Chapter 31

28.7K 1.4K 133
                                    

Lia tidak bisa menampik jika memang sangat terpesona dengan rumah ini, sangat berbeda dengan rumahnya dulu dengan Hito. Rumah lamanya itu kecil hanya memiliki dua kamar dengan dinding rumah yang terkelupas. Lia tau Hito sengaja membuatnya tinggal ditempat seperti itu, Hito seorang dokter mana mungkin membeli rumah yang nyaman saja tidak bisa.

Lia menggeleng keras, kenapa otaknya terus memikirkan pria jahat itu.

"Kenapa Lia?" tanya Dellia heran dengan Lia yang melamun, ia mengambil ahli Rian dari gendongan Lia.

"Lucu kali." Dellia mencium gemas pipi gembul itu, ia menatap ke arah Lia yang hanya tersenyum pelan ke arahnya.

"Kenapa cerita sama kakak?"

"Tidak ada kak?"

"Hm, yasudah kalau tidak mau cerita. Jadi Hito kasih mahar apa?"

"Hm ini." Lia mengambil cincin dari dalam tasnya dan menunjukan cincin itu ke Dellia.

"Kenapa kak?" tanya Lia heran dengan Dellia hanya diam saja.

"Bagus cincinnya, kenapa tidak dipakai."

"Mau aku jual kak."

"Hah? Untuk apa, jangan Lia. Kamu butuh uang kakak bisa bantu."

"Hm, kak ayo makan." Lia mencoba mengalihkan pembicaraan. "Kak sini biar Lia gendong, mau dikasih asi biar tidur udah capek main Rian nya. Kakak duluan aja ya, nanti aku nyusul makan juga."

"Tidak seru makan sendiri, kakak tunggu Lia aja. Oh iya sebentar lagi anak kakak ke sini."

Lia mengangguk senang, ia tidak sabar melihat kembali dua anak kecil yang terlihat seperti anak kembar padahal bukan anak kembar.

Tiba di depan rumah tepat pada malam hari, niat ingin pulang siang malah sinar begitu saja. Rumah tampak gelap, apa Lia belum pulang? Hito menutup pintu mobil dengan kasar. Ke mana wanita itu sampai malam begini belum pulang.

Hanya kesunyian yang terdengar dari dalam, Hito menghidupkan semua lampu. Ia juga melihat ke arah jam, lihat sekarang sudah jam sembilan malam. Apa tidak puas Lia seharian di tempat orang.

Hito melempar tasnya dengan kasar ke atas  tempat tidur. Lihat saja nanti ia akan memarahi wanita itu habis-habisan.

Sebenarnya agak tidak enak juga sendirian, mau menyusul, Hito juga tidak tau di mana Lia. Ia menghubungi Lia dan terdengar nomor tidak aktif? Tidak aktif? Lalu Hito mencoba menghubungi melalui wa, kening Hito semakin berkerut saat Lia tampak tidak aktif dan lebih jelasnya seperti diblokir. Entahlah Hito kurang paham juga.

Ia akan menunggu Lia sebentar agar bisa memarahi istri yang durhaka. Perut Hito kelaparan, ia menuju meja makan dan membuka tutupnya di sana ada ayam serta kuah yang terlihat sudah mendingin. Saat ia cium tidak basi, Hito langsung mengambil nasi dan makan dalam kesunyian.

Rumah ini tidak besar tapi rasanya tetap agak mengerikan. Bukan takut, tapi ia tidak biasa. Biasanya akan ada suara Lia dan Rian. Ia juga merindukan anaknya ia merasa bersalah saat tidak menggendong Rian tadi.

Sudah menunggu dua jam, Hito tidak bisa menunggu lagi. Ia menuju kamar mandi untuk mengganti pakaian untuk mencari keberadaan Lia.

"Ini si Lia ngapain buang sampah sembarangan." Hito mengambil kertas yang terjatuh di dekat kasur. Ia hendak meremasnya tapi beberapa tulis membuat Hito penasaran ia membuka nya lalu membaca setiap bait kata.

"Apa-apan ini!" Hito meremas kertas lalu membuangnya sembarangan arah. "Apa wanita itu kira aku akan mencarinya lalu memohon untuk kembali, cih tidak akan."

Hito menyepak kursi di sampingnya dengan kasar. Ia yakin ini pasti rencana agar Hito susah kan? Hm, lihat saja setelah dua hari pasti Lia akan minta maaf dan kembali ke rumah. Wanita itu pasti akan kesusahan di luar sana dan kembali ke rumah ini.

