Chapter 33

29.5K 1.5K 178
                                    

Devri mengeluarkan pisau dari saku celana, rencananya ia akan membunuh wanita ini lalu akan membawanya ke dasar hutan dan membakar jasadnya lalu ia juga akan menanam semua barang bukti. Semua sudah ia rencanakan agar tidak ada yang mengetahui.

"Jangan." Lia berteriak dengan kencang, ia langsung mengingat bayinya. Ia masih mau melihat buah hatinya.

"Tidak kamu harus menerima semua kesalahanmu selama ini." Pisau itu baru sedikit menggores leher Lia.

"Jangan, Lia punya bayi dia butuh asi. Lia akan kasih apa pun yang Om mau." Devri melepaskan tangannya dari leher Lia sambil tersenyum miring. Ternyata kehidupan wanita ini semakin baik saja setelah membuatnya menderita.

"Uang, kamu ada uang." Akhirnya Devri sedikit beranjak, ia pikir uang bisa menyelesaikan ini semua tapi tentu saja tidak dengan jumlah yang sedikit.

Lia terdiam, ia tidak punya banyak uang. Ia rasa puluhan juta adalah hal kecil bagi Devri.

"Ada." Tabungan pemberian Hito dengan terpaksa ia kasih, ini demi ia bisa hidup. Jika tidak ada Rian mungkin Lia akan pasrah saja  terbunuh tapi ia harus memikirkan hidup bayinya. Sebelumnya Lia emang selalu menabung uang sisa belanja bulanan yang diberikan Hito.

"Berapa?" tanya Devri.

"Tiga ratus juta."

"Kamu tau? Saya lebih memilih kamu yang mati dari pada uang segitu. Saya raja judi uang segitu mudah saya dapatkan."

"Jadi Om mau berapa?"

"Satu miliar."

Jantung Lia rasanya berhenti berdetak saat itu juga. Tangannya mengepal, dari mana ia bisa mendapat uang sebanyak itu.

"Tidak ada ya?" Devri hendak menikam Lia tapi Lia berteriak kencang.

"Ada, Lia ada." Lia yang keburu panik langsung memutar otaknya dengan cepat. "Berikan Lia ponsel, Lia akan menghubungi suami Lia."

"Mau mengadu?" tanya Devri yang sekarang mengeluarkan pistol dari belakang tubuhnya. Ia rasa pisau tidak membuat wanita itu takut hingga berani main-main padanya.

"Lia ada suami, suami Lia orang kaya."

"Baik gedein suaranya." Devri menatap remeh ke arah Lia, ia rasa wanita ini pasti selingkuhan pria kaya tua. Ia melemparkan ponselnya ke atas paha Lia.

"Halo." Lia berucap dengan suara senormal mungkin melawan rasa takutnya. Ia tidak tahu kedepannya bagaimana tapi ia berusaha semoga Hito mau membantunya.

"Sudah puas melarikan diri? Pulang sekarang Lia! Jangan kekanak kanakan kamu ya." Hito tidak tau nomor siapa tapi mendengar suara Lia ia langsung mengenali dengan siapa ia berbicara saat ini.

Lia menahan napas saat Hito malah memarahinya seperti ini. Devri mengeluarkan senyum miringnya, ia rasa pria itu marah.

"Mas nanti kita bahas itu." Lia bahkan tidak sanggup membahas mengenai pelariannya ini.

Lia menatap Devri yang berbicara dengan pelan dengan bahasa mulut. "Jika mengadu kamu akan langsung mati."

Lia menutup mulutnya menggunakan tangan berusaha menahan tangis.

"Boleh kamu kirim uang ke aku?" tanya Lia dengan suara yang terdengar bergetar.

"Kirim uang?" tanya Hito dengan nada meremehkan.

Jantung Lia berdetak lebih cepat, di mata Hito ia memang wanita yang suka uang dan sekarang Lia tidak yakin juga Hito akan membantunya atau tidak. Tapi setidaknya Lia akan mencoba.

"Aku capek mencarimu dan saat seperti ini meminta uang? Kamu ini kenapa tidak pernah berubah, dulu beralasan tante kamu sekarang alasan apalagi saat kamu tidak dekat lagi dengan tantemu."

Lia merebahkan menyandarkan tubuh lemasnya tanah. Sudahlah ia pasrah saja sekarang, Hito juga sudah sangat marah padanya. Tapi Devri malah menarik pelatuk tembaknya.

