Chaper 43

27.9K 1.4K 88
                                    

Lia mendorong bahu Hito agar tidak terlalu dekat dengannya. Ia tidak tahu bagaimana berpikir dalam saat seperti ini. Tapi kenapa rasanya jika ia menerima Hito kembali ia terlihat sangat mudah untuk diperlakukan sesuka hati.

"Kamu tau aku capek banget, kamu nolak aku sejak awal aku berusaha bertahan. Saat aku sudah berusaha kuat untuk lepas kamu minta aku kembali, apa aku semudah itu bagi kamu? Aku tau aku murahan, tapi bukan berarti aku harus selalu mengikuti kemauan kamu." Lia berucap dengan lembut, ia mengharap Hito mengerti.

"Apa yang kamu bilang Lia? Kamu tidak murahan, aku tidak pernah berpikir seperti itu."

"Kamu yang selalu bilang gitu kan."

Untuk beberapa saat terjadi keheningan, Lia menutup semua wajahnya dengan selimut. Rasanya ia ingin menyerah dengan segala permasalahan hidupnya. Ia jadi kangen dengan anaknya. Emang karena kondisinya sekarang, Rian lebih sering berada bersama Dellia.

"Lia, kamu kenapa tidak manggil Mas lagi." Tangan Hito menyentuh pinggangnya sambil menggoyangkannya dan menyingkirkan selimut yang menutupi wajah Lia.

"Karena mau cerai."

"Lia aku nggak mau pisah, mau bagaimana pun kamu minta tetap tidak akan aku turuti."

Lia memilih diam, ia tidak ingin bertengkar untuk saat ini. Rasanya percuma, andai saja ia bisa menggugat kepenggadilan. Tapi terlihat semua akan sia-sia, pernikahan mereka hanya pernikahan siri.

"Awas." Lia mendorong tangan Hito yang berada di tubuhnya, dan Hito malah menggenggam tangannya. Lia yang terlalu lemas membiarkan saja, ia terlalu lelah pikiran hari ini.

Lia tidak bisa tidur, banyak sekali yang ia pikirkan. Termasuk dengan Hito yang tidak beranjak dari tadi dari sisinya. Pria itu juga tidak memakai baju dokter. Apa pria itu tidak bekerja. Rasanya ingin bertanya tapi itu akan membuatnya terkesan peduli bukan?

"Kamu tidak tidur?" tanya Hito karena Lia terlihat tidak tenang dalam tidurnya.

"Aku ngerasa kamu nggak kerja lagi ya?" Lia kalah dengan rasa penasarannya.

"Iya."

"Kenapa?"

"Karena aku milih kamu, hanya saja ternyata mereka tidak memikirkan masalah balas budi atau apa pun. Mereka menyuruhku agar tetap bekerja, tapi apa menurutmu aku pantas untuk tetap menerima semua yang sejak awal mereka berikan?" Walaupun keluarganya tidak mengatakan secara langsung, Hito rasa mereka tetap kecewa dengannya yang membatalkan perjodohan itu.

Lia berbalik hingga sekarang berhadapan dengan Hito.

"Nikah saja dengan Fira, kamu merasa bersalah karena tembakan itu?" Lia tidak mau Hito, melepas semua yang dia miliki hanya untuk wanita sepertinya.

"Aku emang ngerasa bersalah saat itu, andai saja aku langsung memberikannya."

"Kamu tidak memberikannya karena kamu tidak percaya denganku kan?" tanya Lia ia menatap Hito tepat di bola mata tajamnya itu, ia tahu Hito tidak pernah percaya dengannya. Kediaman pria itu juga membuat Lia yakin.

"Percaya atau pun tidak tetap saja aku akan mencoba memakluminya lagi pula kita akan menjadi orang asing. Jadi lupakan semua kejadian yang sudah berlalu dan kita bisa mencapai kebahagiaan kita masing-masing." Lia mencoba kembali menjelaskan kepada Hito, bahwa keputusan untuk berpisah bukan hal yang buruk.

"Orang asing? Aku tidak pernah mau asing darimu, ya aku memang tidak percaya awalnya. Setelah semua yang terjadi sekarang aku paham bahwa kamu itu pantas dipercayai. Dan kebahagiaanku itu kamu Lia, bukan wanita itu."

"Baik aku ngerti sekarang."

Entah kenapa semua terasa menakutkan. Ia takut dengan pikiran Lia setelah ini.

Hidden MarriageWhere stories live. Discover now