56 | asal kau bahagia

25.9K 5K 2K
                                    

Seumur hidupnya, Jenar belum pernah ketemu sama hantu beneran. Dia juga bukan tipe orang yang penakut, makanya kalaupun dia mengalami hal-hal yang di luar nalar, ya kepalanya langsung berpikir buat cari pembenaran yang logis.

Tapi untuk perkara cewek berambut panjang dan berbaju putih yang sekarang sedang terbang santai ke arahnya... pembenaran logis macam apa coba yang Jenar punya?

Jenar terganga, rasanya ingin segera ngibrit dari sana, namun entah kenapa, kedua kakinya sangat lemas, seolah-olah lututnya kopong mendadak dan nggak ada isinya. Mbak Kun semakin dekat... dan seiring dengan jarak diantara mereka yang kian berkurang, wajahnya makin jelas.

Jenar mau marah sama orang-orang yang menggambarkan kalau Mbak Kun itu hantu yang punya muka cakep di film-film horor. Boro-boro cakep! Mukanya abstrak banget! Saking abstraknya, Jenar nggak bisa menentukan, mana yang mata, mana yang mulut. Rambutnya juga super berantakan, macam baru naik motor nggak pake helm sambil nembus angin puting-beliung.

Berhubung kedua kakinya tetap lunglai dan menolak diajak bekerja sama, akhirnya Jenar nggak punya pilihan selain memejamkan mata, berharap Mbak Kun bakal pergi dengan sendirinya.

Hening sejenak...

Semenit... dua menit... lima menit berlalu...

Ragu-ragu, Jenar mencoba membuka matanya sedikit, niatnya mau mengintip. Sebuah keputusan yang langsung dia sesali, sebab dia disambut oleh wajah milik seseorang yang dia kenal, yang hanya berada beberapa sentimeter di depan wajahnya.

Jenar membuka kedua mata sepenuhnya. "... Regina?"

Sosok itu nggak menjawab, hanya tersenyum lebar. Jenar melongo, mengucek matanya dan sempat menampar pipinya sendiri beberapa kali. Sepertinya, dia nggak bermimpi. Rei tak menghilang, atau lenyap sebagai bayangan. Dia tetap ada di depan Jenar.

Tapi Jenar juga tau... sosok itu nggak mungkin betulan istrinya...

Rei kan baru bicara dengannya di telepon tadi.

Dan benar saja, pelan-pelan, sosok tersebut berganti rupa lagi jadi Mbak Kun bermuka absurd yang sebelumnya Jenar lihat melayang ke arahnya. Mbak Kun tersenyum lebar, memamerkan giginya yang berantakan. Nggak heran sih, soalnya masa iya di alam kubur ada dokter gigi yang bisa masang behel?

"Banggg?!! Bang Jenar?!!"

Suara Lanang yang memanggil-manggil membuat Jenar serasa punya suntikan energi baru untuk balas berteriak. "NANG!! NANG!! TOLONGIN GUE, NANG!!!"

"Bangggg?!! Bang?!! Lo di mana?!! Anjrit ya, kenapa sih rumah lo gede banget?!"

"NANG!! NANG, BURUAN!! GUE DI SINI, NANG!! DI TERAS BELAKANG!! NANG!! NANG!! NANG—ohok-ohok—"

Lagi heboh-hebohnya berteriak manggil Lanang, tanpa sengaja ada nyamuk yang terbang masuk ke mulut Jenar, bikin Jenar terbatuk-batuk sambil memegangi lehernya. Sejenak, Jenar terlupa pada sosok astral yang ada di depannya, sibuk menepuk-nepuk dadanya sendiri. Tak berapa lama, Lanang muncul, tengah mengenakan helm dengan kamera infrared nangkring di bagian atasnya.

"Bang?! Lo kenapa bengek gitu?!"

Jenar mengerjap, masih batuk-batuk kecil. "Ohok—lo pake apaan itu?! Ohok-ohok—"

"Kamera infrared, Bang! Katanya ampuh buat menangkap penampakan! Lo kenapa deh? Muka lo pucat banget, sampe berkeringat dingin kayak gitu?! Jangan-jangan..."

"Nang—"

"Jangan-jangan lo kebelet beol ya?!"

"Kagak!" Jenar sewot, tapi lega juga karena sosok Mbak Kun sudah lenyap. "Tadi gue ketemu Mbak Kun!"

A Bunch of Daddy ✅Where stories live. Discover now