Babak Baru di Montreal │Chapter 15 - Dunia Yang Sempurna

19 0 0
                                    

Montreal, Kanada

Tinggal dua hari lagi David dan Ibu disini, Aku sedih bila harus mengingat itu. Aku menyandarkan tubuhku di pintu, menunggu kedatangan Kaan. "Ayu, anak gadis ntu kaga boleh diem di pintu, pamali ah!", Ibu lalu membimbingku menuju ruang tengah. "Bu...jangan pergi", aku tak kuasa menahan air mataku.

Ibu lalu memelukku, "Sayang..kamu inget ga, kamu kesini mau ngapain?", ia membelai rambut hitamku dengan lembut. "Mau sekolah..", jawabku dengan lemas. "Ya ude, ntu lu inget. Dulu juga Ibu ude bilangin, ngapa kagak sekolah di Jakarta aje? Elu jawabnye, ga ah Bu, Ayu mau kuliah di luar negeri, biar banyak pengalaman, inget kagak lu ngomong begitu?", Ibu berusaha menggali ingatanku akan tujuan awal aku menjejakkan langkah di Montreal.

Ya memang, ini semua adalah keinginanku sendiri. Ibu dan David tidak pernah memaksaku, mereka selalu memberikanku kebebasan dalam mengambil keputusan, terlebih soal pendidikan. Sebenarnya aku harusnya bersyukur berkat David, segala impianku menjadi lebih mudah untuk terwujud.

Aku pun mengusap air mataku, "Udeh, kagak usah sedih lagi lu, pan taon depan Ibu bisa kemari lagi ame Daddy lu, kita ketemu lagi deh..trus taon depannye, lu lulus dah tuh! Elu katenye mau keliling dunia, lah pagimane lu mau keliling dunia kalo elunye masih cengeng begini??", Ibu berhasil membuatku tersindir, aku hanya bisa tertawa sambil mengembangkan senyum. Ibu memang benar - benar obat sekaligus vitamin bagiku. Ia tak hanya menyembuhkan, tapi ia juga merawat serta membangkitkan semangatku, kapan saja.

Tak lama Kaan datang, aku bertanya apa sekarang keadaannya sudah lebih baik, ia menjawab "Ya". Ia lalu mengutarakan keinginannya untuk mengajak kami makan malam ke mana saja sebagai salam perpisahan untuk orang tuaku.

Mereka pun menyambut hal itu dengan senang, meskipun David berkata ia tak akan sampai hati membiarkan Kaan yang membayar semua makanan yang kami nikmati. Kami pun pergi ke sebuah restoran bernama Larrys. Restoran ini buka sepanjang hari, dan aku melihat rating mereka sangat bagus di Trip Advisor dan juga laman instagram mereka sangat menarik. Saat ini tentu sangat mudah untuk mengetahui apakah sebuah restoran layak untuk dikunjungi atau tidak, meski tidak sepenuhnya bisa dijadikan ukuran.

Aku memesan Smoked salmon & braised green, aku memang selalu menyukai ikan dan sayur dimanapun dan kapanpun. Beda dengan ibuku, ia sangat menyukai daging sapi, ayam juga, babi apalagi. Tapi kami tentu harus menghormati Kaan yang beragama Islam, tapi aku juga tidak pernah makan babi seumur hidupku, selain karena dulu aku dibesarkan oleh Cing Wati, aku memang tidak pernah tertarik dengan daging babi.

Kaan memesan hidangan sayur kembang kol dengan bumbu rempah, ia tentu saja wajib makan makanan berbumbu, lidahnya sudah terbiasa dengan itu. Sementara David tetap dengan favoritnya, roti panggang dengan taburan daging ayam cincang, tomat dan beberapa lembar daun basil yang amat tidak kusuka. Tapi Abreana sangat menyukainya. Helena juga.

Oh tiba - tiba aku merindukan kedua sahabatku itu. Kami pun lalu menikmati makan malam dengan diiringi obrolan santai, dan minum secangkir soda dicampur sedikit rum dan juga kue - kue lezat dalam potongan kecil. Aku begitu menikmati malam ini, aku berharap saat - saat seperti ini selalu terulang dalam kehidupanku di masa yang akan datang.

Kelak bila aku sudah berkeluarga dengan Kaan, aku akan rajin mengajak anak - anakku menghabiskan waktu seperti ini, dan tak kusangka aku membicarakannya dengan Kaan! mungkin ini efek minumannya, atau entahlah..mungkin memang seharusnya aku mengatakannya. Kaan terlihat begitu senang, ia pun menyetujui perkataanku. Ia bertanya, "Kau mau punya anak berapa?". Aku tersipu malu dibuatnya, "Nanti aku pikirkan", jawabku sekenanya. Kami pun lalu melanjutkan khayalan kami, di malam yang indah itu.

Hari ini adalah hari berkemas bagi kami. Kunci villa harus diserahkan pada pemiliknya sore nanti, dan sambil menunggu jam penerbangan dini hari, David dan Ibu akan menginap di hotel dekat bandara. Aku tentu saja ikut dengan mereka. Aku tak pernah mau terlepas sedikitpun dari mereka. Kaan sampai meledekku terus - terusan. Tapi ia juga sibuk mengurusi dokumen perpindahannya, bila orang tuaku sudah kembali ke Indonesia aku harus menemaninya mengurus pengajuan visa pelajar, mengajukan sewa apartment, mendaftar di kampus, akan ada banyak sekali hal yang kuharap bisa sedikit mengobati kesedihanku melepas kepulangan orang tuaku.

BABAK BARU DI MONTREALWhere stories live. Discover now