ia sering di belikan baju. Hingga uangnya masih utuh, bonus dapat beberapa stel baju. Cukuplah uangnya untuk hidup selama belum dapat pekerjaan baru.

"Kamu sudah bilang Yusuf?"

"Belum Pak. Pak Yusuf belum pulang sejak kemarin kan?" Ana bingung. Majikannya itu katanya sedang membuka gerai baru di luar kota, hingga mewajibkannya menginap. Tapi kenapa pakHarto bertanya begitu?

"Ya barang kali kemarin2 sudah bilang gitu. Saya perhatikan kalian lumayan dekat." Ana hanya bisa tersenyum canggung sambik mengangguk.

"Ya sudah kamu bisa mulai beres2 barang kamu. Biar besok gak repot lagi  mumpung Ery sudah tidur."

"Ia pak."

Barang2 Ana yang sudah berpindah tempat di kamar Ery kini di masukkannya ke dalam tas ransel hitam dan kardus. Barang2nya bertambah, tak mungkin ia tinggal. Setelah selesai ia segera bersih2 di kamar mandi sebelum tidur, namun ia berhenti di depan kaca wastafel. Di sibaknya sedikit baju yang ia pakai. Di hitungnya bercak merah di dadanya. Satu, dua, tiga, lima, tujuh. Masih ada tujuh kissmark yang di tinggalkan Yusuf dan belum memudar. Perasaan sedih itu datang lagi, ia mulai menghawatirkan masa depannya.

~~~

Tbc

ibu susu untuk Ery (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang