Babak Baru di Montreal │Chapter 7 - Dunia Penuh Cinta

20 1 0
                                    


Montreal, Kanada

Aku akhirnya tiba di Montreal, perjalanan yang sangat melelahkan karena dari bandara kami langsung naik bus menuju kampus. Aku merasa seperti zombi. Mataku merah, hidungku berair. Aku melambaikan tangan pada Helena dan Abreana, mereka juga tampak sama lelahnya denganku. Perkuliahan kami diliburkan tiga hari, dan itu membuatku cukup lega.

"Ayu..selamat datang kembali", Mustafa berdiri di hadapanku sambil membawa rangkaian bunga yang indah. "Waaahhh terima kasih", aku berujar dengan gembira. Tapi pandangan Mustafa tertuju pada rangkaian bunga layu yang juga sedang kugenggam, aku bahkan tak pernah melepaskanya selama perjalanan dari Istanbul ke Montreal!

"Bunga dari siapa itu ? ", tanyanya. Aku tersenyum sumringah sambil menjawab, "Dari Kaan". Aku lalu berjalan cepat ingin segera beristirahat di apartmentku. Tak kuperhatikan raut wajah Mustafa berubah saat mendengar aku menyebut sebuah nama yang tak ia kenal. Tapi ia segera menyusulku sambil mendorong koper dan membawa tiga tas ku.

"Ini namanya Lokum, coba deh enakkk banget", aku memberikan bungkusan berisi jajanan enak yang manis kepada Mustafa. Ia tampak bersemangat sambil memijit kakiku yang lelah. "Enak Yu, manis!", ujarnya. Aku tertawa melihatnya makan buru - buru sambil berusaha tetap memijit kakiku. "Ini lagi nih....Turkish Delight...enak juga Fa manis", aku menyuapinya. Tak tega juga aku melihatnya makan terburu sambil memijit kakiku.

"Tau gak semuanya ini Kaan yang belikan", ujarku. Mustafa tampak mengernyitkan dahi, "Kaan ?", ia bertanya. "Iya..Kaan. Dia temen aku di Turki, dia mahasiswa di kampus Bogazici", jawabku. "Oh, yang kasi kamu bunga?", tanya Mustafa. Aku mengangguk. Ia tetap memijit kakiku tapi ia sudah tidak mau lagi memakan jajanan enak yang kutawarkan. "Engga ah Yu udah kenyang", jawabnya. Aku benar - benar tidak memperhatikan perubahan raut wajahnya. Aku dengan cuek malah menceritakan pengalamanku selama di Istanbul bersama Kaan.

Dan setelah menyudahi pijitannya pada kakiku, ia segera berdiri dan mengenakan jaketnya. "Lho kamu mau kemana Fa?", tanyaku. "Pulang lah! rumahku kan bukan disini!", jawabnya ketus. Aku menjadi bingung, "Kenapa kamu?". Tapi dia tak menjawab, ia berjalan ke arah pintu. "Tapi nanti malam kamu kesini lagi kan ?". Ia tak menjawab pertanyannku, ia sudah hilang di balik pintu. Aku tak mengerti dengan sikapnya. Tapi sudahlah, mungkin dia juga sudah bosan tinggal di apartment ku selama tiga minggu, Lagipula sebenarnya aku senang dia meninggalkanku sendiri, aku jadi lebih bebas untuk....

Teleponku berdering. "Pasti Ibu", pikirku. Ternyata tidak. Telepon itu dari Kaan.

Hari mulai petang. Abreana datang ke apartmenku, tapi Helena tidak ikut. Mungkin dia terlalu lelah untuk bepergian. Kami pun menonton tv bersama sambil menikmati jajanan manis yang diberikan Kaan untukku. "Is he calling?", tanyanya. Aku mengangguk.

Aku menceritakan padanya bagaimana Kaan meneleponku selama kurang lebih 3 jam sebelum ia datang. "He likes you!", ia berkata sambil tersenyum gembira. "Oh My God Ayu!!!!! You are so luckyyy!!!!", sambungnya lagi. Tapi aku menidakkan ucapannya, aku bilang kami hanya berteman. Ia juga tertawa terkekeh sewaktu kuceritakan perubahan sikap Mustafa tadi, "He must be jealous!", ujarnya.

Tapi lagi - lagi aku menidakkan. Bagiku cinta bukan pilihan utama. Aku datang kesini untuk belajar. Belajar untuk tidak mengulangi kesalahan yang dilakukan ibuku. Tapi aku kembali mengoreksi pendapatku.

Bukankah sebenarnya mencintai ayahku bukanlah sebuah kesalahan?. Aku tidak tahu. Yang aku tahu hanyalah bahwa aku benar - benar merindukan ayahku, semoga dia datang di mimpiku saat aku tertidur nanti.

"Hey...what's wrong?", tanya Abreana melihat perubahan raut wajahku. "I Miss My Father", jawabku. Ia pun memelukku, lalu ia bertanya seperti apa ayahku. Aku pun dengan semangat menceritakan tentang sosok Bapak padanya. Bahwa ia adalah laki - laki tangguh, pemberani dan juga bertanggung jawab. Ia juga sangat mencintai ibuku dan menyayangiku. Malam kian larut, tanpa kami sadari kami terlelap di atas karpet.

BABAK BARU DI MONTREALWhere stories live. Discover now