Babak Baru di Montreal │Chapter 9 - Dunia Yang Tak Terduga

25 1 0
                                    

Montreal, Kanada

Tak terasa hampir mendekati satu bulan Ibu dan David ada disini, mereka selalu menemaniku, kami bepergian ke banyak tempat, mengunjungi hampir seluruh tempat yang bisa dikunjungi di Montreal.

Dan hari ini adalah hari terakhirku belajar di Kampus, karena kami akan libur seminggu untuk kemudian menghadapi ujian akhir semester.

Aku merasa gugup, karena di ujian semester yang lalu aku belum bisa mengeluarkan kemampuanku secara maksimal. Aku masih bingung terutama dengan istilah - istilah bahasa Perancis yang sering digunakan disini dalam bahasa pengantar pendidikan. Mendapati istilah bahasa Inggris saja aku kadang masih bingung, apalagi bahasa Perancis, maka aku pun meminta bantuan David untuk mengajarkan aku beberapa istilah bahasa Perancis.

Tapi ternyata ia menolak, katanya ia bukanlah ahli bahasa Perancis, bahasa ibunya adalah bahasa Inggris, sayang sekali dia tidak bisa membantuku. Tapi bukan David namanya, bila tak memberi kejutan. Ia mendatangan rekannya bernama Antoine Dodson, terakhir yang didengar David ia menetap di Quebec City dan demi David ia rela datang ke Montreal untuk mengajariku.

Untung saja Montreal hanya berjarak 200 kilometer dari Quebec City, dua kota itu masih ada dalam propinsi yang sama yaitu Quebec. Kata David mereka teman kuliah dan sangat akrab tapi ketika David memutuskan untuk menetap di Indonesia, mereka jadi jarang bertemu.

"Bonjour", Ia berucap pelan saat pintu kubuka. "Hé toi!", David langsung menyerbunya lalu mereka berpelukan sambil menepuk nepuk bahu masing - masing dengan keras. "c'est ta fille?", tanya Antoine sambil memandangku. David mengangguk, "Oui elle est ma fille bien-aimée". Dia mengatakan bahwa aku anak kesayangannya.

Aku tersenyum sambil menganggukkan kepala padanya, aku tahu orang disini tidak berjabat tangan, kami cukup saling menatap lalu melempar senyum, itu adalah bahasa persahabatan yang indah. Tak lama ibuku datang, ia juga diperkenalkan pada Antoine oleh David dan ketika Ibu menjulurkan tangannya untuk berjabat tangan, Antoine tampak kebingungan.

David lalu tertawa dan berkata, "C'est la salutation Indonésienne - this is the Indonesian Greeting". Antoine lalu tersenyum sambil menjulurkan tangannya dengan bingung. Ibuku berbisik padaku, "Eh Ayu, ngape die kayak takut gitu ya salaman ama Ibu? Mang ibu penyakitan ape ye". Aku lalu menjelaskan bahwa orang disini jarang ada yang berjabat tangan. Ibu lalu manggut - manggut, "Ooo gitu ye Yu".

Kami lalu duduk di ruang tamu, berbincang dalam bahasa Inggris dan David menjelaskan bahwa ia meminta bantuan Antoine untuk membantuku belajar istilah - istilah dalam bahasa Perancis untuk persiapan ujian akhir semesterku. Antoine lalu menyanggupi, ia pernah menjadi seorang pengajar bahasa Perancis paruh waktu di Quebec City.

Sehari - hari ia bekerja sebagai project analyst di sebuah perusahaan tambang bernama Teck Resources di Vancouver dan kebetulan sekali bulan ini ia sedang pulang kampung ke Quebec. Mereka lalu bercakap dalam bahasa yang sulit kumengerti, aku pun bergumam dalam hati, "Nah, entu lu lancar bahasa Perancis, ngapa lu bilang kagak bisa ngajarin gue, dasar lu", aku mendengus pada ayah tiriku.

Tapi apa yang dilakukannya memang luar biasa, ia selalu mencarikan solusi agar kebutuhanku akan sesuatu bisa tetap terpenuhi. Antoine seusia dengan David, sekitar 39 tahun. Sementara Ibuku berusia 41 tahun. Ya, David memang lebih muda dari Ibuku. Seperti David, Antoine juga berkulit putih, bermata biru kehijauan, berambut cokelat terang tapi rambut Antoine keriting.

Ia menanyaiku beberapa hal, mungkin ingin menjalin keakraban karena nanti selama dua minggu penuh ia akan mengajariku secara privat. David mempersilahkannya untuk tinggal disini dan ia setuju. Aku heran karena dia tidak membawa begitu banyak pakaian, padahal dia akan berada disini selama dua minggu. Mungkin ia sudah terbiasa untuk bepergian, jadi dia tahu bahwa pakaian bukanlah segalanya dan ia tahu juga pasti tahu betul bagaimana cara mengepak barang bawaan seringkas mungkin. Ia bercerita tentang masa - masa kuliahnya bersama David, rupanya mereka belajar pertambangan dan gas di Western University, Ontario.

BABAK BARU DI MONTREALOnde histórias criam vida. Descubra agora