Chapter O9

26.9K 1.3K 3
                                    

Seharian ini Lia hanya berduaan saja dengan Rian, ia tidak keluar kamar untuk hanya sekedar menonton tv. Rasanya sangat lelah hanya untuk keluar, ia juga tidak memasak atau membereskan rumah ini. Lia tidak peduli lagi dengan jadwal makan Hito untuk sekarang ini, lebih baik hubungan mereka lebih berjarak agar saat berpisah tidak terlalu terasa. Walaupun Lia sendiri tidak yakin bisa tahan saat berjauhan dengan Hito, tapi mau gimana lagi mereka memang tidak cocok bersama.

Berada di dalam ruangan yang tidak besar ini tidak membuat Lia bosan atau apa pun itu, sedari dulu Lia sudah terbiasa untuk tidak pergi jauh dari rumah. Selama ini tantenya hanya memberikan ia makan tidak memberikannya hiburan seperti mengajaknya bermain pada hari libur seperti temannya yang lain, saat melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi Lia memakai bantuan pemerintah.

Sudah dulu tidak sering diajak jalan dengan tantenya sekarang Lia juga sudah menjadi istri simpanan. Lia kira ia akan sering diajak jalan-jalan atau pergi bulan madu, tapi itu mimpi bagi Lia sebab sekarang ia tetap saja lebih sering di rumah.

Lia menatap Rian lembut, ia tidak banyak berharap kepada Rian agar saat dewasa membahagiakannya atau mengajaknya jalan-jalan kemana pun. Lia sudah sangat menyerah hanya untuk berharap pada manusia. Tapi Lia tetap akan mengajari Rian hal yang benar dan melimpahkan kasih sayang pada anaknya.

Saat sebelum menikah, Lia emang ada sesekali keluar dengan teman kuliahnya. Tapi sekarang mereka seperti menjauh sejak ada orang jahat yang menyebarkan rumor jika Lia hamil di luar nikah.

Berbeda dengan Hito yang sejak tadi mengumpat kesal karena Lia tidak kunjung keluar dari kamarnya. Sekarang sudah malam tapi Lia tidak juga keluar dari kamarnya, tadi pagi Hito kira hanya saat itu Lia tidak keluar mungkin karena ketiduran tapi sampai sekarang ia tidak melihat Lia dan Rian seharian.

Hito sempat berpikir bahwa Lia melarikan diri, tapi ia tadi emang sempat melirik ke jendela dari luar saat pagi. Ternyata Lia dan Rian hanya tidur di atas tempat tidur berduaan. Karena wanita itu Hito tidak memakan nasi goreng hanya memakan roti, apa Lia tidak tau betapa kesalnya Hito. Biasanya ia akan makan nasi goreng buatan Lia.

Hito beranjak bangun dari duduknya, sepertinya Lia emang masih marah akibat pertengkaran mereka kemarin. Lihat Lia emang sangat sombong, apa susahnya memaafkannya. Hito juga sudah mengakui kesalahannya kemarin jadi apa yang perlu diperpanjang.

"Apa perlu aku ke kamarnya sekarang?" Tidak mau banyak berpikir lagi, Hito langsung saja berjalan menuju kamar anaknya. Saat ia hendak membuka ternyata pintu dikunci dari dalam, hal ini membuat Hito semakin kesal. .

"Ngapain wanita itu di dalam sana?" gumam Hito dengan nada kesal.

Ia membuka ponselnya melihat chat Lia, ternyata wanita itu sejak pagi tidak membuka pesan online sendiri. Jika tidak juga membuka ponsel apa yang dia lakukan seharian di kamar yang sungguh membosankan itu.

"Buka Lia." Hito terus mengetuk pintu kamar Lia dengan cepat terkadang ia menyepak kecil pintu itu karena tidak kunjung ada jawaban dari dalam sana.

Lia yang di dalam kamar tersentak kecil karena yang tadinya sangat sunyi tiba-tiba malah ada suara gedoran yang sangat kasar. Dari suaranya ia tahu kalau itu Hito, kenapa lagi dengan pria itu. Padahal Lia ingin hidup tenang tanpa ada gangguan dari suaminya itu.

