Chapter 25

28.1K 1.4K 82
                                    

Lia masuk ke dalam kamar tepatnya kamar bayinya setelah selesai mandi di kamar mandi ruang tamu. Jika di kamar suaminya yang ada Hito akan marah nantinya jika suara berisik air jatuh membuat pria itu terjaga. Jika di kamar Rian juga takutnya membangunkan Rian.

Saat membuka pintu, Lia langsung melihat bayi bertubuh gempal yang sudah membuka mata dengan pandangan mata ke atas, Lia panik ia mendekat lalu langsung mengangkat tubuh Rian ke dalam pelukannya. Ia tidak pernah melihat Rian bangun tanpa menangis seperti ini.

"Rian tidak apa-apakan?" tanya Lia ia menatap dalam ke arah mata Rian, tidak lama bayi itu tersenyum dan menepuk-nepuk daerah dadanya.

Lia tersenyum bahagia, ia kira tadi anaknya sakit. Ia jadi tidak semakin ragu untuk kembali bekerja melihat Rian yang sudah semakin pintar, rencananya ia akan menitipkan Rian pada tetangga yang memang menyediakan jasa jaga bayi dengan harga yang tidak mahal.

"Rian tumben nggak nangis? Sayang sama Mama ya jadi nanti Mama nggak perlu buru-buru mandinya."

Lia menatap lurus ke arah bayinya, bayi yang membuat hidupku lebih berwarna, Rian sekarang malah berbicara tidak jelas. Anaknya sudah mulai mengerti untuk tidak perlu menangis karena Lia akan pasti memperhatikan bayi kecilnya.

Karena Lia yang terlalu lama tanpa memberi asi, bibir Rian sudah melengkung hendak menangis. Lia langsung memberikan apa yang diminta oleh Rian hingga bayinya tidak jadi menangis.

Walaupun pernikahannya bukan pernikahan idaman bagi semua orang, tapi Lia tidak ingin terus masuk ke dalam kesedihan hanya karena iri dengan hubungan orang lain. Ia tidak bisa merasakan dimana suaminya dengan bangga memperkenalkannya dengan saudara atau bahkan temannya sendiri. Dan dengan acara pernikahan yang megah.

"Seharusnya emang jangan terus mengeluh kan ya? Mama seharusnya lebih bersyukur setidaknya ada anak Mama yang akan menemani Mama nantinya." Walaupun anaknya belum banyak mengerti tetap saja Lia akan terus berbicara agar anaknya lebih mudah bisa berbicara nantinya.

"Ternyata Mama emang bodoh sayang, terlalu jadi budak cinta hingga tidak memperdulikan semua keanehan yang terjadi."

Seharusnya Lia sudah sadar sejak awal ada yang aneh dengan keluarga Hito karena sejak awal Hito tidak mengajak keluarganya untuk datang ke acara pernikahan mendadak mereka.

Lia sekarang merasa seperti orang yang tidak pernah bersekolah, bisa-bisanya memaksa orang untuk menikahinya dan menjadi wanita bodoh yang buta oleh cinta. Sekarang mau salahin Hito juga tidak tau harus bagaimana karena ini salahnya juga. Tapi kenapa Hito tidak membiarkan saja Lia mati saat itu saat ia mengancam akan bunuh diri jika Hito tidak mau menikahinya.

"Mama nyesel tau Rian, kenapa sih nggak bisa berpikir lebih terbuka hingga tidak mengancam orang. Semoga kamu jadi laki-laki yang tidak memiliki sikap buruk seperti Ayahmu dan Mama." Lia menjeda ucapannya saat Rian menatapnya dengan tatapan penuh cinta.

"Andai saja jika Mama beneran bunuh diri nggak akan Mama bisa lihat wajah kamu yang lucu." Tidak lama sehabis berkata demikian senyuman tulus ke luar dari bibir mungil bayinya.

Dulu Lia emang bersungguh-sungguh ingin mengakhiri hidupnya karena saat itu ternyata tentenya tidak sayang dengannya. Tantenya mempertahankannya hanya karena agar Lia memberikan semua gaji pensiun orang tuanya pada tantenya.

Lia sendiri menyerahkan semuanya karena ia sayang dengan orang yang sudah membesarkannya. Kenyataan dimanfaatkan membuat Lia hancur saat itu, ia merasa tidak memiliki siapa pun.

