38

41.5K 2K 23
                                    

Perhatian!
Part ini sedikit intim, maaf kalau bikin gak nyaman🙏

Akhirnya aku double up juga hehe.

Mohon bantuan vote+komen+kritik dan sarannya ya.

Hari ini Juan dan Via mengunjungi rumah sakit, karena beberapa saat lalu pihak rumah sakit menelfon Juan, bahwa Laras sudah melewati masa kritisnya. Laras sudah di pindahkan keruangan ICU.

"Juan," panggil Laras lirih saat melihat kehadiran putranya, kecemasan Laras sedikit berkurang karena telah melihat salah satu anaknya.

Juan berjalan mendekati brankar Laras, kemudian ia menggenggam tangan Laras dengan erat.

"Syukurlah mama sudah sadar," kata Juan, kemudian ia mengecup tangan ibunya. Via yang menyaksikan itu tersenyum. Ia jadi merindukan ibunya, sepertinya akhir-akhir ini ia jarang mengunjungi makam orang tuanya, nanti ia akan ajak Hamid untuk berkunjung menemui orang tuanya.

Mata Laras tertuju kepada Via yang masih berdiri memegang sekeranjang buah-buahan.

"Via, untunglah kalian selamat dari kecelakaan itu," kata Laras tersenyum. Kemudian senyumnya menghilang saat teringat dengan putrinya, Julia.

"Kakak kamu gimana Juan? suaminya? Azka?" Tanya Laras beruntun.

"Mama tenang ya, Azka baik-baik aja ma" Jawab Juan mengusap kedua tangan ibunya, Juan mati-matian tidak mengeluarkan ekspresi sedihnya di depan Laras.

Via yang menyaksikan itu, menoleh ke samping menyembunyikan air matanya, ia teringat kalau Julia dan Fano tidak lagi bersama dengan mereka, Via tidak sanggup membayangkan seperti apa reaksi Laras saat mendengar kabar itu.

"Dimana kakak kamu? anak durhaka tidak menemui mamanya!" Laras mengomel. "Telfon kakak kamu Juan, kenapa dia tidak peduli lagi dengan mamanya!"

"Ma, tenang kak Julia bukan anak durhaka, dia pasti senang kalau liat mama udah baik-baik aja sekarang," Jawab Juan, pertahanan yang ia bangun tadi hancur begitu saja saat melihat raut sedih bercampur khawatir dari wajah Laras.

"Jangan bilang kalau Julia-" Laras menatap putranya dengan lekat. Sedangkan yang di tatap menganggukkan kepalanya. Seolah mengerti dengan pikiran Laras.

"Kak Julia dan bang Fano udah bahagia sama papa ma," jawab Juan dengan pelan.

"Juan, kamu jangan bercanda, gak mungkin itu!" Laras meninggikan suaranya. Untung saja dokter datang tepat waktu, dengan segera ia menyuntikkan obat penenang kepada Laras.

"Untung penyakit pasien tidak kambuh saat mendengar kabar dari kalian, biarkan pasien istirahat dulu, baru menjelaskan kepadanya secara perlahan." Jelas dokter saat mendengar penjelasan Via mengenai kenapa Laras bisa ngamuk.

"Terima kasih dok," Via mengucapkan terimakasih mewakili Juan yang hanya terdiam saja. Setelah itu dokter keluar dari ruangan.

Via mendekati Juan yang termenung berdiri di sisi brankar, kemudian ia mengusap punggung Juan pelan.

"Tante Laras pasti baik-baik aja, kamu jangan ikut sedih, siapa yang akan menghibur tante nantinya kalau kamu juga sedih," Via memberi kata-kata penyemangat untuk Juan. Kemudian ia menuntun Juan untuk duduk di sofa.

Mata Via melotot saat tiba-tiba di peluk oleh Juan.

"Biarin kayak gini sebentar," kata Juan pelan dalam pelukannya, Via dapat merasakan tubuh Juan yang bergetar, Juan menangis.

Juan sudah lama sebenarnya membutuhkan pelukan ini, Juan lemah. Ia menerima duka secara bersamaan, kakaknya yang meninggal, mamanya yang kritis dan perempuan yang ia cintai kehilangan ingatan tentang mereka berdua. Ia menyesal saat itu kenapa baru menyadari kalau dirinya mencintai perempuan yang ia peluk saat ini.

Ponakan Crush (END+ TERBIT)Where stories live. Discover now