1. Bu, Aku Gagal Masuk PTN

61.6K 4.8K 968
                                    

Aku memang cuma lulusan universitas swasta, dan aku rasa itu poinnya.

Maksudku, jika aku diterima di universitas negeri,

aku tak akan pernah mampu menuliskan ini,

dan kamu tak akan tersenyum membacanya.

*

Tidurmu sudah tidak nyenyak dari tadi malam.

Sebab hari ini adalah pengumumannya. Kamu duduk di depan laptop dengan jantung yang berdebar kencang. Jemarimu yang dingin mengetuk papan ketik, mengetik deretan angka. Mata menatap layar, hatimu berharap.

Mudah-mudahan diterima. Mudah-mudahan diterima.

Enter, menahan napas, berdoa dalam hati.

Insya Allah, pasti diterima. Allah tidak mungkin tidak mengabulkan doa hamba-Nya.

Halaman baru dimuat. Chrome memutih. Layar berganti.

Lalu, hasil tertera di sana.

Maaf, Anda tidak dinyatakan lulus...

Napas panjang yang berat. Bahu yang merosot. Harapan yang meredup. Kecewa menyelimuti permukaan hatimu seperti mendung yang kelam. Kamu menghubungi beberapa temanmu, merasa kejanggalan di hati kala mengetahui beberapa teman yang tak layak-layak amat malah diterima di universitas negeri.

Aneh. Aku belajar, hampir setiap hari. Dan, aku menikmatinya. Aku berlatih berbagai macam soal, berulang kali, sampai memahaminya. Aku tak henti-hentinya berdoa. Tetapi, mengapa begini jadinya?

Lalu, kamu memandang pintu kamarmu dengan tatapan yang kosong. Bahkan membayangkan dirimu akan berkata, "Bu, aku nggak diterima," saja sudah membuat air mata mengalir di pipi.

But I'll tell you the truth. Aku pernah mengalami hal yang sama. Mengikuti ujian masuk universitas negeri. Menerima penolakan yang sama. Bahkan, tak sampai di situ. Aku mencoba lagi di tahun berikutnya dan harus rela menerima hasil itu lagi: ditolak.

Pada akhirnya, aku terpaksa melanjutkan studi di universitas swasta berakreditasi B. Aku tak menginginkan ini. Sebab aku pernah mendengar rumor-rumor seperti, "Susah, lho, dapat kerja kalau dari universitas swasta." Aku juga minder setiap kali ditanya, "Kuliah di mana?" Karena aku tak punya jawaban keren seperti, "Aku kuliah di UGM."

Tetapi, aku menolak menyerah. Aku terus lanjut dan berusaha menerima kenyataan. Terus-terusan kukatakan kepada diriku, "Allah pasti ganti yang lebih baik. Allah Maha Mengetahui, sedangkan aku tidak." Aku berusaha meningkatkan kualitasku: menghabiskan waktu di perpustakaan sendirian, berusaha memahami pelajaran yang tak kupahami di kelas, meminjam buku-buku tebal, membacanya di perjalanan pulang, mengerjakan tugas-tugas hingga tengah malam, menikmati setiap proses bersama teman-teman seperjuangan, bertahan hingga semester akhir, mengakhirinya dengan skripsi dan sidang yang sukses di hadapan dosen penguji, berharap semua ini berbalas dengan sesuatu yang lebih baik.

Dan, hari ini, aku sudah lulus. Hanya lulusan swasta. Namun, kini, aku bisa melihat segalanya lebih jelas.

Aku memang cuma lulusan universitas swasta, tetapi aku tidak pernah lupa ketika dosenku berkata, "Kamu punya kualitas ITB," yang kemudian menyadarkanku bahwa kita tidak selalu didefinisikan dari tempat kita belajar.

Aku memang cuma lulusan universitas swasta, tetapi aku bisa mendapat pekerjaan di luar negeri saat perusahaan-perusahaan dalam negeri menolakku.

Aku memang cuma lulusan universitas swasta, tetapi cita-citaku menerbitkan buku terjadi bahkan sebelum aku lulus kuliah.

Aku memang cuma lulusan universitas swasta, tetapi aku bisa mengunjungi negara favoritku, yang jaraknya sembilan ribu kilometer dari Indonesia, tanpa menggunakan uang dari orangtuaku. Berulang kali.