"Plis Hito aku mohon Hito, tolong satu miliar." Lia ketakutan saat ini.

"Kamu kira itu daun? Apa apaan kamu Lia, pulang sekarang kamu membawa lari anakku. Lalu dengan tidak tahu malunya minta uang sebanyak itu."

Devri semakin terlihat menyeramkan sekarang. Lia terdiam semakin takut ia tidak tau mau meminta tolong ke siapa.

Devri kembali memperagakan mulutnya untuk mematikan sambungan telepon itu. Lia menggenggam ponselnya erat dan menggeleng ia takut setidaknya mendengar suara Hito sedikit membuatnya tidak merasa sendiri. Tidak ada pilihan lain setidaknya ia bisa meminta tolong.

"Om ku meminta uang kalau tidak ia membunuhku, aku berada di hutan aku tidak tahu dimana." Devri menatap Lia dengan mata melotot, beraninya wanita itu mengadu.

"Jangan berbohong kamu, aku tidak akan memberikan uang itu. Kamu pasti mau membawa uang itu untuk bersenang-senang dengan pria lain kan."

Lia membeku untuk beberapa saat, ponsel tidak sanggup untuk ia genggam lagi. Ia menutup mata erat saat pelatuk pistol itu digerakan oleh Devri.

Dor.

Walaupun sudah berusaha menghindar tembakan itu tetap mengenai atas dadanya yang mengeluarkan darah ia baru saja ditembak. Ia menatap dengan pandangan kabur ke arah Devri yang tertawa ia juga mendengar suara Hito yang memanggil-manggil namanya.

"Mampus matilah kamu."

Setelahnya Lia menutup matanya. Ia tidak menyangka akan meninggal di umur muda seperti ini dan dibunuh oleh Omnya sendiri. Ia menyelamatkan tantenya dari kematian tapi ia sendiri yang mati dan Tantenya malah memanfaatkannya selama ini.

Lia tersenyum pelan, ia tidak mau memikirkan hal buruk, ia akan memikirkan masa indah dulu sebelum meninggal. Masa di mana wajah Rian selalu tersenyum dan menatap cinta ke arah wajahnya. Rian makhluk kecil yang sangat senang melihat wajahnya.

Disebrang sana jantung Hito mau copot rasanya, ia mendengar suara tembakan yang sangat kencang dan perkataan terakhir yang ia dengar sungguh menakutkan.

Hito membuka pelacak, ia menggunakan nomor ponsel yang barusan menghubunginya. Suara tembakan itu terdengar nyata. Saat ia menghubungi ulang, sambungan tidak diangkat.

"Dokter mau ke mana? Banyak pasien yang mengantri."

Hito tidak peduli ia terus berlari, hingga beberapa petugas menghalangi langkahnya.

"Awas." Teriak Hito marah.

"Banyak pasien yang menunggus sejak pagi." Hito mendorong pria yang menghalanginya dan langsung menuju mobil dan mengemudi dengan kencang. Ia melihat petunjuk yang diberikan oleh orang suruhannya. Titik ponsel itu terasa sudah mati, jantung Hito semakin berdetak. Ia juga menyuruh beberapa orang untuk segera ke sana.

Ia langsung berlari memasuki kawasan luas yang dipenuhi pohon yang tidak terawat, ini seperti tempat yang tidak digunakan lagi. Ia melihat ke kanan kiri sambil mencoba menetralkan jantungnya. "Berpencar!" teriak Hito pada orang suruhannya hingga mereka berpencar.

Langkah Hito semakin kencang saat ada pria yang seperti ingin menusuk, sebelum itu terjadi Hito menerjang pria itu dengan tendangan. "Semuanya ke sini! Kejar pria itu." Hito beralih ke arah Lia yang berlumuran darah.

"Lia," teriak Hito kencang, lalu ia langsung mengangkat tubuh Lia dan langsung menelepon rumah sakit. Jarak jalan yang memang jauh membuat Hito harus berlari sambil membawa Lia dalam gendongannya.

***

Ini yang ditunggu, bertemunya Lia dengan Hito kembali, hahahaha ☺️ sabarr 😊😘

Jika memenuhi target ini = 390 vote + 150 komen + 15 followers aku bakalan double update hari ini.

Mungkin ada yang tidak sabar menunggu bab selanjutnya bisa wa di nomor ini 
‪+62 838‑6394‑7842‬.

Bab 34 sampai bab 43, harga 20k

Hidden MarriageWhere stories live. Discover now