Chapter 15 Sebuah Rencana

495 123 38
                                    

Note : Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Nama pemeran kuambil dari para member boygroup Indonesia yaitu UN1TY. Maaf jika ada kesamaan latar, tokoh maupun cerita ini. Cerita berjudul Eight 2 adalah murni milik saya!
.
.
.
.

Fenly sudah ditangani oleh para tim medis. Saat ini Fenly dipindahkan ke ruang rawat inap.

Kezia masih setia menemani Fenly. Dia teringat akan penjelasan dokter, bahwa Fenly hanya mengalami luka ringan di kepala.

"Ovel, cepat sembuh ya. Kasian Mama nanti khawatir loh lihat keadaan Ovel kayak gini," ucap Kezia menggenggam tangan Fenly lembut.

Perjalanan menuju ke ruang rawat inap sekitar sepuluh menit. Nomor kamar tigabelas menjadi tempat sementara Fenly di rawat.

Zweitson baru akan melangkahkan kaki ke lorong RS. Penglihatan berfokus pada satu objek. Datang sebuah brankar dengan pasien terbaring di atasnya.

"Oh Tuhan! Bang Fenly!"

Kezia dan Zweitson saling beradu pandang. Petugas perawat memasuki ruangan bersama brankar. Fenly langsung dipindahkan ke brankar berukuran besar. Kelas VVIP sama seperti Fiki di rawat hanya beda nomor ruangan saja.

"Kami permisi dulu."

"Semoga pasien lekas sembuh."

"Ah iya, terima kasih Bruder Adit dan Asep." Kezia membungkukan badan setengah.

Kedua perawat laki-laki yang mengantar Fenly beranjak pergi kembali ke ruang IGD. Kezia tak langsung masuk, ia masih diam di depan pintu.

"Kamu siapa? Kenal dengan Ovel?" Kezia memberikan dua pertanyaan sekaligus.

Zweitson memperkenalkan diri dengan sopan. "Perkenalkan saya Zweitson, Adik kelas Bang Fenly sekaligus sahabatnya."

Deg!

Kezia teringat akan perbincangan dirinya dengan Mama. Fenly tengah menginap di rumah sakit dikarenakan sahabatnya sedang di rawat. Sahabat-sahabat Fenly juga memiliki kemampuan khusus.

Tiba-tiba kepala Kezia terasa pusing. Beberapa potongan gambaran muncul di penglihatan.

Pemuda berkacamata. Jalan Senopati. Motor. Darah.

"Huh! Huh!" Kezia mengambil pasokan oksigen sebanyak-banyaknya. Dada kiri terasa sesak. Peluh keringat membasahi muka.

"Kakak kenapa?" tanya Zweitson khawatir.

Zweitson membantu Kezia untuk masuk ke dalam ruangan Fenly. Dia mendudukan di sofa, lalu mengambil segelas air putih dari aqua besar.

"Kak, ini di minum dulu biar enakan," ucap Zweitson.

"Terima kasih," balas Kezia setelah menghabiskan setengah gelas air.

"Kakak kenapa?" tanya Zweitson kembali.

Kezia menatap intens Zweitson. Dia menepuk bahu kiri pemuda berkacamata bulat pelan.

"Kamu harus hati-hati saat pulang ke rumah." Kezia memberikan peringatan.

Kerutan di dahi Zweitson muncul. Dia tak mengerti pembicaaran itu, tetapi Zweitson teringat satu hal yaitu Fenly.

Fenly memiliki kemampuan bisa melihat potongan gambar masa depan. Dan setelah mendapatkan penglihatan itu, Fenly merasa pusing dan sesak di dada kiri.

"Kakak... bisa melihat masa depan kah seperti Fenly," tutur Zweitson.

"Iya. Kamu benar," jawab Kezia pelan.

__08__

Farhan tiba di rumah sakit sendirian. Dia malas untuk mengajak Gilang setelah insiden di kantin. Shandy? Senior nya itu hilang kemana.

E.I.G.H.T 2 (Pųzzélś Mýstèrý) [SELESAI]Where stories live. Discover now