Aku memang cuma lulusan universitas swasta, tetapi aku yakin, suatu hari nanti, buku ini akan menjadi legenda, menempati ranking pertama di berbagai toko buku, dan, sebelum membeli buku ini, orang-orang tidak akan pernah bertanya, "Alvi Syahrin lulusan mana?"

Aku memang cuma lulusan universitas swasta, tetapi aku mensyukurinya dan bahagia.

Aku memang cuma lulusan universitas swasta, dan aku rasa itu poinnya. Maksudku, jika aku diterima di universitas negeri, hari ini tidak akan pernah ada. Aku tidak akan pernah bisa menuliskan ini semua; aku tidak akan pernah bisa menginspirasimu; dan, kamu tidak akan pernah membaca ini.

Sungguh, beberapa tahun lalu, saat aku tahu namaku tak ada di daftar kelulusan universitas negeri, aku tak pernah menyangka hari ini, hari ketika pikiranmu mulai terbuka oleh tulisan ini, akan datang. Betapa Allah telah mempersiapkan cerita indah di balik kegagalan ini.

Dan, tentu, semua ini bisa terjadi atas kehendak Allah semata.

Mungkin, kamu gagal diterima di universitas yang kamu dambakan, tetapi akan ada satu hari spesial yang telah disiapkan untukmu. Yang membuatmu berpikir, "Oh, iya, ya. Ini toh baiknya. Ini toh alasannya." Sebagaimana aku pada hari ini, yang membuatku berpikir, "Oh, iya, ya. Aku bisa menggunakan kegagalan ini untuk menginspirasimu semua."

Mulai dari halaman ini, berhentilah berpikir bahwa universitas tertentu akan menjamin kesuksesanmu.

Namun, jika kamu adalah murid SMA yang mendambakan universitas negeri, go for it. Janganlah setelah membaca ini kamu merasa, "Oh, aku nggak perlu terlalu getol berusaha. Yang penting kualitasku aja." Tidak, kamu harus berusaha keras, lebih banyak berdoa, dan tetap yakin bahwa apa yang Allah beri selalu yang terbaik. Perjuangkan universitas negeri dengan jalur yang baik, tapi bukan untuk gengsi. Beberapa universitas negeri menawarkan fasilitas-fasilitas yang lebih baik dengan harga yang lebih masuk akal.

Jika kamu adalah mahasiswa universitas swasta, berusahalah dua kali lebih keras dari mahasiswa universitas negeri. Kunjungi perpustakaan lebih lama. Berbincanglah dengan para dosen. Bacalah buku dan jurnal lebih sering. Temukan kualitas yang layak dalam dirimu.

Jika kamu adalah mahasiswa universitas negeri, tanyakanlah kepada dirimu, "Tanpa almamaterku, do I matter? Tanpa almamaterku, apakah aku berkualitas?" Ingat, para mahasiswa universitas swasta, setelah membaca tulisan ini, akan berjuang lebih keras darimu. Kamu tak boleh kalah.

Semuanya harus berjuang.

Dan, tak usah takut bagaimana selanjutnya.

Kamu hanya perlu menjalaninya: berdoa dan berusaha.

Dan, Allah yang menjamin segalanya. Case closed.[]

***

selamat datang di jika kita tak pernah jadi apa-apa!

ini adalah teaser pertama.

bagaimana pendapatmu kala membacanya?

apakah kamu punya request kegagalan yang ingin dibahas?

dan, oh, tak akan ada lagi teaser;
sampai mendekati hari penerbitan.

tenang, aku akan tetap post di wattpad,
sebagaimana yang kulakukan dengan jika kita tak pernah jatuh cinta.

tetapi, tetap, versi buku akan memiliki lebih banyak bab,
sekitar 50% lebih banyak.

saat ini, proses buku sedang dalam tahap penulis.
mudah-mudahan, bulan ini segera selesai.
jadi, tak butuh waktu lama lagi untuk terbit.

siap-siap di wattpad!
siap-siap menabung buat yang ingin bukunya!

kapan bab berikutnya dilanjutkan?
coming really soon.

- Alvi Syahrin -

Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-ApaWhere stories live. Discover now