18- SAMA.

4.4K 264 7
                                    

Pada akhirnya, tidak ada yang bisa memaksa. Tidak juga janji atau kesetiaan. Tidak ada, sekalipun akhirnya dia memilih untuk tetap bersamamu, hatinya tidak di paksa oleh apapun dan oleh siapapun.
-Dee Lestari : Perahu Kertas.

●●○○

Aku ingin kamu tau, bahwa aku juga berjuang, Naruto.

●○








Sudah hampir 1 minggu Hinata selalu hadir dan berdiam diri di depan ruang rawat Naruto, dan sampai saat ini Naruto belum juga menyuruhnya untuk masuk atau sekedar menemuinya sebentar.

Bahkan Hinata mengabaikan perawatan untuk kakinya agar bisa berjalan lagi, karena harapannya kini adalah agar Naruto mau memaafkannya.

Dan Naruto tau, Hinata selalu ada disana, di balik pintu ruangannya yang tidak pernah terbuka untuk Hinata.

Kalau di bilang Hinata sakit, maka Naruto juga sakit. Sakit ketika seseorang yang amat kamu cintai harus kamu jauhi. Bukan karena Naruto membenci Hinata, tapi setiap kali melihat wajah perempuan itu kekecewaan selalu hadir di dalam pikirannya.

Sulit, ketika dua orang yang saling mencintai harus berjalan dengan arah yang berbeda.

Naruto sudah mencoba, mencoba berpikir positif tentang Hinata, tapi nyatanya sulit.

Ini sudah hari ke-6 Naruto selalu mengabaikannya, tapi perempuan itu tidak pernah menyerah. Dia akan melakukan apapun agar Naruto mau memaafkannya.

Naruto mengambil nafasnya, lalu mendudukan tubuhnya perlahan. Mungkin setidaknya dia harus menemui Hinata.

Perlahan-lahan dia mulai menggerakkan tubuhnya untuk turun dari ranjang dan berjalan menuju pintu sambil menarik infuse stand dengan sangat perlahan sampai akhirnya pintu itu berhasil dia buka dengan tangan kanannya.

Hinata tersentak, Naruto akhirnya membuka pintu itu.

"Na--Naruto..." Naruto membuang wajahnya ke arah lain, dia tidak mau menatap Hinata. "Pulang Hinata..." dan hanya dua kalimat itu yang Naruto ucapkan pada Hinata.

Hinata membulatkan kedua matanya, Hinata pikir Naruto sudah mulai memaafkannya, tapi ternyata dia salah.

Hinata mengangkat wajahnya untuk menatap Naruto yang masih mengalihkan pandangannya itu. Air mata sudah mengalir dengan deras dari mata Lavender milik Hinata, "kenapa?..." hanya 1 kalimat yang perempuan itu katakan.

Sangat lirih, itulah yang Naruto rasakan. Sontak dia menghadapkan wajahnya untuk menatap Hinata. "Kenapa? Kamu membenciku ya? Naruto?" Naruto tersentak, bukan itu maksudnya.

Dia hanya ingin Hinata pulang, agar tidak usah repot-repot menunggunya, karena cepat atau lambat Naruto akan datang menemui Hinata jika dia sudah siap.

"Bu--bukan itu..." pergi sudah segala pertahanan Naruto untuk mengabaikan perempuan itu, nyatanya Naruto tidak sanggup melihat Hinata menangis.

Tapi, hatinya juga belum sembuh dari kekecewaan.

Naruto menggigit bibirnya sendiri, dia ingin, bukan sangat ingin, ingin sekali mendekap perempuan itu. Tapi hatinya belum siap, belum siap untuk kembali berjuang kalau-kalau suatu saat dia harus kembali berusaha untuk mendapatkan Hinata.

Hurry Back (NaruHina)Where stories live. Discover now