Flash Fiction bersama Cloverline

Mei Phobia April

"Whaaatttt? Lu nolak Apri cuma gara-gara dia lahir bulan April?"

Mei mengedipkan mata ke arah sohibnya yang memandangnya lurus-lurus. Ditepisnya kedua tangan Siska  yang barusan mengguncangkan bahu.

"Gue udah trauma sama cowok yang lahir bulan April! Titik!"
Siska menepuk jidatnya. "Oh my Gosh, Meisy! Lu trauma gara-gara Eka, cowok lu kemaren? Iya?"

Bola mata gadis itu memutar mendengar nama mantan pacarnya disebut. Eka Apriliansyah adalah mantan pacar yang telah memutuskannya secara sepihak kira-kira setahun lalu. Awalnya tuh cowok duluan yang ngejar-ngejar Meisy. Lalu mereka jadian selama enam bulan sebelum akhirnya Eka melipir pelan-pelan. Belakangan Mei sadar, cowok itu ternyata mengincar adik kelasnya.

"Lu sadar nggak sih, mereka tuh beda orang. Apri ini kan udah mahasiswa! Pasti dia udah jauh lebih dewasa dari cowok-cowok pantaran kita."

Mei memajukan bibirnya, "iya, gue tahu. Tapi tetep aja. Rata-rata orang yang lahir bulan April tuh keras kepala. Nggak bisa didebat! Apalagi cowok!"

Mau nggak mau, Mei teringat lagi betapa seringnya dia bertengkar mulut dengan Eka, dulu. Tapi selalu perempuan berambut ikal itu yang meminta maaf.

Lalu melintaslah sebuah nama lagi di benak Meisy.
"Jangan lupa, sama Yanto yang pernah deketin gue juga."
Siska mengerutkan keningnya.

Lain Eka, lain juga Yanto. Cowok bernama lengkap Apriyanto itu pernah meluluhkan hati Mei sampai mau-maunya dia mengeluarkan uang untuk mentraktir Yanto jajan. Yah, nasib baiknya Yanto sih, yang hadir di sisi Mei, saat dia masih baru-barunya putus sama Eka.

"Iya, juga, ya. Kenapa cowok yang deketin elu, pada lahir bulan April semua sih?" Siska mengangguk-angguk.
Mei mengangkat bahunya dan tak lama terdengar bunyi pesan WhatsApp dari ponselnya.

"Besok saya nggak ada kuliah, saya jemput pulang sekolah, ya!" Mei membunyikan pesan yang ia baca dan memandang Siska dengan gelisah. Kenapa lagi, kalau bukan karena nama pengirimnya: Apri.