Semua pemikirannya yang berusaha tenang malah tetap saja menjadi gelisah. Ia membuka lemari, tidak ada lagi pakaian Rian dan Lia.

Ia duduk di atas kasur sambil menjambak rambutnya, bagaimana mereka berdua di luar sana apa ada tempat tinggal. Hito terus berpikir bahwa Lia akan pulang sendiri tapi ia tetap khawatir. Ini pertama kalinya ia ditinggal, lalu anak mereka terlalu kecil. Hito tidak akan membiarkan anaknya hidup susah dengan wanita itu.

Di atas meja juga terdapat ATM yang biasanya ia kasih untuk Lia. Kalau begitu bagaimana nanti Lia dan Rian makan.

"Benar-benar membuatku sakit kepala." Hito merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur, besok ia akan mencoba mencari jalan ke luar. Pantesan beberapa hari ini sifat Lia berubah ternyata ini semua rencananya.

Keesokan harinya Lia tetap tidak pulang, Hito bingung sendiri bagaimana ini. Ia tetap bekerja dengan kekosongan yang ada di dalam hatinya. Ia akan bebas tapi rasanya tidak puas.

Hito akan izin hari ini, ia akan mencari Lia. Ia membuka ponselnya ia mencoba melacak keberadaan ponsel Lia dan hasilnya malah tidak ditemukan. Hito jadi panik apa sekarang Lia tidak memakai ponsel itu lagi.

Tiba-tiba ia teringat dengan ATM yang ada di atas meja, ia langsung mengambil lalu pergi mengecek saldo.

Dan isinya malah tertinggal lima puluh juta, jumlah yang banyak kenapa Lia tidak membawa saja uang ini. Uangnya yang dikirim tidak sedikit ini, pasti dia sudah membawa sebagiannya. Lalu bagaimana jika Lia tidak membawanya? Kenapa ia malah memikirkan wanita itu, ini pasti karena dia membawa Rian ikut serta dalam aksi kaburnya.

"Sial, bagaimana dia makan nantinya." Setidak sukanya Hito ia tetap tidak ingin rasanya untuk membiarkan Lia dan anaknya kelaparan atau parahnya mati kelaparan. "Berani melarikan diri! Apa yang ada dipikiran wanita itu, apa karena rencana pernikahan itu."

Hito masuk kembali masuk ke dalam mobilnya, ia mencari semua daerah yang mungkin bisa ditempati oleh Lia.

Ponsel berbunyi dan ternyata Fira yang menghubunginya. Hito tidak menjawab ia malas bergerak dari atas kursi mobil, sudah seharian mencari Lia tapi tidak membuahkan hasil.

Setelahnya ponsel kembali berubah menjadi wallpaper ponselnya di sana ada foto Rian yang tersenyum dengan cerah. Terakhir ketemu Rian menangis karena minta digendong, tapi Hito malah tidak peduli dengan anaknya itu. Ia menyesal seharusnya kemarin langsung memeluk Rian dengan erat.

Kini ponsel kembali berbunyi, bukan dari Fira dan Alva.

"Halo?"

"Datang ke rumah ya Hito, ada yang mau dibahas." Hito mengangguk, ia langsung putar menuju rumah yang semasa kecil ia tempati. Rasa hormat pada mereka membuat Hito seperti boneka yang harus menurut, padahal kedua orang tua Adam itu tidak pernah menjadi orangtua angkat yang jahat.

Tiba di rumah ia malah melihat Adam yang duduk di kursi depan rumah. Biasanya Hito akan sulit bertemu dengan Adam, tapi sejak kemarin ia selalu melihat pria itu.

"Kusut banget." Adam memperhatikan Hito dari atas hingga bawah, lalu tersenyum miring. "Seperti orang susah, ada yang perlu gue bantu?" tanya Adam lagi dengan suara terkesan mengejek.

***

Selamat hari raya idul fitri 🥰 mohon maaf lahir dan bathin. Siapa ni yang masih di kasih thr? 😊

Kalian lebih milih Hito ga jadi pisah sama Lia atau kalian setuju aja kalau Fira dan Hito nikah.

Jika memenuhi target ini = 390 vote + 150 komen + 10 followers aku bakalan double update.

Mungkin ada yang tidak sabar menunggu bab selanjutnya bisa wa di nomor ini 
‪+62 838‑6394‑7842‬.

Bab 32 ampai bab 36, harga  10k
Bab 32 sampai bab 43, harga 20k ( paket hemat)

Hidden MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang