30 | yuta ngungsi

30.9K 6.1K 3.2K
                                    

Rossa terdiam sejenak, sementara Wirya masih menatapnya penuh harap.

Lalu, dia menarik napas, sedangkan Wirya tampak mulai gugup.

"Gue nggak ngerti maksudnya, Wirya."

"Ayo kita pacaran—"

"Gue paham yang itu." Rossa memotong. "Yang gue nggak ngerti adalah ketika lo bilang untuk nggak membiarkan siapapun ikut campur selain kita berdua. Nggak pake mikirin apa kata orang. It sounds too good to be true, you know?"

"Gue tau." Wirya membenarkan, lalu menyambung. "Lo tau ekspektasi-ekspektasi apa yang dipunya keluarga gue buat lo, tapi gue nggak tau ekspektasi-ekspektasi apa yang lo punya untuk pasangan lo. Boleh gue tau?"

"Are we talking about ideal type here? Cause if we are, then you already know very well that you're my type." Rossa tersenyum, ada geli melekati suaranya, yang bikin dia terkesan kayak lagi bercanda.

Wirya menggeleng. "Bukan itu. Let me ask you ya? Apa lo mengharapkan pasangan yang bisa lo nikahi dalam waktu dekat?"

Rossa terkekeh. "Gue nggak ada rencana mau menikahi siapapun dalam waktu dekat. Not even you."

"Lo tau, kita bebas punya hubungan tanpa melibatkan keluarga selama kita nggak masuk ke fase di mana secara etis, kita mesti melibatkan keluarga."

"..." Rossa sontak membisu.

"Be with me? Tanpa mikirin ekspektasi dari siapapun kecuali kita berdua."

"Wirya, lo anak cowok satu-satunya dari keluarga gue—"

"So what? I'd rather have nothing than anything else but you."

Lagi-lagi, Rossa kehabisan kata-kata.

"Roseanne, give me a chance. Please?" Wirya memandang Rossa dengan tatapan penuh permohonan.

Rossa bingung sejenak, tetapi ketika dilihatnya Wirya tampak mengambil ancang-ancang untuk bertekuk lutut, perempuan itu buru-buru berkata galak dan penuh penekanan. "Wirya, kalau lo sampai berlutut di sini, gue nggak akan mau ketemu lo lagi untuk yang seterusnya!"

Wirya mengerjap. "Tau dari mana kalau gue mau berlutut?"

"Ketebak!" Rossa sewot.

"Yaudah, kalau gitu kasih gue jawaban lo."

Rossa membuang napas. "Lo nggak akan pernah berhenti ya?"

"It's been years. Kalau gue bisa terus mengejar lo selama bertahun-tahun ini tanpa sekalipun jalan sama cewek lain, menurut lo, gue bisa berhenti?"

"Mungkin."

"Rem gue udah blong. Gue nggak bisa berhenti sekalipun gue mau."

"Silly."

"Better be silly than be cruel." Wirya membela diri.

Rossa menelan saliva, lalu berujar dengan nada hati-hati. "Just us? No one else?"

"No one else."

Rossa nggak tau pasti, apakah hubungan macam itu bisa bekerja. Dia belum pernah melihat contoh nyata hubungan yang seperti ini sebelumnya. Orang-orang terdekatnya punya timeline hidup yang lebih 'pasti'. Ada yang pacaran, menikah, lalu punya anak seperti Jella atau Rei. Ada juga yang memutuskan nggak menikah sama sekali. Tapi hubungan seperti ini... dengan seseorang yang juga adalah anak tunggal laki-laki satu-satunya dalam keluarga...

Rossa nggak tau, apa hubungan macam ini bisa berhasil atau nggak.

Namun mendapati Wirya berdiri di sana, menatapnya dengan sorot mata sarat harap, Rossa tau, dia nggak akan bisa melontarkan jawaban lain.

A Bunch of Daddy ✅Where stories live. Discover now