Babak Baru di Montreal │Chapter 16 - Dunia Yang Penuh Kejutan

19 1 2
                                    

Jakarta, Indonesia

Aku sudah tiba di Jakarta. Wow! Aku ulangi sekali lagi kata - kataku dengan lebih semangat, AKU SUDAH TIBA DI JAKARTA!!!!! Aku senang sekali, selama di perjalanan aku memang sudah tidak sabar ingin segera sampai.

Kaan sampai kewalahan menenangkanku. Kami menghabiskan waktu selama hampir 28 jam di perjalanan. Berangkat di malam hari dari Bandara Pierre Elliot Trudeau International kami transit di Taiwan keesokan harinya.

Kaan memang benar - benar dapat diandalkan selama perjalanan kami berlangsung, aku merasa sangat nyaman dan aman berada di dekatnya. Ia mengurusi makananku, minumanku, memijitku bila aku lelah, mengurusi barang - barangku. Dia memang luar biasa. Dan hingga akhirnya kami tiba di Bandara Internasional Soekarno Hatta, ia yang mengawasi barang bawaan kami dan juga menghadapi petugas imigrasi.

Aku hanya tinggal terima beres dan malah sibuk menelepon ibuku. "Ude nyampe lu? Pak Imam udah ibu suruh tunggu lho di terminal kedatangan, kamu makan di rumah ya..", Ibu juga tampak sibuk saat meneleponku, aku rasa dia tidak sabar menanti kedatanganku. Tak lama kami sudah siap menuju pintu terminal kedatangan, Kaan repot sekali menggeret dua koper kami dan menggendong ranselnya juga tasku, sementara aku hanya membawa satu sling bag berisikan dompet, pasport, handphone dan barang berharga kami lainnya.

Aku pun memeluknya dan berkata ingin membantu tapi ia tentu saja menolak, "No Princess, don't bother", ujarnya. Aku lalu mengecup pipinya sambil tersenyum, ia tampak lebih bersemangat menggeret dua koper besar itu.

Aku melihat seorang laki - laki paruh baya memegang tulisan AYU & KAAN, dia pasti Pak Imam yang dikatakan Ibuku tadi, mungkin dia sopir keluargaku atau sopir David di kantor, entahlah aku tidak tahu. Pasti ada banyak perubahan yang terjadi selama dua tahun ini.

Kaan tampak kepanasan, ia menenggak habis minuman bubble yang kami beli di Bandara tadi. Aku menyeka keringatnya dengan tissue, memang udara di Jakarta sedang panas - panasnya. Dari bandara Soeta menuju rumahku di Bekasi kira - kira membutuhkan waktu satu jam, yah tentu bila tidak sedang macet, tapi beruntung suasana di jalan tidak begitu macet siang ini, kami melewati rute tol Tanjung Priok, menuju jalan lingkar timur lalu menuju jalan perjuangan, rumahku ada di Kingspoint Private Residence.

Sebelumnya kami memang tinggal di Kelapa Gading tapi setelah aku duduk di kelas satu SMA, kami memutuskan untuk pindah kemari. Kaan menyandarkan kepalanya di bahuku, kasian sekali dia, mungkin dia tidak terbiasa dengan suhu panas seperti ini.

Di Istanbul sendiri tidak begitu panas, meskipun suhunya 29 derajat tapi anginnya terasa dingin, di Montreal apalagi, ia tentu tidak ada masalah menghadapi udara dingin, seingatku dari ceritanya ia hanya pernah berkunjung ke Eropa, aku tidak pernah mendengarnya bercerita bahwa dia pernah berkunjung ke negara tropis dengan suhu melebihi 30 derajat, jadi menurutku wajar saja bila tubuhnya belum bisa beradaptasi dengan baik dengan cuaca sepanas ini.

Aku menggenggam tangannya, "Sabar ya..", ujarku. Ia hanya tersenyum, tapi tak lama ia mulai bisa menyesuaikan diri, terlebih AC di mobil juga sudah dalam posisi maksimal. Pak Imam rupanya sopir keluarga kami, ia berkata ibuku sudah sibuk mempersiapkan persiapan penyambutan kedatangan kami di rumah sejak kemarin, David juga tidak bekerja bahkan sejak dua hari yang lalu.

Aku tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepala, heboh sekali mereka itu. Kaan juga tampak antusias saat kuberitahu soal kehebohan yang dilakukan Ibu dan David, ia berkata sudah tidak sabar ingin bertemu mereka.

Tak lama kami tiba di rumah, aku benar - benar merindukan suasana ini! Begitu masuk di gerbang perumahan, aku melihat banyak orang berlalu lalang, ada kolam renang juga disini jadi aku dan Kaan sudah merencanakan untuk pergi kesana.

BABAK BARU DI MONTREALWhere stories live. Discover now