Chapter 02 Penglihatan

655 134 49
                                    

Note : Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Nama pemeran kuambil dari para member boygroup Indonesia yaitu UN1TY. Maaf jika ada kesamaan latar, tokoh maupun cerita ini. Cerita berjudul Eight 2 adalah murni milik saya!
.
.
.
.

Fenly dan Anneth sedang berada di salah satu kafe dekat sekolah. Sudah hampir sebulan kedekatan mereka, tetapi belum ada status 'pacaran'. Sikap cuek dan dingin Fenly berubah perlahan sejak bertemu sahabat dan Anneth.

"Neth, kamu kenapa?" tanya Fenly khawatir. Satu tangan mengelus pelan pipi Anneth.

Anneth diam. Dia bingung harus bercerita dari mana.

"Kalau kamu nggak mau cerita gapapa, aku nggak maksa," ucap Fenly tersenyum tipis.

Sebenarnya Fenly juga memiliki masalah. Beberapa hari terakhir, Fenly dilihatkan potongan demi potongan masa depan. Dia masih belum mengerti arti penghilatan itu karena masih tidak jelas.

Anneth tersenyum singkat. Dia bersyukur dapat memiliki 'teman dekat' seperti Fenly. Hatinya berharap untuk menjalin hubungan lebih, tetapi dia juga tak rela bila harus berpisah suatu saat nanti.

Seorang pelayan datang membawa satu nampan besar. Satu persatu pesanan mereka diletakkan di atas meja.

Fenly hendak meraih sendok, tidak sengaja tangan Anneth juga memegang sendok yang sama. Tiba-tiba Fenly mendapatkan sebuau potongan penglihatan. Sebuah brankar rumah sakit, angka 8 dan seseorang terbaring di sana dengan wajah samar.

Degh!

Peluh keringat membasahi kening Fenly. Napas Fenly tersenggal-senggal.

"Fenly, kamu kenapa?" tanya Anneth panik.

Fenly menarik tangan kasar. Dia beranjak berdiri, lalu menatap Anneth sekilas. "Maaf, aku mau ke kamar mandi dulu," ucapnya.

Lelaki keturunan Manado itu langsung pergi menuju ke toilet cepat tanpa menghiraukan panggilan Anneth. Fenly saat ini butuh ketenangan diri sebentar.

"Fenly," gumam Anneth melihat punggung Fenly sudah tak ada di depan.

Dari kejauhan seseorang memakai pakaian serba hitam dan topi hitam yang menutupi wajah. Orang misterius itu menyeringai tipis, lalu dia melangkah keluar kafe.

"Siapakah yang duluan?" ucapnya pelan.

__08__

Fajri buru-buru memasuki kelas. Dia tak menghiraukan sapaan atau tatapan dari semua orang yang dilewati.

"Pagi Ji," sapa Farhan melambaikan tangan. Fajri acuh.

"Dih, bocah kenapa tuh pagi-pagi. Sudah gitu tumben nggak berangkat sama si Ricky," ucap Farhan bingung.

Farhan pun memilih untuk berjalan ke kantin untuk sarapan pagi. Jam pelajaran pertama juga di mulai sekitar tigapuluh menit lagi.

Sesampainya di kelas, Fajri menarik bangku kasar, lalu menduduki cepat. Beberapa pasang mata memperhatikan tingkah aneh Fajri dan lagi-lagi Fajri tak peduli.

Tak lama sosok Ricky datang menuju bangku miliknya. Dia menatap sekilas Fajri dan sorot matanya seakan tajam.

Ricky duduk di pojok dekat jendela. Pemandangan di luar lebih menarik daripada harus berbicara atau sekedar bertegur sapa dengan Fajri. Farhan yang baru tiba merasakan aura berbeda di antara kedua saudara sepupu itu.

"Rick," panggil Farhan pelan sambil menyenggol lengan Ricky.

"Apa?" tanya balik Ricky datar.

"Emm ... lo sama Aj-,"

E.I.G.H.T 2 (Pųzzélś Mýstèrý) [SELESAI]Where stories live. Discover now