"Mau jalan kaki sampai rumah?"
Dika masih saja mengiringi di sisi dengan sepedanya. Ini sudah berjarak sepuluh meter dari gerbang sekolah kami.
"Ayo, naik. Aku tunggu sampai kamu mau kubonceng."
Hatiku berdesir, terlebih menangkap tatapan matanya yang langsung ke arah wajahku.
"Biar sekalian aku jelasin yang tadi siang. Kamu marah karena Gladys, kan?"
Rasanya jantungku berhenti mendadak mendengar Dika menyebut nama itu. Gladys, anak paling populer di kelasku, ah, tidak, di sekolahku. Gadis itu tiba-tiba saja dengan terang-terangan menyatakan cinta pada Dika, sahabatku dari kecil. Aku bukannya tak tahu prestasi Gladys yang sering gonta-ganti pacar. Dia selalu mendapatkan pria yang dia sukai, sedangkan aku?
"Aku sudah menolaknya. Walau Gladys cantik, dia sama sekali bukan tipeku."
Aku menghentikan langkah kakiku dan menatap matanya. "Ayo, naik."
Akhirnya kuputuskan untuk menurutinya. Rumah kami memang searah dan ini bukan pertama kalinya Dika memboncengku. Aku mengambil tempat di belakangnya, masih dalam diamku.
"Gitu dong. Lagian masa kamu gak tahu, tipeku itu kamu, Rinai."
Aku tak sempat menjawab apa-apa ketika Dika mulai mengayuh pedal. Hanya kehangatan yang menjalar di pipi kurasakan saat ini.
YOU ARE READING
Flash Fiction bersama Cloverline
Short StoryBerikut adalah kumpulan Flash Fiction bersama Cloverline's Author. Enjoy it Beberapa tulisan sudah dibukukan.