Melamun membuat Lia tidak sadar jika Hito masuk ke dalam kamar Rian. Lia melirik Hito sambil mengernyit heran tumben pria itu datang ke sini saat malam-malam begini. Apa Hito mau bertemu dengannya? Tidak mungkin pasti ingin bertemu dengan Rian.

"Ada apa? Rian sedang menyusu, sebentar lagi akan tidur. Nanti saja mainnya," ucap Lia pada pria yang terlihat sudah segar tentu saja pria itu sudah mandi juga. Malam-malam begini memang sangat tidak menyenangkan untuk mandi tapi mau bagaimana lagi tadi Hito meminta jatahnya.

Lia tidak memperdulikan Hito lagi, karena ia belum tidur sejak semalam. Ia memilih untuk membaringkan tubuhnya saja dengan membelakangi Hito yang sejak tadi hanya diam saja, ia tidak bisa tidur takut gara gara tidur ia bisa menimpa Rian atau menutup saluran napas bayinya.

Hito sendiri tidak tahu kenapa bisa datang ke kamar ini, ia hanya kaget tadi karena Lia tidak ada di kamarnya. Tidak tau alasan apa yang membuatnya bisa terkejut seperti itu biasanya terasa biasa saja saat Lia emang sering tidak ada di kamar karena ke kamar Rian.

Tidak kunjung pergi, Hito hanya terus menatap Lia dan Rian dalam diam. "Sebenarnya ada apa?" tanya Hito, ia tidak tahu kenapa perasaannya seperti tidak enak. Seperti akan ada sesuatu yang terjadi tapi rasanya sangat hampa. Ia sendiri tidak tahu kenapa dan ini dimulai sejak Lia yang tadi berkata ingin berbicara dengannya tapi Hito malah menyerang wanita itu.

"Apanya? Tidak ada apa-apa," jawab Lia dengan suara pelan. Tubuh Lia lemas sekali rasanya, ini pasti karena ia terlalu stres. Lia seharusnya tidak boleh begini ia sekarang harus tetap sehat agar asinya lancar.

Hito mendekat ia duduk di samping Lia. "Tadi kamu bilang mau bicara sama aku kan, kamu mau ngomong apa?"

"Tidak jadi, tidak apa-apa. Bukan hal yang penting," jawab Lia lagi, sudah tidak semangat lagi rasanya untuk mengutarakan semua perasaannya. Lagi pula kalau dipikir-pikir itu tidak penting bagi Hito, jadi biarlah ia pendam saja.

"Kenapa kamu marah? Makanya tidak mau mengatakannya lagi."

Suara Hito nampak tidak bersahabat, Lia jadi tidak nyaman. Apa dia kembali membuat pria itu marah? Lelah sekali rasanya pasti saat Hito harus mempunyai istri sepertinya ini. Selalu membuat suami marah.

"Maaf."

"Maaf? Untuk apa maaf," balas Hito lagi.

Tidak biasanya Lia malah jadi aneh seperti ini. Lia biasanya bersikap keras bahkan kadang tidak pernah mengalah dengannya sekarang kata maaf terlalu mudah wanita itu keluarkan.

"Karena bikin kamu kesal," balas Lia dengan nada lemas, ia ingin istirahat secepatnya. Ia melihat ke arah Rian yang sudah kembali tertidur. Ia mengangkat tubuh Rian lalu ia letakkan ke kasur khusus bayi.

"Iya kamu bikin aku kesal karena penasaran."

Lia menghela nafas pelan, tidak tau lagi ia terlalu lelah untuk semua ini. Ia tidak tahu lagi harus bagaimana, ia tidak becus. Kadang Rian juga tidak suka pasti dengannya kan? Apa Rian akan benci saat tau bahwa Lia lah Ibunya? Pikiran buruk membuatnya memukul kepalanya frustasi.

"Apa yang kamu lakukan Lia!" Hito menarik tangan Lia agar tidak memukul kepalanya sendiri. "Kenapa hah?" tanya Hito lagi karena Lia tidak menjawab lagi.

***

Karena sudah sesuai target aku update lagi.

Kalau misalnya hari ini tembus 115 vote + 60 komen aku update lagi malam ini.

Tim Lia pergi dari rumah, atau Lia yang mau di madu? Wkwk 😭

Mungkin ada yang tidak sabar menunggu bab selanjutnya bisa wa di nomor ini ‪+62 838‑6394‑7842‬. Bab 26 sampai bab 29 cuman 5k (4 ribu kata lebih)

Hidden MarriageWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu