11- KEMBALI.

6.1K 348 20
                                    

Harta dan kebangsawanan, tak membuat laki-laki menjadi pangeran.
Cinta sejati seorang putri-lah yang mengubahnya.
-Asma Nadia : Assalamualaikum, Beijing!.


●●○○









"Na--naruto..."

Akhirnya, akhirnya setelah sekian lama seseorang berharap dengan amat sangat, akhirnya hari itu datang.

Hari dimana Hinata dapat memperlihatkan mata indahnya lagi.

Hikari tersentak, dia yang tadinya ingin ikut mengejar Naruto pun menghentikan langkahnya, menoleh menghadap sang anak, menangis haru karena sebuah keajaiban yang akhirnya Tuhan berikan.

"Hinata..." Hikari menlangkah mendekati Hinata, memggenggam lagi tangan anaknya, menatap lagi mata anaknya.

Hinata kembali.

"Kaa-san, di--dimana Naruto?" Karena terlalu senang, Hikari sampai lupa memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Hinata. Dengan cepat Hikari menekan tombol untuk memanggil dokter, tak lama kemudian Itachi datang dengan dua orang suster.

Itachi terkejut, sebuah keajaiban!. Pasalnya dia sangat yakin bahwa perempuan itu sudah tidak bisa bertahan lagi, apalagi sampai sadar seperti ini.

Setelah selesai memeriksa Hinata dan mengganti alat pernapasan Hinata menjadi alat pernapasan yang hanya di hidung saja, Itachi menoleh menatap Hikari yang terus mengambangkan senyum kebahagiaannya. "Ini keajaiban, bahkan saya sendiri terkejut, syukurlah jika Nyonya Hinata bisa kembali sadar." Tangisan bahagia Hikari semakin keras, dia sangat bahagia.

"Untuk pemeriksaan selanjutnya, saya akan siapkan alat-alatnya terlebih dahulu. Kalau begitu saya permisi." Itachi melempar senyuman hangat ke arah Hikari dan di balas dengan anggukan perlahan di kepala ibu beranak dua itu.

"Hinata..." Hikari mengusap kepala anaknya, kemudian mencium dengan sangat tulus dahi Hinata.

Hinata tersenyum, akhirnya... dia bisa kembali.

"Kaa-san, Naruto dimana?" Hikari tersentak, dia lupa bahwa Naruto sedang dalam keadaan yang amat kacau. Naruto harus tau, bahwa Hinata sudah kembali.

"Oh ya! Kaa-san lupa, kamu tunggu disini saja ya!" Hikari panik, dia takut Naruto melakukan sesuatu yang buruk pada dirinya sendiri akibat frustasi karena Hinata tak kunjung sadarkan diri.

"Tunggu kaa-san!" Ucapan Hinata menghentikan langkah Hikari.

"Ada apa sayang?" Hikari harus cepat, kalau tidak mungkin akan terjadi suatu hal yang buruk kepada Naruto.

"Aku mau ikut kaa-san..." Hikari melebarkan matanya, Hinata baru sadar, tidak mungkin dia membawa Hinata keluar dari ruang rawatnya.

"Tidak sayang, kamu baru sadar..." Hinata menggelengkan kepala, dia ingin sekali melihat Naruto. Ingin sekali melihat senyuman laki-laki itu lagi, ingin sekali memeluk laki-laki itu lagi, Hinata menginginkannya.

Hikari menghembuskan nafasnya kemudian mengangguk perlahan. "Baiklah, kamu bisa berjalan?" Sebenarnya itu pertanyaan yang tidak bagus, walau bagaimanapun Hinata baru saja sadar.

Hurry Back (NaruHina)Where stories live. Discover now