46 || Zafian

23K 3.1K 1.3K
                                    

Kemarin banyak yang request untuk banyakin bagian Alara sama Elvano. Oke, part ini spesial untuk mereka ya, jadi ZAZA nya belum ada.

Untuk yang nggak suka skip aja, nggak usah dibaca, gak maksa juga!!!!

Part ini memang keluar dari fokus cerita, tapi yg baca sampai akhir bakal tau kaitannya nanti, kenapa banyak tentang keluarga Elvano juga di sini😌

Jangan lupa vote dan komen.
.
.
.

Suara ketukan pena di atas meja terdengar mendominasi di sebuah ruangan. Decakan muncul dari mulut laki-laki yang sedari tadi merasa cemas pun terdengar berkali-kali.

“Ke mana dia?” Gumaman itu terus keluar dari mulutnya. Kekhawatiran selalu saja menghampirinya saat orang yang disayangi tak kunjung memberi kabar.

“Astaghfirullah, hobi banget bikin khawatir.” Lagi-lagi ia menggerutu.
Zayyan Elvano Raymond, sahabat Zayden itu menikah sejak usia 21 tahun dan kini usianya sudah menginjak 25 tahun. Di usianya masih terbilang muda, ia juga sudah mampu meneruskan perusahaan keluarganya. Tentu saja karena dukungan orang-orang yang disayanginya. Terutama sang istri yang saat ini membuatnya khawatir setengah mati.

Sakya Alara, wanita itu adalah hidupnya Elvano, segalanya bagi Elvano. Wanita yang menjadi ibu dari dua buah hatinya.

“Istri.”

Panggilan khas Elvano untuk Alara. Tidak berubah, sejak dulu ‘Istri’ adalah panggilan favoritnya.

Berkali-kali Elvano mengirimkan pesan via WhatsApp untuk Alara, tapi tidak ada satupun yang dibalas oleh wanita itu.

Mata Elvano terbelalak saat melihat story WhatsApp yang diunggah oleh istrinya.

“Apa-apaan ini? Dia makan seblak? Pasti makan yang pedas-pedas lagi. Kalo kenapa-kenapa lagi gimana? Padahal kemarin ngeluh lambungnya perih?” monolog Elvano.

Dengan terburu-buru Elvano menutup laptopnya, lalu menyambar jas kerjanya yang ia letakkan di sandaran kursi.
Laki-laki tampan itu terlihat buru-buru, sekretaris yang tadinya mau masuk ke dalam ruangannya terjengkit kaget karena pintu ruangan Elvano terbuka tiba-tiba.

“Pak—”

“Saya pulang sekarang, Zian, kamu urus schedule hari ini, cancel semuanya,” perintah Elvano.

“T-tapi, Pak—”

“Saya nggak peduli, kerjakan apa yang saya perintahkan,” potong Elvano.

“Baik, Pak.”

Zian—sekretaris Elvano. Usia mereka tidak terpaut jauh, Elvano tua hanya beberapa bulan saja dari Zian. Elvano memilih laki-laki itu karena ia tau seberapa profesionalnya Zian. Zian tau di mana waktunya bercanda dan mana waktunya bekerja.

Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Elvano langsung pergi.

Zian geleng-geleng kepala. Sudah tidak heran ia melihat boss-nya panik seperti itu. Tentu saja ia paham bahwa hanya Alara yang mampu membuat Elvano bisa sepanik itu.

Ketika sudah berada di mobil, Elvano kembali menghubungi Alara. Ia sengaja memotret dirinya yang sudah berada di mobil.

“Aku pulang kalo kamu belum juga balas chat aku,” gumam Elvano. Tak berselang lama, akhirnya Alara membalas chat-nya.

“Tidur?” beo Elvano. Sekarang ia bisa bernapas dengan lega.

“Syukurlah kalo kamu baik-baik aja,” gumamnya lagi.

Ia tersenyum melihat balasan dari Alara. Mana bisa ia marah. Sesuai permintaan Alara, ia tidak jadi pulang. Alara selalu mengingatkannya bahwa pekerjaannya adalah tanggung jawab, jangan mentang-mentang jabatannya tinggi ia bisa seenaknya. Perusahannya tidak akan maju tanpa jasa-jasa dari karyawan-karyawannya. Oleh sebab itu Elvano juga menghormati bawahannya, walau terkadang sering marah-marah apalagi kepada Zayden.

𝐙𝐈𝐍𝐍𝐈𝐀 Where stories live. Discover now