Biarlah pintu itu sampai rusak Lia tetap tidak akan membuka pintu, ia memilih untuk melipat bajunya dan baju bayinya saja.

Suara yang tadinya sangat mengganggu kini hanya keheningan yang tersisa. Lia menghela nafas lega baguslah sekarang Hito tidak mencari masalah lagi. Tidak lama suara decitan pintu terbuka.

"Hito?" Lia menatap tidak percaya ke arah Hito yang bisa masuk ke kamar ini dengan mudah.

"Bagaimana bisa masuk?" Pertanyaan Lia tidak dijawab sama sekali oleh Hito, Lia tidak suka saat ditanya tapi tidak dijawab. Ia menatap heran ke arah Hito yang malah memperhatikan seisi kamar.

"Apa yang kamu lakukan seharian di sini?" Hito memperhatikan dari tempat khusus bayi yang di sana ada Rian yang sedang nyenyak tidur. Lalu ke arah Lia yang duduk di atas karpet dengan banyak baju yang belum dilipat dan ada beberapa yang sudah terlipat dengan rapi.

"Ya tidur, duduk dan makan."

Hito menatap tidak suka kepada Lia, jawaban seperti apa itu semua orang juga tau.

"Hito kamu apain pintu?" tanya Lia lagi.

"Lupa ini kamar siapa? Tentu aku memiliki kunci cadangan," jawab Hito dengan mengangkat kepalanya sedikit menunjukkan kesombongan. Bagaimanapun usaha Lia untuk menjauh ia tetap akan bisa bertemu kembali dengan Lia.

"Baik kalau begitu, ada keperluan apa?" tanya Lia karena tidak suka dengan Hito yang terlalu sombong. Lihat saja setelah ini ia bahkan masuk ke rumah ini saja tidak sudi.

"Apa kamu merajuk lalu mengunci diri bersama anakku di dalam kamar ini?"

Lagi dan lagi Hito mencari masalah lagi, dengan berusaha sabar Lia menjawab. "Tidak." Perkiraan Hito benar sebenarnya, Lia masih mengingat semua perkataan Hito yang sangat menyakitkan.

"Kenapa mencoba berbohong?"

"Terserah, sekarang lebih baik keluar saja dari sini jika tidak ada yang ingin dibicarakan."

"Ada, aku ingin bilang kalau kamu sudah keterlaluan dengan tidak memasak seharian."

Lia mengerutkan keningnya heran, emang kenapa dengan makanan? "Kenapa harus aku yang masak? Cari saja pembantu kamu kan banyak uangnya. Aku bukan pembantumu," jawab Lia.

Apa jangan-jangan Hito menganggapnya pembantu? Lia menggeleng, ia tidak boleh terlalu memikirkan hal yang tidak pasti seperti itu yang ada membuat pusing saja.

"Lancang sekali mulutmu Lia!"

Lia sadar seharusnya ia lebih bisa bersabar untuk detik-detik perpisahan mereka. Lia harus bertekad untuk bersabar, setidaknya saat akan pergi ia dan Hito tidak dalam kondisi saling emosi. Bukan seperti ini, ia malah kembali bertengkar. Dengan menekan semua amarahnya ia berusaha untuk tenang.

"Maaf bukan begitu maksudku, aku sedang tidak enak badan jadinya aku tidak masak." Lia tidak bohong, dari kemarin demamnya naik. Hanya saja Lia tidak memanjakan penyakitnya, ia masih melipat baju dan menggosok baju. Tapi biasanya Lia tetap memasak jika sakit, ini hanya alasan saja agar Hito tidak banyak bertanya.

Hito tampak tidak percaya ia mendekat ke arah Lia meletakkan punggung tangannya di dahi Lia. Benar badan Lia panas, ia terkejut melihat suhu tubuh Lia yang sangat tinggi. Ini sangat berbahaya jika terus dibiarkan.

Hidden MarriageWhere stories live. Discover now