Operasi Plastik

1.2K 164 19
                                    


Wanita itu mematut wajahnya di depan cermin. Pupur yang telah tebal kembali ditimpa dengan lapisan pupur baru. Dia memandangi wajahnya cukup lama. Lipstik merah cabai membungkus bibirnya yang tipis. Segaris senyum manis pun terbentuk. Sebentar lagi dia akan melakukan operasi plastik, merevisi kekurangan-kekurangan yang menggurat wajahnya. Beberapa bagian menurutnya perlu dikoreksi. Bibirnya tidak mempunyai lekuk menawan, matanya sipit, dan cuping hidungnya terkesan agak mekar. Walaupun tidak ada yang memungkiri, secara alamiah wajahnya memang terbilang cantik.

Ternyata keinginannya itu gayung bersambut dengan harapan pacar gelapnya. Lelaki itu telah mentransfer sejumlah uang ke rekeningnya. Sebagai bupati dua periode, dia tahu cara yang tepat dan cepat menyediakan dana segar untuk keperluan si wanita.  Harapan si bupati, setelah operasi plastik si wanita juga bisa menjadi calon anggota dewan di kabupaten mereka. Ya, mungkin dipikir si lelaki, terlalu sayang membuang-buang uang banyak untuk operasi tetapi hanya untuk dinikmati sendiri. Kecantikan itu perlu dipublikasikan. Apalagi bila kecantikan itu mampu menarik hati para pemilih di bilik suara.

"Ayolah, sayang. Peluang perempuan itu besar. Tigapuluh persen loh dari semua calon yang harus dipenuhi partai. Kamu maju aja ya, sayang. Dari partaiku. Aku jamin kamu pasti jadi," bujuk pacar gelapnya itu waktu mereka sedang berdua-duaan di kamar hotel di luar negeri.

"Aku nggak mau jadi caleg. Aku mau jadi isteri kamu aja," sahut si wanita dengan suara manja.

Si lelaki tertawa lebar.

"Kamu rela kehilangan semua kemewahan ini dengan menjadi isteriku?"

"Maksud, abang?"

"Dasar kamu ini ya, cuma cantik doang tapi otaknya cuma seupil,"

"Ah, abang ini. Kasar tau," jawab si wanita cemberut.

"Jangan marah, sayang. Aku jelasin ya. Kalau kita menikah, maka akan jadi berita buruk di mana-mana. Sementara aku ini pejabat. Nama baik dan harum itu penting. Karena itu semua adalah modal terbesar aku untuk bertahan di bursa pencalonan. Dua tahun lagi aku akan mencalonkan diri jadi gubernur. Aku sudah tidak bisa mencalonkan diri lagi jadi bupati. Sayang kan suara para pendukungku kusia-siakan. Mereka pasti sangat bahagia kalau aku mencalonkan diri menjadi gubernur. Nah selama aku jadi bupati, kamu kan puas menikmati kemewahan dariku? Apalagi kalau aku jadi gubernur! Kamu akan kuajak keliling Eropa!"

"Keliling Eropa! Abang serius?"mata si wanita langsung melebar kegirangan.

"Tentu serius. Tetapi kalau kamu mau memaksakan diri menjadi isteri resmiku, aku tidak yakin mampu membiayai perjalanan ke Eropa kita tanpa menjadi gubernur. Bagaimana?"

Si wanita terdiam.

"Memang kamu tidak merasa bahagia dengan keadaan kita sekarang?"

Si wanita mengangguk, "tentu aku sangat bahagia,"

"Nah, tentu, sayang. Aku juga sangat bahagia. Kita harus bangga dengan kesuksesan kita meyakinkan orang-orang selama ini. Kita berhasil menutup rapat-rapat hubungan ini. Tapi, kalau sedikit saja kamu berani mengumbar ke orang lain tentang hubungan gelap ini hingga jadi terang benderang bukan cuma karier politikku saja yang hancur tapi sumber kekayaanmu juga akan hilang. Mengerti kan, sayang?"

Si wanita mengangguk ragu-ragu, "begitu ya, bang?"

"Tentulah, sayang. Mending hubungan kita seperti ini saja. Ini lebih menyenangkan dan menantang bukan? Kebutuhan lahir dan batinmu juga terpenuhi. Aku tidak bisa menjamin mampu memenuhi kebutuhanmu apabila sebagai suami sah."

Si wanita mulai nampak paham, "Iya, ya bang. Abang kan idola ibu-ibu. Abang kan dikenal sebagai suami idaman. Setia dan sayang pada isteri. Padahal, aslinya," si wanita terkikik, "bajingan kelas kakap!"

Politikus KakusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang