Chapter O5

32.4K 1.4K 6
                                    

"Jangan pulang telat ya, jangan malas pulang." Lia tersenyum dengan lebar, di rumah sakit Lia punya kenalan ia sering menanyai apa Hito sudah pulang. Dan sering kali mendapatkan kabar bahwa Hito sudah pulang dari rumah sakit, hanya saja Hito tidak pulang ke rumahnya.

Lia menangis kembali setelah Hito hilang dari pandangannya. Pria yang dulu sangat diharapkan menjadi suaminya akhirnya terwujud, dan hanya saja itu tidak bertahan lama.

Ini sangat menyakitkan siapa yang tidak sakit saat perpisahan sudah ada di depan mata. Tidak akan lagi Lia bisa mencium, menyentuh dan berbincang banyak dengan Hito karena posisinya akan terganti oleh wanita lain.

Dalam tangis pun Lia berdoa agar semuanya akan baik-baik saja. Berdoa agar ia sanggup jika harus berpisah dengan Hito. Berdoa agar ia bisa hidup bahagia setelah ini.

Saat sudah di depan kamar, ia membuka pintu agak terburu-buru tidak sabar untuk berbincang dengan anaknya yang masih bayi itu. Sekarang Rian adalah tempat curhat ternyaman, walaupun sekarang Rian belum bisa berbicara tapi Lia yakin jika suatu saat nanti Rian versi dewasa akan tetap mau mendengar ceritanya.

Saat sudah berada di dalam kamar, Lia langsung berbaring di samping anaknya. Ia mencium sayang pipi kemerahan itu, awalnya Lia emang tersenyum lebar hingga senyuman itu berubah menjadi senyuman kesedihan. Ia sedih saat nanti Rian tidak bisa hidup dengan ayahnya nanti. Dan lagi karena pernikahan yang siri membuat hubungan Rian dan Hito juga akan sedikit berbeda dengan kehidupan anak orang lain.

Semakin hari Hito juga semakin jauh dengan Rian, ini mungkin sudah tiga hari Hito tidak pernah menggendongnya. Biasanya Hito akan mencium Rian, tapi sekarang menciumnya saja jarang. Selama merawat Rian sendirian, Lia berusaha untuk mewaraskan pemikirannya ini.

Anaknya sangat lucu apa Hito tidak kangen untuk hanya mencium pipi lucu Rian. Wangi anaknya juga sangat menangkan, apa nanti Hito akan kangen dengan Rian. Tapi sepertinya Kepergian Rian dan Lia pasti tidak akan berpengaruh besar bagi kehidupan Hito, pria itu masih bisa bahagia dengan orang lain.

Lia akan berusaha sekuat tenaga untuk membuat Rian bahagia, mau bagaimana pun ia akan menjadi ibu dan ayah sekaligus bagi anaknya. Yang sekarang membayang dipikiran Lia hanya tentang ekonominya nanti.

Apa Rian sanggup hidup susah dengannya? Sungguh kehidupan saat Rian tinggal dengan Hito pasti akan berbeda saat Rian tinggal dengannya. Hito memiliki segalanya dan pasti bisa menuruti semua permintaan Rian. Apa Rian tinggal dengan Hito saja, tapi Lia tidak sanggup berpisah. Ia akan mencoba memberi pengertian pada Rian nanti.

Rian juga tidak akan mendapatkan harta dari Hito sedikitpun karena statusnya pernikahannya tidak tercatat secara hukum. Sungguh malang nasib anak yang suci tanpa dosa ini, dan penyebabnya itu ada di Lia sendiri.

"Mama sayang banget sama Rian, jangan tinggalin Mama ya. Jangan benci Mama ya sayang? Mama udah betulkan ngerawat kamu." Air mata kembali menetes dengan deras, ia tidak kuasa menahan kesedihan saat kehidupan Rian menjadi seperti ini karena Lia.

Tidak ada yang bisa diharapkan sekarang selain bisa bersama dengan Rian. Fira calon Hito juga sudah akan pulang tiga hari lagi, ia tidak menyangka akan secepat ini harus berpisah dengan rumah ini.

Apa lebih enak dimadu agar kehidupan Rian tetap terjamin. Tapi apa sanggup Lia harus menahan cemburu, ia juga hanya istri siri sedangkan Fira pasti akan menjadi istri yang sah juga secara hukum. Itu perbedaan membuat Lia merasa rendah diri.

"Kita tidak berhak ya atas Ayah kamu?" tanya Lia sambil mengusap-usap perut Rian.

"Maafin Mama ya, kamu gapapa kan hidup berdua dengan Mama?"

Tidak lama Rian menangis kencang, Lia tersenyum menghapus air mata dan mulai menenangkan Rian dengan menyusuinya.

***

"Hito semakin aneh De, dia semakin menjauh gitu." Sepulang kerja mereka berkumpul di ruang tv, saat kedua anak mereka sedang asik bermain disitulah Adam bisa bermanja-manja. Ia tidur di atas paha sang istri dengan tangan Adam yang menggenggam tangan Dellia dengan erat tidak lupa mencium tangan wangi kesayangannya.

"Aneh gimana Mas?" Dellia tidak melihat keanehan pada Hito, selama bertemu emang Dellia tidak banyak bicara dengan adik iparnya jadi tidak terlalu tahu jika ada saja perubahan pada saudara Adam.

"Apa kamu tidak sadar?" tanya Adam lagi, bisa dibilang saat Adam sedang bertemu dengan Hito disitu juga sering ada Dellia.

"Dellia tidak terlalu tau sih, cuman sekarang cuman jarang aja gitu ke rumah kita tapi kalau cara ngomongnya sama aja sih. Dia itu nurut banget sama kamu tidak kayak adik aku."

Biasanya seminggu sekali Hito emang akan datang hanya untuk sekedar bermain dengan anak abangnya. Hanya saja hal yang biasa dilakukan Hito tidak lagi sering terjadi, awalanya Dellia juga cuman berpikir jika Hito sedang sibuk makanya tidak sering datang ke sini. Tapi pertanyaan Adam malam membuat Dellia ikut berpikir, apa yang membuat Hito yang seperti agak menjauh dari mereka.

"Dia juga terlihat tertekan seperti banyak pikiran," lanjut Adam kembali mengutarakan apa yang ada dipikirkannya.

"Kenapa ya Mas? Dia kan adikmu apa tidak pernah cerita. Jangan terlalu cuek dengan Hito coba sesekali ajak dia untuk sekedar ngopi atau apa pun itu. Lalu tanya apa masalahnya kalau bisa kamu bantu Mas."

Adam semakin sedih saja rasanya, Hito terlalu baik untuknya selama ini. Dulu saat ia sedang bermasalah dengan Dellia, pasti Hito akan selalu mendukung dan memberi saran. Saat Hito ada masalah Adam tidak tau apa pun dan merasa tidak berguna.

"Aku rasa dia tidak menganggapku sebagai abangnya. Dia tidak pernah menceritakan apapun tentang kehidupan nya. Kenapa dia sangat tertutup denganku? Apa aku terlalu jahat?"

"Jangan berpikir seperti itu sayang, bisa saja Hito hanya kepikiran masalah pekerjaannya saja. Banyak orang yang menjadikan pekerjaan sebagai masalah karena terlalu sulit atau karena jadwal yang terlalu padat." Dellia berusaha untuk membuat Adam tidak terlalu banyak berpikir negatif, pemikiran kita itu tidak sepenuhnya benar jadi untuk apa dibuat pusing.

"Tapi Mas berpikir Hito hanya menganggap kami hanya sebagai beban dia. Sejak dulu Hito terlalu menurut, apa pun yang aku dan keluargaku katakan tidak pernah dia lawan. Dia menganggap semua yang sudah kami berikan harus dibalas kembali."

Hidden MarriageWhere stories live. Discover now