Aku Telah Mengkloning Wakil Rakyat

366 70 9
                                    

"Apa yang ingin kau laporkan hari ini, dek?"

Seorang polisi duduk di depan layar komputer menghadapi seorang pemuda gondrong berwajah pucat. Dia datang beberapa menit lalu membuyarkan obrolan asyik antar aparat polisi tentang janda kembang yang baru buka warung kopi di seberang kantor mereka.

"Aku,..." belum sempat si pemuda menyampaikan maksudnya, sang polisi langsung mengangkat tangan memotong.

"Tunggu dulu. Aku perlu mengetik namamu. Tolong sebut namamu!"

"Joko, Pak."

"Kau hendak melapor tentang apa?"

"Aku telah melakukan sebuah pembunuhan."

Si polisi menghentikan jari-jarinya menekan keyboard komputer. Dia melirik sedikit ke wajah pemuda di depannya. Polisi itu mulai memasang wajah menyelidik. Dia memperhatikan serius gerak bibir si pemuda dan mimik wajahnya.

"Di mana kau melakukan pembunuhan?" sang Polisi melanjutkan interogasinya.

"Di TPS?" jawab si pemuda datar.

"Maksudnya?"

"Tempat Pemungutan Suara." Jelas si pemuda.

"Coba dijelaskan kronologisnya!"

"Aku telah memotong, mencincang, dan mencacah daging seorang wakil rakyat. Aku puas! Sangat puas! Karena nampaknya kata-kata tidak akan pernah mampu membunuh seorang wakil rakyat. Demonstrasi juga tidak pernah bisa membuat mereka mampus! Apalagi sekedar kitab suci yang mereka pakai ketika mengambil sumpah, tidak pernah ada artinya. Manusia yang telah dimatikan rasa malunya cuma wakil rakyat. Aku sangat bahagia telah membunuhnya!" terang si pemuda dengan tatapan dingin.

Polisi itu tertegun menatap sang pemuda yang tampak seusia anaknya yang sedang kuliah sekitar semester tiga, "jadi maksudmu akan menyerahkan diri?"

"Mau sekali aku menyerahkan diri kalau saja wakil rakyat itu mati, ternyata dia tidak mati, pak polisi. Malah dia bertambah hidup, bahkan dengan mudahnya dari serpihan-serpihan dagingnya itu, dia tumbuh menjadi wakil rakyat lain. Dia mampu mengkloningkan dirinya! Jumlah mereka tidak sepuluh, dua puluh, tapi kurasa melebihi seratus dua ratus orang. Aku ingin melaporkan hal itu! Bagiku wakil rakyat mengkloningkan diri itu adalah sebuah kejahatan yang maha jahat!"

Polisi di depan sang pemuda mengerutkan kening. Wajahnya tampak tidak suka dengan sikap absurd si pemuda.

"Kau sudah gila barang kali. Aku tidak yakin ada peraturan tentang larangan kloning. Sebaiknya kau keluar dari kantor ini. Kalau kau merasa tidak cukup waras untuk menghadapi permasalahan hidupmu yang masih seumur jagung itu, temui saja psikiater, dokter jiwa, atau psikolog. Kau boleh curhat semaumu di sana. Berlaku konyol dan mendapatkan simpati yang kaubutuhkan. Tapi sayang sekali, simpati seperti itu tidak ada di sini!" Polisi itu hendak berdiri dari mejanya.

"Tunggu, pak. Saya tidak mengada-ngada. Saya tidak merasa gila. Saya waras sewaras-warasnya. Saya malah akan menjadi gila karena saya tidak melaporkan hal ini kepada bapak. Bapak tahu akibatnya kalau semakin banyak wakil rakyat yang berkeliaran. Apalagi wakil rakyat yang sudah dikloning. Mereka akan memiliki suara yang sama. Suara yang sangat besar untuk menyamakan pendapat mereka dalam rapat dan mengesahkan undang-undang yang tidak seharusnya mereka sahkan karena kemampuan itu datang dari kehendak satu orang yang sudah dikloning jadi ratusan. Bapak tahu kan, kloningan itu akan mampu melakukan korupsi berjamaah, kolusi berjamaah, bahkan membunuh berjamaah. Untuk itu saya ingin melaporkan ini agar bapak dan teman-teman bapak dapat bersiap-siap mengawasi wakil rakyat yang banyak kloningannya itu. Dia berbahaya. Sangat berbahaya. Dia tidak butuh lobi. Dia tidak butuh negosiasi. Ketika dia berkata 'A' maka semua kloningannya akan berkata 'A'. Dia dengan mudah menentukan nasib dan hasil rapat di parlemen. Tidakkah itu sebuah ancaman besar bagi rakyat? Dia sendiri yang membahas, dia sendiri yang memutuskan, dan dia sendiri yang mengesahkan. Itu sangat berbahaya, Bapak. Bapak harus menangkap wakil rakyat yang dikloning itu. Dia hanya punya satu orang dengan ratusan tubuh-tubuh yang tidak punya otak."

Politikus KakusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang