67 | labuan bajo

26.9K 4.7K 2K
                                    

Wuje tiba di rumah pada lewat petang, dalam kondisi tertidur, sehingga Jaka mesti menggendongnya dari jok belakang mobil sampai ke teras rumah. Mereka sempat mampir di sebuah restoran untuk makan malam. Kata Rossa, Wuje makan cukup banyak—demi alasan mengobati hati yang terluka habis diisengin monyet yang dia beri nama George—makanya nggak heran jika anak itu mengalami food comma dan langsung ketiduran di perjalanan pulang.

"Tadi Argan nangis." Rossa memberitahu Rei. "Kita udah bawa pisang buat ngasih makan monyet, tapi ternyata pengunjung nggak dibolehin ngasih makan satwa. Waktu Argan berdiri di dekat jeruji kandang, ada monyet yang nyamber stik cokelatnya."

"Like father like son," Rei terkekeh, melirik pada Jenar yang mendekati Jaka untuk mengambil alih Wuje dari gendongan lelaki itu. "Jeje juga dulu gitu."

"Absurdnya menurun berarti ya?" Jaka mencibir.

"Namanya juga bocil." Jenar berkilah, tertawa kecil ketika Wuje mengerjapkan matanya karena dipindah-tangankan. Walau begitu, Wuje tetap lanjut menumpangkan dagunya di bahu Jenar dan kembali memejamkan mata. "Ck, this big boy."

"Makasih banyak ya, Ros, Jaka, karena udah nemenin Arga."

"Nggak apa-apa. Things with your father are okay?"

Rei mengangguk.

"Glad to hear that." Rossa menarik senyum lebar.

Mereka sempat berbasa-basi sebentar sebelum Rossa dan Jaka akhirnya berpamitan. Rei dan Jenar yang telah menggendong Wuje tetap berada di teras hingga mobil yang Jaka kendarai berbelok ke luar gerbang kemudian menghilang dari pandangan.

"Kayaknya mereka memang sedekat itu ya?" Rei berujar pada Jenar sementara mereka melangkah masuk lagi ke dalam rumah.

"Yah."

"Kalau ngelihat gimana mereka jaman kuliah dulu, rada susah dipercaya."

"Sama aja kayak kita, kan?"

"Hm?"

"Kalau ngelihat gimana kamu dulu ke aku, rada susah dipercaya kamu bakal bolehin aku nikahin kamu."

Rei tergelak. "Don't blame me. Salahin sifat ngotot kamu itu, yang ujung-ujungnya bikin aku capek lalu nyerah."

"Just admit it, you love me."

"More than anything in this world, Je."

"More than Arganata?"

"More than anything in this world, except Arganata."

"Haduh. Mana bentar lagi, sainganku nambah. Terus aku turun peringkat."

Rei terkekeh, berbelok ke kamarnya, sedangkan Jenar menggendong Wuje ke kamar tidur anak itu. Wuje lagi setengah sadar sewaktu Jenar membantunya berganti pakaian, lalu kembali menggendongnya. Kali ini, menuju kamar mandi. Jenar membantu Wuje mencuci muka, mencuci kaki-tangan, juga menyikat gigi.

Rei yang turut bergabung dengan mereka nggak lama kemudian hanya mengamati dari pintu, seraya diam-diam menahan tawa, apalagi saat Wuje yang benar-benar terpejam berhenti menggerakkan sikat giginya, menyebabkan sikat giginya nempel begitu saja di mulut.

"Ya ampun, ngantuk banget ya, Je?"

Wuje manggut-manggut saja, masih dengan sikat gigi di mulutnya.

"Papa bantu deh ya—" Jenar pun membantu menggerakkan sikat gigi anaknya. Usai Wuje berkumur, Jenar menggendong anak itu lagi. Dia dikagetkan oleh kehadiran Rei saat berbalik. "—loh, sejak kapan kamu di sana?"

A Bunch of Daddy ✅Where stories live. Discover now