Senyum Zahra

318 5 0
                                    

Pagi ini cerah, matahari menyinari bumi dengan riang. Zahra tersenyum bahagia, menyiram tanaman di halaman rumah kontrakannya.

Hari ini hari minggu. Berbeda dengan hari minggu biasanya, bagi Zahra hari ini hari menyenangkan, bukan karena libur tapi karena sebentar lagi ia akan mewujudkan impiannya.

Semua peralatan rumah yang sederhana kini rapi, lantai bersih, ruangan harum, rajin sekali Zahra hari ini. Disela-sela berberes rumah, beberapa menit sekali ia mengintip isi kotak coklat yang ia letakkan di bawah jendela kamar. Isinya sepatu, sepatu untuk pesta pernikahannya minggu depan.

Usai menjemur pakaian, Zahra duduk di bawah jendela, menyeka dahinya yang berkeringat, gelas yang ia bawa sudah kosong, diletakkan di sebelah kaki kanannya. Untuk kesekian kalinya, Zahra meraih kotak sepatunya, memangkunya, kemudian membukanya. Tangannya menyentuh isi kotak yang dingin, bau sepatu baru tercium, Zahra menghela nafas, kembali mengingat kejadian setahun silam. Mungkin ini kebaikan Tuhan karena kesabarannya melalui hari-hari untuk kemudian berusaha berdamai dengan dirinya dan merelakan saja rasa sakit yang harus ia alami saat itu.

Tepat setahun lalu saat ia dengan riang memesan sepatu pengantin di toko teman dekatnya, Sarah. Zahra mengirimkan foto sepatu cantik itu pada Jaka.

"Kak, cantik gak? Ini sepatu untuk pesta pernihakan kita bulan depan?. Oiya kakak kapan datang ke Medan? Banyak persiapan yang harus direncakankan lho."

Pesan itu sampai dan dibaca tapi tak dibalas hingga satu jam Zahra dan Sarah bercengkerama di toko itu.

"Kenapa ya Sar, gak biasa kak Jaka seperti ini, ahir-ahir ini dia cuek, gak mau banyak bicara, nelpon aja udah jarang, pesan kadang dibalas kadang enggak. Perasaanku jadi gak enak."

"Sabar Ra, mungkin dia sibuk nyari uang tambahan untuk persiapan pesta."

"Tapi firasatku lain Sar."

"Kalian udah sahabatan dari kecil, ngekos juga dulu kalian saling bantu di Medan, baru setahun kan kalian jauh. Walau gak pernah pacaran resmi, tapi kalian sudah sangat dekat Ra, masak kamu gak percaya sama kakakmu itu."

Jaka dan Zahra dari kecil bertetangga, mereka bersahabat sejak kecil di kampung. Jaka lebih dahulu kuliah ke Medan, tahun depannya Zahra menyusul kuliah di tempat yang sama, sepanjang masa kuliah hingga bekerja di Medan, Jaka yang menjadi kakak bagi Zahra. Lama kelamaan mereka menyadari tumbuh cinta diantara mereka hingga mereka merencanakan pernihakan. Sebulan setelah lamaran, Jaka dan keluarga harus pindah ke Jakarta karena bapak dan dirinya mendapat pekerjaan yang lebih baik disana. Setelah menikah Zahra berencana ikut pindah ke Jakarta, walau orang tuanya keberatan, namun karena ingin anaknya bahagia ahirnya mereka merelakan.

Pernikahan mereka akan diadakan bulan depan, semua persiapan sudah disusun Zahra. Dia tak mau banyak menggaggu Jaka yang sibuk kerja, jadilah Zahra diam saat Jaka tak membalas pesan.

"Iya sih, tapi gini deh, kamu mau bantu aku gak Sar?"

"Ya maulah, kan aku sahabat terbaik kamu." Sarah mengedipkan mata. Zahra mencubit pipi Sarah, "apaan sih, sok baik."

"Gini, coba kamu kirim pesan ke kak Jaka, dia kan juga sempat kenal dekat sama kamu. Pura-pura deh kamu tanya gimana persiapan pernikahan kami gitu."

"Oiya ide bagus juga, sebentar ya." Sarah meraih handphone nya dan mengirim pesan ke Jaka.

"Assalamualaikum bang Jaka, apa kabar nih?." Zahra dan sarah saling tatap, menunggu.

Treng... handphone Sarah berbunyi. Dia mendongak memandang Zahra tak percaya, terkejut. "Dibalas Ra?!" Hati Zahra berdegup kencang memandang pesannya yang tak dibalas namun pesan Sarah dibalas.

"Kak, gimana persiapan pernikahan kalian? Cie yang ahirnya jadi nikah..." Sarah membalas.

"Hmmm...Entahlah Sar, aku tak tau gimana cara bilang ke Zahra!, kamu mau gak bantu aku?"

"Bantu apa bang?"

"Tolong bilang ke Zahra, aku udah mau nikah dengan perempuan lain!"

Refleks Sarah membanting hp nya karena emosi, kemudian meraih lagi. Zahra memandang bingung, tak tau apa yang mereka bicarakan.

"Dasar laki-laki bejat kamu bang, gak nyangka aku, kamu tuh bisa jadi laki-laki pengecut gak bertanggung jawab. Zahra itu kamu sakiti, dia sahabat aku, dia perempuan baik, tulus dan setia. Aku sumpahin kamu supaya hidupmu gak pernah bahagia." Sarah langsung menghapus kontak Jaka setelah pesannya terlihat dibaca.

Siang itu menjadi hari paling kelam bagi Zahra, dia menangis dipelukan Sarah hingga matahari kembali keperaduannya. Zahra tak pernah bisa tidur sepanjang malam, berhari-hari dia berusaha melupakan Jaka tapi gagal hingga jatuh sakit.

Sejak hari itu Zahra berusaha berdamai dengan takdir, menerima apa adanya apa yang telah terjadi, memperbanyak kegiatan, membaca banyak buku, menonton banyak film, mendatangi banyak tempat, bertemu banyak orang hingga lama kelamaan waktu mengobati lukanya, senyum kembali mengembang di wajahnya.

Hari ini ia memegang sepatu pengantin lagi, pemberian Sarah kemarin. Sarah tau bahwa Zahra tak akan memesan sepatu pengantin karena trauma dengan masa lalu itu, maka dengan tulus Sarah mendesain dan memberikan Zahra sepatu pengantin yang nyaman bagi Zahra.

Sepatu Pengantin ZahraWhere stories live. Discover now