Chapter O3

35.5K 1.5K 12
                                    

"Masih ada disini?" tanya Hito sinis pada Lia, emang pria itu terlihat segar hari ini tapi tidak dengan sikapnya yang masih sangat suka mencari lawan pada Dellia.

"Maksudnya?" tanya Lia yang bingung, ia emang biasanya tinggal di sini. Lia bahkan jarang ke luar, karena Hito tidak pernah mengajaknya walau hanya sekedar makan malam. Saat membeli perlengkapan bayi pun, Lia tidak diajak. Tanpa sepengetahuan Hito Lia juga banyak menangis karena kebosanan, saat diajak ke luar Hito selalu menolak.

"Katanya mau pergi kok tidak pergi?"

Lia yang sedang meletakkan makanan yang baru dimasak, langsung menghentikan pergerakannya. Apa sekarang Hito mengusirnya dari sini?

"Kapan Mas aku bilang bakalan pergi?" tanya Lia yang sekarang sudah ikut kesal juga kapan Hito bisa setidaknya sekali saja tidak mencari masalah. Emang Lia ada niatan untuk pergi tapi tidak sekarang, nyatanya untuk keluar pun ia memerlukan banyak persiapan.

Rumah sewa pun belum didapatkan, bagaimana bisa pria itu sekejam ini. Semakin lama Hito semakin parah, pria itu semakin tidak menghargainya sebagai istri. Lia sudah tidak berharga lagi rasanya, sampai sekarang ia selalu diremehkan.

"Tanpa bilang pun aku sudah tau, sekarang kamu lagi merencanakan apa sebenarnya? Pergi jika ingin pergi jangan mengertakku." Semalaman Hito tidak bisa tidur karena memikirkan semua perkataan Lia dan sekarang Hito berpikir bahwa Lia itu ingin menjebaknya. Pasti Lia ingin membuat Hito menyesal lalu akan mengikuti keinginan Lia yang sejak awal diinginkan wanita itu.

"Tidak ada Mas, Lia sudah tidak ingin banyak menuntut lagi. Perutku masih sakit, apa aku boleh tinggal di sini dulu untuk beberapa saat?" balas Lia dengan suara pelan, sudah tidak ada tenaganya hanya untuk meladeni Hito. Tubuhnya sudah cukup lelah karena tadi malam tidak bisa tidur karena Rian yang tidak mau tidur.

"Alasan, apa lagi ini? Maumu emangnya apa?" tanya Hito, ia sudah terbiasa melihat Lia yang keras kepala dan berkeinginan agar semua permintaan untuk selalu dituruti.

"Aku ingin Mas bahagia," ucap Lia dengan mantap, itu keinginannya sekarang. Tentu juga untuk kebahagiaan Lia juga, ia tidak mengharap kebahagiaan dari orang lain tapi sekarang Lia akan membuat kebahagiaan untuk dirinya sendiri.

"Lucu sekali, rencanamu banyak sekarang ya? Dan lagi pula saat kamu pergi emang ada tempat tidur? Bisa makan kamu tanpa aku?"

Lia membeku menatap Hito sakit hati. Ini sama seperti apa yang diucapkan ayahnya dulu kepada mamanya. Ia merasa seperti kembali kemasa lalu. Tubuh Lia bergetar, ia kembali diremehkan oleh suaminya sendiri. Lia tidak sanggup jika terus begini, ia sudah tidak sanggup. Apa bisa Lia bertahan untuk sebentar lagi.

Lia memegang meja dengan erat, air matanya jatuh dengan deras. Sejak perkataan itu, mama Lia emang pergi dari rumah dan tidak pernah kembali lagi sedangkan ayahnya sudah meninggal dunia.

Hito sedikit heran dengan Lia yang menangis, betul bukan Lia mana bisa hidup saat selama ini semua biaya Hito yang berikan.

Dengan menahan tangis Lia berusaha berucap. "Makan dulu ya Mas, aku mau kasih asi dulu buat Rian." Lia memilih mengalah saja, jika biasanya ia akan membalas ucapan Hito tapi sekarang ia sudah terlalu lelah hanya untuk membela dirinya sendiri.

Setelah itu Lia langsung menuju kamar, tempat dimana anaknya berada.

