Untilted

13 0 0
                                    

Siang ini hujan sempat-sempatnya mampir. Baru bangun...
Setelah perjuangan yang cukup memuakan, saya berusaha merelakan diri mengajarkan si Ari, temanku, yang "bau" ini berkenalan dengan friendster. Yup, baru friendster... Facebook? nanti dululah, saya tak berniat terlalu jauh mengajarkanmu.

"wah, banyak juga ting," begitu yang dia mengomentari friend list ku di friendster sembari sibuk menandai beberapa teman. Lalu diam dan tersenyum aneh.
"kayak kenal," dia melanjutkan komentarnya sembari menunjuk salah satu foto di list tsb.
"Iyalah kenal, kalo enggak kelewatan namanya," jawabku sembari lalu berusaha menutupi kegelisahan yang entah tiba tiba datang.
"lama tak bersua," celuyuknya lagi cengar-cengir ga jelas.

beberapa menit kemudian dia cukup sibuk dengan melihat-lihat. Saya sedikit lega.

"Wah, seru juga friendster ya".
"kalo gue pengen nge-add elu gimana ting?"
"kalo yang lain pengen gue add gimana juga ting?" runtutan pertanyaan memborbardir.

Sialan, saya sedang males menjelaskan. Sibuk dengan monitor dihadapan saya, saya menjawab seadanya. "Entar, gue lagi upload dulu bentar."
Saya berdiri, lalu sekedarnya menunjukkan turtorial sederhananya ke meja di seberang saya. Gerah semakin menjadi karena harus berdiri dan duduk lalu berdiri lagi dan duduk lagi, selain belom mandi tentunya.

"kalo yang ini, telfon aja ting, males gue nyobain ngeadd nya, ga bisa-bisa"
"siapa?"
"itu yang tadi," cengar-cengirnya muncul lagi.

------

Ari Wd, seorang sahabat. Kelakuannya masih seperti dulu. Malam tadi, dia tiba di depan pintu rumahku. Cengar-cengir. Malam tadi dihabiskan dengan masa lalu. Malam tadi Ari berbagi kegelisahan, tanpa cengar- cengir. Dan pagi ini, saya yang menjadi gelisah...

*Ari, pulang dengan tetap cengar-cengir, tanpa tau apa itu facebook, dan kegelisahan kembali datang.


----
Bandung, 12 Nov 2008

Antara Kau, Aku, dan HujanWhere stories live. Discover now