12 || Ternyata dia

44.9K 5.6K 1.3K
                                    

Assalamualaikum.....

apa kabar orang baik??
.
.

Dua perempuan yang sama-sama menggunakan gamis dalam hingga menyapu jalan yang mereka lewati. Zaina dan Alara.

Sedari tadi Alara perhatikan gadis di sampingnya itu terus menunduk. Memang benar jika mereka berdua berjalan lebih banyak menunduknya untuk menjaga pandangan, apalagi saat bersisian dengan mahasiswa. Namun, yang membuat Alara heran adalah, Zaina terus menatap tangannya.

"Na, kamu liatin apa, sih?" tanya Alara pada akhirnya.

"Kelasnya jauh banget hehe," jawab Zaina. Sepertinya gadis itu sedang mengalihkan pembicaraan.

"Iya jauh, capek juga jalannya," balas Alara terkekeh.

"Lantas, mana yang lebih capek .... Kaki yang terus melangkah atau hati yang terus menunggu dan berharap, Kak?" Zaina langsung menghentikan langkahnya, lalu menghadap ke arah Alara.

Begitu juga dengan Alara yang terpaksa berhenti. Alisnya bertaut karena perkataan Zaina yang begitu dalam akan makna.

"Istighfar, Na ...." Alara mengusap pundak Zaina.

"Astaghfirullahaladzim ...." gumam Zaina.

"Berharap boleh, tapi jangan berlebihan, ya, nanti yang punya hak cemburu," peringat Alara.

Alara paham apa yang Zaina maksud. Wanita itu langsung menggandeng Zaina, lalu melanjutkan langkah mereka.

"Mau berbagi kegundahan hati kamu ke aku?" tawar Alara.

Zaina mengangguk, lalu memamerkan cincin di jari manisnya.

"Maksudnya, Na?"

"Cincinnya dari suami aku," jawab Zaina.

Alara terkejut.

"Kalian udah bertemu?"

Zaina menggeleng dengan cepat, kemudian ia mengangguk. "Belum, Kak."

"Maksudnya?"

"Lebih tepatnya cuma dia yang ketemu sama aku, akunya nggak," jelas Zaina. "Dia datang diam-diam waktu aku lagi tidur, terus pasangin cincin ini."

"Kak Zayden senekat itu," batin Alara. Harusnya ia sudah tidak terkejut lagi dengan laki-laki penuh ambisi itu, tapi tetap saja mendengar ini ia kaget bukan main.

"Ibu tau?"

"Tau, Kak Arfa juga tau. Malahan kakak yang bantu dia buat nemuin aku. Curang, kan, Kak? Masa dia bisa ketemu dan aku nggak bisa," jawab Zaina lantas mengomel sendiri.

Alara tersenyum. "Pasti berat, ya?"

"Lumayan, mau gimana lagi." Zaina menjawab. "Kedang aku mikir, dia memangnya mau bikin rumah seperti apa, sih?"

Alara terkekeh. Ia semakin tidak tega dengan rasa penasaran gadis itu.

"Mau aku ceritakan sesuatu nggak, Na?" tapi aku izin ke orangnya dulu, ya."

"Izin ke siapa, Kak?"

"Seseorang," jawab Alara terkekeh. Ia mengeluarkan ponsel dari tasnya. Kemudian mengirimi pesan kepada Elvano.

[Kalo kepo sama pesannya, liat postingan terbaru di Instagram @wp.12kentang, cari aja di bawah bawah pokonya]

"Boleh alhamdulilah ayo, Na, sambil nunggu kelas mulai," ajak Alara.

Dua perempuan itu duduk di taman.

"Kamu mau tau nggak kenapa suami kamu belum bisa jemput kamu karena syarat daru almarhum Kyai Fathar belum terpenuhi?"

𝐙𝐈𝐍𝐍𝐈𝐀 Where stories live. Discover now