"Apa dia marah?" Hito hendak menuju kamar menemui Lia, tapi ia urungkan saat suara ponselnya berbunyi ternyata yang menghubunginya adalah Adam.

"Halo? Baik akan segera ke sana." Hito urungkan niatnya yang ingin menemui Lia, ia akan ke rumah Adam dulu untuk memeriksa kesehatan Dellia. Padahal ia mau mengambil cuti tapi mau gimana yang menyuruhnya adalah Adam.

Disisi lain, Lia sedang menatap atm dengan buku bank ditangannya. Awalnya rencana lari dengan uang ini, uang pemberian Hito yang ia tabung. Totalnya ada seratus lima puluh juta, ini juga pasti akan habis nantinya karena Lia harus menyewa rumah dan untuk keperluannya juga dengan Rian.

Hito ucapannya Hito membuat Lia ragu membawa ini, ini uang pria itu. Benar kata Hito ia sekarang memang tidak bisa hidup tanpa ada uang Hito, tapi ia berjanji saat akan mencari kerja untuk melanjutkan kehidupannya.

Suara tangisan membuat Lia langsung mengambil Rian dan langsung menyusui.

Tidak apa mengambil uang itu, Hito yang memberikan tidak boleh memakan gengsi. Kalau tidak menggunakan uang ini, emang ia mau meminta bantuan siapa? Keperluannya dengan Rian banyak, emang siapa yang mau memberinya hutang.

Pulang ke rumah tantenya? Maka ia akan malu karena dulu sempat mengatakan bahwa akan bahagia dengan menikah dengan Hito. Tapi apa yang ia dapatkan adalah tekanan, ia juga merasakan bahagia menikah dengan Hito hanya saja kebahagiaan itu hanya semu dan tidak berlangsung lama.

Kapan ya wanita yang akan menikah dengan Hito datang? Ia ingin melihat bagaimana wajah wanita yang akan menjadi istri Hito. Entah kenapa sekarang ia malah menunggu wanita itu datang segera.

Lia memutuskan akan pergi saat wanita itu datang, ia sekarang ingin menemani Hito aja dulu. Karena Hito tidak akan ada yang urus nanti, kalau ada wanita itu ia bisa lebih lega saja karena sudah ada yang menjaga Hito, walaupun hanya rasa sakit yang lebih mendominasi saat membayangkan wanita itu yang akan mengurus Hito nantinya.

***

Selesai memeriksa Dellia, Hito duduk di ruang tamu sebentar. Tadi Adam memintanya untuk tidak pulang dulu, katanya akan ada yang ingin dibicarakan.

"Kenapa dengan wajahmu itu? Kamu taukan kalau Fira akan pulang?" Adam memandangi wajah Hito yang suram terlihat seperti orang yang banyak pikiran.

Hito menatap Adam mengernyit. "Fira yang mana?" tanya Hito.

"Fira yang dijodohkan denganmu." Hito terkejut, ia menatap Adam penuh tanya, dari mana Adam tau bahwa ia dijodohkan dengan wanita yang bernama Fira.

"Dari mana tau?"

"Terlalu tertutup, aku bahkan menceritakan kehidupan ku." Adam menyindir Hito, selama ini ia sering menceritakan semua perjalanan kehidupannya tapi Hito sangat tertutup ini saja ia tau dari papanya.

"Bukan begitu, dan dia pulang? Kapan?" Kenapa Adam duluan lebih tau dengan kepulangan Fira daripada Hito sendiri. Ia kira Fira juga akan pulang sebulan lagi, ternyata secepat itu.

"Dia pulang tiga hari lagi, aku tau dari papa tentang hubunganmu dengan Fina. Papa menyuruh aku untuk membantu Fira untuk mendapatkan tempat tinggal," jelas Adam.

"Kenapa papa tidak menyuruhku?" Ini tidak ada hubungannya dengan Adam, tapi kenapa ia tidak dikabari.

"Aku tidak tau, aku sekarang juga hanya menyuruh orang untuk mencari tempat untuk calonmu itu."

"Baik kalau gitu, aku pergi."

Hidden MarriageOnde as histórias ganham vida. Descobre agora